"SEAN!" Teriak Chaeri histeris, mereka dan tim kepolisian menemukan jasad Sean di sebuah gubuk tua dalam hutan.
Chaeri memeluk jasad Sean, tak peduli jika bajunya sudah kotor, yang ia pikirkan hanyalah Sean. "Andai aja kemarin gue nolongin lo.."
"Gue nyesel baru nyadar sekarang, Sean. Gue terlalu bodoh sampai lo harus datengin lewat mimpi."
"Maafin gue Sean.." Lanjutnya dan kembali memeluk jasad sean yang sudah kaku.
Jasad Sean begitu mengenaskan, 4 luka tusuk di perutnya, pelaku sama sekali tak meninggalkan jejak.
"Udah, Chaer. Ikhlasin kepergian Sean. Dia sekarang udah ga ngerasa sakit lagi." Ucap Lila menenangkan.
Teman temannya yang lain? Mereka pergi menyendiri setelah menemukan jasad Sean, mereka akan menyusul ketika polisi selesai mengotopsi dan akan mengebumikan Sean.
Disinilah Ben berada. Ia memilih pergi ke laut berbeda dengan temannya.
Ia memandangi laut yang tenang itu. "Maafin gue, Sean." lirihnya.
Ia benar benar ngerasa bersalah karena telah memfitnah Sean. "Kalau emang lo di bunuh sama teman kita, tolong kasih tau."
Ben menundukkan kepalanya. "Ah sialan gue bahkan ga bisa maafin diri gue.."
"Pulang. Sean bentar lagi dikubur." Sahut Tiandra memanggil Ben dari belakang.
Ben menoleh dengan lesuh, ia sudah tau suara ini dan sangat mengenalnya.
Tiandra hanya tersenyum melihat Ben.
"Lo nyetir sendiri?" Tanya Tiandra, Ben mengangguk.
"Yaudah, cepetan si Chaeri gamau Sean dikuburin kalau temannya belum pada datang." Jelas Tiandra lagi.
"Iya ah bawel."
Setelah Sean dikebumikan mereka akhirnya kembali pulang, namun setelah kejadian ini mereka menjadi terpisah sudah tak percaya satu sama lain.
Chaeri kembali memandangi foto mereka berdelapan belas. "Gue bakal selalu kangen kalian."
Saat ia sibuk memandangi foto tersebut, sesuatu terlintas di otaknya. "Sean bilang pelakunya berhubungan angka 02. 02 tuh apa sih? bulan lahir? tahun lahir?"
Ia menjetikkan jarinya, ia senang mendapat ide bagus.
Malam pun tiba, setelah makan malam mereka semua langsung ke kamar masing - masing.
Berbeda dengan Chaeri, ia mengendap endap keluar dari kamarnya dan memastikan tak ada seseorang.
"Bagus, mereka semua pada sibuk." Gumamnya.
Chaeri berjalan pelan ke arah kamar Sean.
Rencana Chaeri ialah, ia ingin mencari sesuatu di kamar Sean yang kebetulan berada pas dekat kamarnya.
Kamar itu dikunci, tapi Chaeri telah menduplikat kunci tersebut, setelah pintu terbuka. Dengan hati - hati Chaeri menutup dan mengunci dari dalam kembali.
Ia memandangi kamar itu dengan sedih, tak ada sedikit pun perasaan takutnya, ia hanya rindu dengan Sean.
"Sean kalau lo mau datang juga gapapa, ayo muncul gue kangen banget sama lo." Ucapnya ngawur.
Chaeri hanya tertawa kecil, ia kemudian mencari sesuatu di laci Sean, tujuannya ialah ponsel milik Sean.
"Nah ketemu!" Ia mendapat ponsel Sean di bawah tempat tidur.
Setelah ia mendapatkan barangnya ia bergegas ingin keluar sebelum seseorang mencarinya.
Tapi tiba - tiba, ia menjatuhkan rak buku milik Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ
Horror"yang kita lalui semua ini semuanya diluar akal sehat manusia."