janggal : 1

197 14 3
                                    

Kisah ini berawal ketika mereka ber-delapan belas memilih untuk membeli rumah yang letaknya berada di pinggiran kota.

"Yakin ini rumahnya?" Tanya Willian yang tampak ragu - ragu.

"Berapa lama sih rumahnya di tinggalin kaya ga ke urus gini." Sahut Ben mengangguk.

"Heh mulutnya, jangan ngomong sembarangan ntar lu kena pamali." Seru Lila memperingatkan.

"Yakin elah, emang luarannya aja yang serem dalamnya ngga kok!" Ujar Sean bersemangat.

Sean lah yang menyarankan agar memilih rumah ini saja, karena menurutnya rumah ini sangat besar dan murah untuk mereka yang notabenenya sangat banyak terlebih lagi rumah ini memiliki kolam renang dan taman, hanya saja tak terurus.

"Udahlah masuk aja, mau sampai kapan lihatin rumah ini." Pinta Havendra.

Mereka akhirnya pun masuk ke dalam rumah itu, tapi tanpa mereka sadari mereka masuk ke dalam jebakan seseorang.

Singkatnya mereka harus membersihkan rumah itu dengan terpaksa tetapi ada juga yang melakukan dengan suka rela, Sean contohnya.

"Duh capek banget, gue udahan ya." Keluh Sastra

"Baru aja gitu udh ngeluh, malu sama badan." Sindir Machvell

"Bodo."

Kini sesuatu telah terjadi di saat mereka sibuk dengan kegiatannya. "GUYS!!!" Teriak seseorang

Mereka pun menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Kenapa? Kok teriak gitu?" Tanya Yorald.

"Gue... nemuin... ses... sesuatu.." Ucap Rava ngos - ngosan.

"Tenang dulu! Baru ngomong." Jawab Samuel berusaha menenangkan.

Rava menarik nafasnya kemudian menghembuskannya kembali. "Gue nemu kaki di dekat kolam renang! Busuk banget sumpah!" Serunya

Mereka terkejut tapi berusaha tenang. "Va, bercanda lo ga lucu sumpah." Ucap Yaska tak main main, Yukaza mengangguk.

"Gue serius! Kalau ga percaya lihat aja ke belakang." Jawab Rava lalu berlari meninggalkan mereka.

Hening sesaat. "Kita ikutin?" Tanya Jaekar memecah keheningan.

"Gue ragu.. tapi takut lebih mendominasi perasaan gue sekarang." Sahut Chaeri

"Ikutin aja lah, penasaran gue." Jawab Yuan

Mereka pun mengikuti langkah Rava dari tadi yang di pimpin oleh Havendra dan Sastra.

Semakin perlahan mereka menelusuri jalan ke kolam renang itu.

Ceklek

Mereka membuka pintu menuju kolam renang dan....

"Ga ada apa - apa kok.." Ujar Sastra.

Mereka yang berada di belakang Havendra dan Sastra kini berjalan kedepan. "Lah? berarti Rava bercanda dong?" Tanya Hyuka, Sastra mengendikkan bahu tak tahu.

"Terus Rava mana?" Tanya Yukaza.

"Lah iya juga, dasar bocah jahil salah kita percaya ama dia." Kesal Sean

"Tapi lihat deh guys ada kertas aneh di depan situ." Ucap Machvell menyadari sesuatu.

Mereka langsung menoleh ke arah kertas itu.

"Ambil gak?" Tanya Sastra ragu - ragu

"Ambil aja." Jawab Havendra

"Lo aja gue disini jaga mereka." Elak Sastra

"Kampret."

Havendra pun mengambil kertas itu dengan langkah yang pelan setelah mengambilnya, ia pergi ke teman - temannya untuk membuka kertas itu.

"Gue gamau buka, ga berani." Ujar Havendra.

"Sini gue aja." Tawar Willian.

Willian membuka kertas itu dan membacanya. "Gue di belakang lo."

Mereka semua menegang ketika suasana Rumah itu menjadi angker. "Maksudnya di belakang kita?" Tanya Willian memastikan.

Ketika mereka ingin menghadap kebelakang tiba - tiba...

TOK.. TOK.. TOK..

Mereka reflek saling melempar tatapan takut satu sama lain.

"Siapa yang gedor gedor anjir.." Ujar Yeuna.

"Bukain ga?" Tanya Yaska.

TOK.. TOK.. TOK...

Suara itu semakin besar.

"Kalau itu bahaya gimana?" Ucap Hyuka semakin takut.

Mereka di landai kepanikan, disisi lain mereka ingin membuka pintu itu tapi takut jika itu bahaya, dan disisi lain lagi Rava malah menghilang.

"Ini si Rava kemana lagi, malah ilang di saat kaya gini." Kesal Tiandra.

"Kita buka aja deh, gue bawa pisau dapur buat jaga - jaga." Ucap Willian

Mereka kemudian mendekat ke arah pintu ruang tamu.

Suara gedoran itu semakin melemah membuat mereka semakin was - was.

"Hati - hati willi." Ucap Yukaza, Willian mengangguk.

CEKLEK

Dan pintu pun terbuka..

Mereka semua shock setelah tau apa yang ada di balik pintu tersebut.

"R-rava?!" Kata Chaeri tak menyangka.

"Kalian kemana sih? Udh gue di tinggal sekarang buka pintunya juga lama banget." Sahut Rava marah - marah.

Rava pun menyelundup masuk membawa kopernya. "Untung aja ada kakek - kakek lewat ngasih tau letak rumah ini." Lanjutnya

Mereka masih diam dengan apa yang terjadi, kalau ini Rava lalu tadi siapa?

"Rava." Panggil Ben

"Ha?"

"Makanan yang paling gue benci apa?"

"Mintchoco."

"Dia Rava yang asli guys." Jawab Ben tenang.

"Maksudnya gimana sih? Emang kalian pikir gue siapa?" Tanya Rava yang mulai kesal karena sedari tadi ia bicara tak ada yang menyahut.

"Lo bisa jelasin kenapa lo tertinggal?" Tanya Yorald tudep.

"Hadeuh, pas kita makan siang tadi di warkop gue sempet izin ke wc buat buang air kecil tapi pas di dalam gue malah ke kunci dan untung aja ada cewe lain masuk dan berusaha ngasih tau penjualnya kalau gue ke kunci."

"Terus pas udh bisa ke buka gue ke meja kalian, kalian udh ga ada. gue sempet lihat kendaraan kalian pergi dan gue juga sempet teriakin kok malah machvell cuma liatin gue." Jelas Rava panjang lebar.

Mereka semua langsung menoleh ke arah machvell guna memberi penjelasan, Machvell yang sadar di beri tatapan itu langsung berbicara "Eh gada ya, kan kalian lihat sendiri gue yang paling depan tadi, mana mungkin gue lihat Rava dan ninggalin dia gitu aja."

"Aduh pusing." Keluh Yuan.

"Emang tadi kenapa?" Tanya Rava kembali.

"Tadi kita ngobrol sama lu, lu bilang lu lihat kaki di kolam renang, jadi kita kesana malah ga dapet apa apa cuma kertas yang isinya aneh, dan lo juga malah ilang." Jelas Ben

"Dih gue aja baru sampe, kalian halusinasi kali." Jawab Rava

"Ga mungkin banget halusinasinya barengan." Elak Samuel

"Tapi yang pasti bukan gue ya, gue aja kalian tinggal." Jawab Rava kembali

"Kok jadi janggal gini sih? Aneh banget perasaan tadi juga gue lihat Rava naikin motornya sendiri deh." Sahut Jaekar setelah sekian lama menyimak.

"Terus pas kita ke belakang malah dapat kertas isinya 'gue dibelakang lo." aneh banget ga sih?" Sambung Lila

Ketika mereka asik dengan pikirannya masing - masing tanpa mereka sadari bahwa salah seorang dari mereka tersenyum hampir tak terlihat.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang