janggal : 19

41 8 1
                                    

Selesai Yeuna di kebumikan, mereka semua kembali. Hanya raut sedih yang terlihat air mata mereka seakan terkuras habis.

"Gila dah pemakaman berasa rumah sendiri." Ujar Willian.

"Tau tuh, bosen banget gue kesana hampir tiap hari." Sahut Hyuka.

Yorald pulang bersama mereka, demi menghindari kecurigaan.

Yorald memandangi foto mereka berdelapan belas di dinding ruang tamu yang terpajang, ukuran foto itu cukup besar sehingga menampakkan dengan jelas mereka yang tersenyum manis.

"Ini semua ga bakal terjadi kalau teman kita ga ikut sekte itu."

"Gue laper deh." Ucap Samuel tiba - tiba.

"Masak sendiri."

"Tapi ga ada apa - apa di kulkas." Kata Havendra.

"Terus gimana dong? Ribet ah kalau ke pasar beli bahan habis tuh masak." Tanya Samuel lagi.

"Yaudah order makanan aja." Ucap Rava.

"Gausah, gue takut kejadian lama terulang lagi. Biar gue aja sama Willian beli makanan diluar." Tolak Yaska mentah - mentah.

"Oh yaudah, gue kaya biasa ye."

"Samain aja semua, Yas." Ujar Yukaza, Yaska mengangguk.

"Yaudah gue pergi dulu." Pamit Yaska dan Willian.

Yorald kembali memandangi kamar Yeuna, ia merasa ini semua aneh. Yeuna pasti di bunuh dan mereka pasti bohong kalau Yeuna keracunan.

"Gue harus nanya sama siapa anjir.."

"Ntar kalau gue nanya, malah langsung ke pelakunya kan ga lucu." Ucapnya dalam hati.

"Mau sampai kapan lo bengong?" Tanya Hyuka menyadarkan lamunan Yorald.

"Oh iya, Hyuka!" Serunya dalam hati.

"Gue cuman kangen kita yang dulu." Balas Yorald.

"Dah ya, panggil gue kalau makanannya sampai." Lanjut Yorald kemudian berlari masuk ke kamarnya.

Ia tak sadar sedari tadi Ben memperhatikannya.

























Singkat cerita malam pun tiba, Yorald di panggil Machvell untuk ke kamarnya, ada Ben, Havendra, Willian, Samuel, Yaska, dan Tiandra disana.

"Ngapain nih rame - rame?" Tanya Yorald yang bingung.

"Nongkrong aja sih, Machvell pengen di temenin." Sahut Tiandra, Yorald kemudian menatap Machvell mereka berdua bertatapan yang membuat perasaan Yorald semakin aneh.

"Eh btw si Hyuka mana?" Tanya Yorald lagi.

"Lagi di kamar mandi, katanya pengen boker." Jawab Ben.

"Ngapain kek gitu, bosen banget gini doang." Ucap Willian.

"Emang mau main game apa? Bosen gue kalau ml mulu." Jawab Samuel.

"Truth or Dare aja gimana?" Ujar Havendra.

"Wah seru nih kayanya, ayo lah. Lama gue ga main ginian." Seru Tiandra.

Mereka memainkan permainan Truth or Dare menggunakan botol air minuman sebagai pemutarnya.

Botal itu berputar ke arah Havendra.

"Pilih Truth or Dare?" Tanya Tiandra.

Havendra memikir sejenak. "Gue lagi malas disuruh suruh. Jadi gue pilih Truth." Jawab Havendra.

"Lo pernah bohong gak?" Tanya Tiandra lagi.

Havendra tertawa. "Makhluk kaya gue nih ga mungkin ga pernah bohong bodoh." Jawab Havendra.

"Dih santai kali." Kesal Tiandra.

"Udah - udah, lanjut."

Kini bola berputar dan mengarah pada Yorald. "Ayo, lo pilih Truth or Dare?" Kali ini Ben yang bertanya.

"Apa ya, gue pilih Dare aja deh." Jawab Yorald asal.

"Nah karena lo pilih Dare, coba sini ponsel lo kita periksa." Ucap Ben.

Yorald terkejut. "Dih apaan, privasi gue ini." Tolak Yorald.

"Katanya pilih Dare gimana sih." Kesal Ben.

"Ya gausah gitu juga, yang lain deh." Lanjut Yorald tak mau kalah.

"Dih cemen, emang apa sih isi ponsel lo."

"Gatau intinya privasi, dah ye gue panggil Hyuka dulu ga seru kalau main ga lengkap." Ucap Yorald langsung melarikan diri

"Cih emang apa dah isi hp nya." Desis Ben.

"Rahasia negara kali." Sambung Machvell.

Mereka kembali memutar botol itu dan mengarah pada... Samuel?

"Lo pilih Truth or Dare?" Tanya Yaska.

"Dare karena gue cowo maco." Ucap Samuel sombong.

"Pukul Willian." Sahut Tiandra.

"Dih, dih kok gue?!" Tanya Willian kesal.

"Kaga bercanda, ayo cium pipinya Willian." Lanjut Tiandra lagi.

"Dih apaan sih, harus banget Willian?" Tanya Samuel.

"Katanya tadi cowo maco." Jawab Ben.

Samuel mau tak mau mencium pipi Willian.

"Awas lo ye macam - macam." Ucap Willian mengancam.

"Satu macam doang kok." Jawab Samuel disertai senyumannya.

Cup

Samuel mencium pipi Willian, Willian langsung geli dan menggosok pipinya.

"Gue ga rabies kali." Kesal Samuel.

"Lo homo ya?!" Ucap Willian tak kalah kesal.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang