janggal : 9

44 10 0
                                    

Setelah beberapa hari mereka semakin terpecah belah, Jaekar dan Ben tak hentinya menuduh Havendra pelaku dari semua ini, Havendra awalnya sangat marah tapi ia memilih diam karena tau temannya tidak akan mendengarnya.

Disinilah Lila dan Chaeri berada, di taman dekat kolam mereka. Mereka memilih berduaan di taman tersebut lebih tepatnya Chaeri meminta Lila datang.

"Apa yang pengen kamu sampaikan?" Tanya Lila, ia tak menaruh sedikitpun kecurigaan pada Chaeri.

Chaeri hanya menunduk dengan raut wajah sedih, akhir akhir ini pikirannya sangat brisik banyak bisikan ntah darimana, yang Chaeri yakin itu dari Sean.

"Li, kalau misal gue gada tolong bongkar bawa kasur gua ya.. tapi janji lo bakal buka sendiri, tapi kalau misal lo takut lo bisa panggil siapapun yang lo percaya." Ucap Chaeri tiba - tiba.

"Apaan sih Chaer? Gausah ngomong sembarangan." Kesal Lila.

Chaeri mengangkat kepalanya, ia menatap Lila dengan serius kali ini. "Li, jangan gampang percaya sama teman kita, Hyuka benar ada anggota sekte sesat itu di antara kita."

Lila menganga tak percaya "Serius? Siapa Chaer?" Tanyanya hati - hati.

"Gue gabisa ngomong banyak, gue kaya dikendalikan sesuatu.." Jawab Chaeri.

Lila menghela nafasnya dan memeluk Chaeri dengan erat.

Disela sela pelukannya Chaeri menangis kembali, sudah 2 hari ia menahan tangisannya. "Dan pelaku pembunuhan Sean itu teman kita sendiri Li."











































Malam hari pun tiba, Chaeri yang duduk di meja riasnya hanya bisa melamun dan memeluk erat foto mereka berdelapan belas.

"Sean.. Gue nyerah.. Gue gabisa ngelakuin apapun, gue terlalu sayang sama dia." Gumam Chaeri, Ia sudah tau siapa pelakunya namun ia tak bisa melakukan apapun.

Chaeri tak ingin menyakiti teman - temannya dan hanya bisa memberi petunjuk kepada Lila guna agar ia saja yang membongkar kedok pengkhianat itu.

"Gue sekarang tau rasanya gimana jadi lo.. pas lo di bunuh di tangan teman lo sendiri, Sean."

Saat sibuk dengan kesedihannya, Chaeri tak menyadari seseorang telah masuk kedalam kamarnya secara sembunyi - sembunyi.

"Udh cukup nangisnya."

Chaeri terkejut tapi langsung merubah raut wajahnya datar.

"Kok langsung jutek sih."

"Diem lo pengkhianat." Bentak Chaeri, orang tersebut tertawa puas.

"Udah tau pengkhianat kenapa masih lo cintai?" Tanya orang itu berhasil membuat Chaeri bungkam.

"Tudep, lo mau ngapain gue?!" Bentak Chaeri.

Orang itu seolah olah berfikir keras kemudian tertawa kembali. "Gue apain ya... lo, gue bunuh aja ga sih?"

"Iblis! hati lo bener bener udh gada!" Kata Chaeri memberanikan dirinya.

Orang itu menampakkan wajah sedih membuat Chaeri semakin muak dengan manipulatif nya. "Hati gue emang udh gada, Chaer." Ucapnya dingin.

"Maaf, gue harus ngehabisin lo saat ini juga." Ucapnya seolah olah merasa bersalah.

Chaeri tertawa. "Yaudah sini habisin gue, gue juga udh gada semangat hidup setelah tau orang yang gue cintai adalah pengkhianat."

"Siapa suruh jatuh cinta sama gue." Dan setelah mengatakan itu ia menancapkan pisaunya tepat di jantung Chaeri.

Dengan nafas yang tersisa Chaeri memberanikan diri berbicara, posisi mereka ialah orang itu berjongkok di hadapan Chaeri. "Gue sayang sama lo." Kata terakhir Chaeri sebelum menutup mata untuk selama lamanya.

Bukannya terharu, orang itu malah memasang wajah tak suka. "Dramatis banget." Ia kemudian melukai tangan kanan Chaeri tujuannya tak lain agar orang - orang mengira Chaeri bunuh diri.

Tak sampai disitu, ia mengambil kertas dan menulis seolah olah Chaeri lah yang memberikan petunjuk, dan orang itu menaruh kertasnya di. samping Chaeri.

"Lo tau banyak karena arwah Sean sialan itu, jadi mau ga mau lo harus gue bunuh, tapi ujung ujungnya kalian juga bakal mati nanti." Ucap orang tersebut kemudian pergi begitu saja.



















Keesokan tiba, mereka semua histeris setelah mengetahui kematian Chaeri yang mendadak, terlebih lagi Lila. "Chaer lo baru aja bicara sama gue kemarin.." Gumamnya, mereka sekarang berada di makam Chaeri, tepat di samping Sean.

Mereka menyewa lahan untuk kuburan mereka sendiri, tak perlu heran ini ide konyol Ben tapi anehnya mereka menyetujui.

Tiandra melihat makam Chaeri dengan perasaan campur aduk. "Gue ga nyangka lo pergi secepat ini.." ia pun langsung mencium batu nisan milik Chaeri.

"Ngomong - ngomong, gue tadi nemu kertas di samping Chaeri." Sahut Jaekar.

Salah seorang dari mereka tersenyum misterius. "Kena lagi kalian."

"Udah bahas ini dirumah, jangan ganggu mereka berdua." Jawab Samuel yang masih meratapi kepergian kedua sahabatnya yang tiba - tiba.

Mereka semua akhirnya pulang kerumah.

"Coba lo bacain isi kertas itu." Pinta Willian

Jaekar mengangguk ia kemudian membacakan isi kertas yang berlumuran darah itu. "Gausah selidiki kematian gua, gua murni karena bunuh diri. Cukup kebumikan gue dengan layak."

Mereka terkejut, tapi tidak semuanya.

"Kenapa Chaeri gamau kita nyeledikin kasusnya?" Tanya Yeuna bingung.

"Udahlah, Chaeri udah bilang gitu kita cuman bisa turutin aja." Sahut Machvell

Sastra merasa aneh. "Coba gua lihat kertas itu." Jaekar pun memberikannya.

Sastra mengamati kertas itu lebih teliti. "Gua harus amankan bukti ini dulu." Tanpa Sastra sadari Rava memperhatikannya.

Setelah memasukkan kertas itu ke dalam kantung celananya, ia langsung pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.

"Lo salah besar Sas dengan berusaha cari tau semua ini."

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang