-*⁠.⁠✧29✧.*-

6.6K 607 8
                                    

"Apa kabar hati yang sudah lama hancur?"

---🌹🌹🌹---

"Hu~"

"Hantu~"

Eleander dan Miguel berwajah masam, mereka berdua merenggut juga malu. Malu karena di ledek oleh Sylvester. Lihat anak itu, menutupi dirinya dengan selimut dan berlagak menjadi hantu.

Setelah itu Sylvester terkikik geli, ia melepas selimut yang tadi menyelimuti tubuhnya. Selimut sudah di ganti dengan yang baru, dirinya gunakan untuk meledek kedua pria tadi.

Danielo juga Marcellus terkekeh kecil melihat tingkah anak itu. Kedua pria itu sudah menceritakan kejadian tadi, yang menyebabkan tingkah usil Sylvester menjadi kambuh.

"Syl!" seru Eleander dan Miguel secara bersamaan. Tawa Sylvester makin kencang, sementara telinga kedua kakaknya itu sudah memerah.

"Malam mulai larut," ujar Marcellus setelah melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Kalian bertiga, tidur," titah Danielo. Ketiganya menurut, mereka menaiki kasur Sylvester. Si pemilik kasur mengkerut bingung.

"Bentar, ngapain kak Lea sama kak Mimi naik ke sini?" tanyanya sembari bersungut. Nama panggilan juga tersemat di pertanyaan tadi.

"Pft!"

Marcellus juga Danielo memalingkan muka. Eleander dan Miguel memasang wajah datar, sudah terlihat jelas kalau kedua pria itu sedang menahan tawa jika dilihat dari bahu yang bergetar.

"Ketawa aja kak! nanti sakit perut!" celetuk Miguel. Sylvester tertawa kecil, panggilan seperti tadi adalah pembalasan dendamnya untuk orang yang memanggilnya dengan sebutan 'Syl'. Pengecualian untuk orang yang tidak bisa dirinya lawan.

"Sakit perut, tau rasa!" timpal Eleander. Danielo langsung tertawa, juga Marcellus. Kedua pria itu tertawa bebas.

"Mimi-pft!" sebut Marcellus di sela tawanya. Miguel berdecih, kakaknya benar-benar menyebalkan.

"Lea! Hahaha!" Tak jauh berbeda dari Miguel dan Marcellus, Danielo dan Eleander juga dalam situasi yang sama.

Menyandang gelar sebagai adik kedua pria itu benar-benar menyebalkan bagi Miguel dan Eleander.

-*.✧Sylvester✧.*-

Ketiganya sudah tertidur. Sylvester ada di tengah, Eleander ada di kanan, dan Miguel ada di kiri. Untung saja kasur yang di sediakan oleh Margareta berukuran sangat besar, jadi masih bisa untuk menampung dua tubuh besar lagi.

Danielo duduk di sofa kamar, ia dengan tenang mengamati laptopnya. Serta Marcellus yang asik meminum kopinya. Kamar ini gelap, hanya ada remang-remang dari lampu tidur.

'Tok-tok

Ketukan pintu terdengar pelan, mungkin memiliki maksud untuk tidak mengganggu sosok yang tertidur. Kedua pria tadi menghentikan kegiatannya.

'Cklek

Pintu terbuka, menampilkan Theodore yang memakai kaos semi ketat lengan pendek, itu memberikan kesan bahwa pria itu adalah seseorang yang otoriter. Hal yang jarang bagi keduanya lihat karena Theodore selalu memakai kemeja hitam lengan panjang yang di gulung.

'Hah... malam ini pasti akan berat.'

"Sepuluh menit lagi, akan di mulai," ujar Theodore singkat. Theodore menutup pintu pelan, meninggalkan putra serta keponakan yang menanggapinya dengan anggukan.

Danielo dan Marcellus bangkit, keduanya berniat ke kamarnya masing-masing. Hanya sekedar mempersiapkan diri untuk pelatihan malam ini.

Pelatihan Dimitri di lakukan untuk seluruh anggota keluarga. Tak terkecuali. Semua di lakukan hanya untuk satu tujuan, yaitu pertanggungjawaban.

Dimitri wajib bertanggungjawab atas nyawa orang-orang yang telah bersumpah untuk mengabdikan diri. Membangun karakter seorang pemimpin, serta ketegasan juga keteguhan diri.

Pelatihan telah di jadwalkan secara bertahap, terutama untuk si bungsu. Yang kelak, akan melewatinya juga.

✿✿✿Bersambung....

Hai (⁠ノ⁠◕⁠ヮ⁠◕⁠)⁠ノ⁠*⁠.⁠✧

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang