janggal : 7

49 11 1
                                    

Pagi hari tiba, sesuai perjanjian tadi malam, mereka semua ke kantor polisi dan melaporkan kasus hilangnya Sean.

"Teman kalian sudah hilang berapa hari?" Tanya polisi tersebut.

"Baru 1 hari, pak." Jawab Willian, polisi itu hanya mengangguk.

Setelah mereka semua ditanya tentang hilangnya Sean, polisi menyuruh mereka untuk membantu pihak kepolisian dalam mencari Sean.

"Baiklah, kalian tetap bantuin kami untuk cari teman kalian, kasus ini sedikit sulit karena tak meninggalkan jejak apapun." Jelas polisi itu, mereka mengangguk paham.

Tim kepolisian dan teman teman Sastra pun melakukan pencarian kembali.

"Tuhan tolong bantu kami mencari Sean." Ucap Yeuna memohon.

Hyuka yang tersadar hanya merangkul Yeuna. "Sean pasti baik baik aja." Yeuna mengangguk.

Sudah seharian mereka mencari Sean namun belum ditemukan juga. Sastra dan Yorald hampir gila karena ini.

"Gila ini udh mau maghrib, dan Sean belum ketemu juga." Ucap Samuel mengeluh.

"Sean lo dimana sebenarnya.." Gumam Yorald yang masih bisa didengar.

"Kalian pulang dan istirahatlah, biar kami tim kepolisian yang tangani ini."

Mereka menuruti perintah polisi itu dan segera pulang kerumah.
























Malam ini sangat sunyi, biasanya mereka akan berkumpul sebelum tidur tapi kali ini mereka kompak ingin menyendiri.

Yorald datang ke kamar Sastra untuk mencari hiburan dan ngobrol sebentar.

Mereka berdua menatap keluar jendela. "Kira - kira Sean ngapain ya, udh 2 hari dia menghilang." Ujar Yorald, Sastra mengedikkan bahu tak tahu.

"Gue juga curiga sama salah satu teman kita, Yorald. Tapi kita kumpulin bukti dulu buat ngepastiin emang dia salah satu anggota sekte itu." Ucap Sastra.

Yorald membalikkan badan ke arah Sastra dengan wajah serius. "Gue nemu sedikit pencerahan dari masalah ini, dan gue lagi selidikin." Jelas Yorald dan Sastra mengangguk.

"Yaudah lanjutin aja sana, gue bakal kerjain tugas gue." Balas Sastra, Yorald pun meninggalkan kamar Sastra diam - diam.

Disisi lain, Chaeri yang menatap foto mereka berdelapan belas didalam sebuah bingkai hanya mampu mengusap usap foto tersebut.

"Gue kangen kita dulu pas semuanya baik - baik aja."

"Gue kangen kita yang ga saling curigaan dan tuduh ga jelas kaya gini."

"Gue percaya kok sama lo Sean, lo orang yang paling baik dan pengertian ga mungkin ngelakuin hal itu."

Tak terasa air mata Chaeri kembali terjatuh di foto dan mengenai wajah Sean, Ia terisak.

Setelah menangis terlalu lama, akhirnya matanya terpejam sambil memeluk foto tersebut.

Tapi tiba - tiba...

"Chaeri.."

"Chaeri, tolongin gua.."

"Chaeri, disini dingin."

"Gue pengen pulang."

"Gue pengen ngumpul bareng kalian lagi.."

Chaeri terbangun dari tidurnya, ia menggosok matanya dan melihat Sean yang berlumur darah tepat dihadapannya.

Chaeri terkejut ia reflek berteriak. "Sean?!" Ucapnya dengan nada takut.

"Ini gue Chaeri.."

"Tolongin gue.. disini dingin.."

"Lo kenapa Sean?" Tanya Chaeri berusaha melawan rasa takutnya.

"Gue ga berdaya Chaeri, tubuh gue udh mati rasa.."

"Maksud lo gimana?! Lo ga apa apa kan?" Tanpa Chaeri sadari ia membentak Sean.

Sean terdiam, ia kemudian menangis sejadi jadinya.

Chaeri semakin hancur mendengar suara tangis Sean, ia berisiantif memeluk Sean tak peduli jika bajunya kotor.

Sean menyadari itu dan langsung menolak. "Stop! Jangan maju!" Bentak Sean.

Chaeri terkejut dengan bentakan Sean, Sedetik kemudian Sean kembali menangis, Chaeri mengacak acak rambutnya. "Lo kenapa sih Sean?! Jangan kaya gini ayo pulang." Ucap Chaeri yang tak bisa lagi menahan air matanya.

"Gue sama yang lain kangen sama lo."

"Berhenti sembunyi kaya gini, rasanya aneh kalau kita langkap Sean." Setelah mengatakan itu Sean berhenti menangis dan langsung tertawa.

Chaeri kembali dikejutkan. "Lo udh gila ya?!"

Sean menghentikan tawanya. "Chaeri penampakan gue sekarang apa belum jelas?" Tanyanya, suara Sean kali ini sangat terdengar dingin.

"Maksud lo?"

"Gue udh meninggal, Chaeri.."

Chaeri melotot tak percaya. "Gausah ngaco! Bercanda lo ga lucu!'

Sean semakin sedih. "Gue juga ga pengen Chaer kaya gini.. Gue dibunuh sama teman kita sendiri.."

Entah sudah berapa kali Chaeri dikejutkan dengan perkataan Sean. "Yang bener aja lo? Emang siapa?!"

"Gue gabisa ngasih tau.. arwah gue sekarang udh ga tenang gue cuman bisa kasih ciri cirinya."

Sean mencoret menggunakan darahnya dicermin milik Chaeri. "02."

Chaeri tak menyangka. "Ngaco! ga mungkin temen kita kaya gitu."

"GUE JUGA GA PERCAYA AWALNYA CHAERI!" Sean berteriak histeris.

"Gue juga gamau.. tapi dia langsung ngehancurin kepercayaan gua dan bunuh gue gitu aja." Kata Sean lirih.

Chaeri diam dan mencerna perkataan Sean.

"Kuburin gue dengan layak Chaeri.. Jasad gue ada di gubuk kemarin lo datengin bareng dia." Pinta Sean sebelum menghilang dari pandangan Chaeri.

"SEAN!" Teriak Chaeri histeris.

"HEY LO KENAPA TERIAK NAMA SEAN?!" Kata Yukaza khawatir.

Chaeri membuka matanya dan melihat sekeliling ternyata semua temannya ada dikamarnya, ia melihat dirinya yang masih memeluk foto itu.

"Lo kenapa? Kepikiran Sean? Sampai tidur terus nangis gitu." Tanya Machvell.

Chaeri sedetik kemudian sadar, nafasnya memburu tak karuan. "SEAN! SEAN DATANG DI MIMPI GUA!"

"Tenang Chaeri!" Bentak Tiandra.

"GABISA, GUE HARUS TEMUIN JASAD SEAN!"

Mereka semua melotot. "J-jasad?!" Tanya Samuel sekali lagi.

"IYA JASAD SEAN! DIA DATANG DI MIMPI GUA DAN BILANG DIA UDH MENINGGAL!"

"Chaeri tenang dulu baru bicara, kita ga bisa langsung cerna gitu aja." Pinta Lila lalu memberi air pada Chaeri.

Chaeri memeluk Lila. "Gue mimpiin Sean, Li."

Lila membalas pelukan Chaeri, teman temannya hanya bisa menyimak. "Lo mimpiin Sean kaya gimana? Cerita pelan - pelan." Pinta Lila.

Chaeri menangis sesegukan. "Sean datang di mimpi gua dan bilang dia udh meninggal, dia minta sama kita buat nguburin dia dengan layak, Li. Ayo cepet temuin jasadnya.. Sean kesakitan.." Jelas Chaeri sambil menangis.

Teman - temannya terkejut bukan main, Satra dan Yorald langsung terjatuh di lantai. "Sean meninggal?"

Chaeri hanya mengangguk. "Terus kata Sean lagi, dia dibunuh sama salah satu dari kita."

Mereka melotot. "Salah satu dari kita?!" Ucap Willian tak percaya.

"Dugaan gua benar ternyata." Sahut Hyuka dan mendapat tatapan bingung.

"Ga nyangka nasib kak Leana bakal nurun ke gua, dan persis lagi di khianati teman baiknya." Ucap Hyuka seakan paham dengan tatapan yang tertuju padanya.

"Udah! Gausah mikir itu! Cepet cariin jasad Sean di gubuk kemarin.." Ucap Chaeri.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang