Ice sakit pinggang.
Ototnya juga linu-linu karena selama berjam-jam, Ice memindahkan barang-barang dari teras ke rumahnya. Ice memang menyewa agen jasa pindahan rumah. Agen itu mengantarkan barang (Nama) dari rumah lamanya kemari, dan menatanya di beranda rumah, masih dalam bungkusan-bungkusan kardus dan bubble warp. Ketika agennya ingin menyimpan barang ke dalam, (Nama) mencegahnya. (Nama), dia tidak ingin barang pribadinya diangkut dan disusun asal-asalan oleh agen. (Nama) ingin mengaturnya sendiri, karena ia punya selera subjektif akan tata letak barang yang sulit dimengerti oleh orang lain.
Ice melihat Sang Maestro menyeret lukisan lima puluh inci melalui pintu beralaskan stiletto dengan heels enam senti, dan fit & flare dress yang memamerkan kaki jenjangnya. Ice tidak tega menyaksikan cewek si negri dongeng mendadak menjadi kuli bangunan. Jadi Ice membantu. Ujung-ujungnya, pekerjaan sepuluh orang, semua-muanya, dibereskan oleh Ice. Jarang-jarang Ice mau bergerak lebih, kalau bayarannya bukan cengiran tengil wanita slengean itu.
Ice menepuk lukisan bergambar junjungan angkasa raya di ruang tamu. Itu lukisan terakhir yang belum dipajang, atau disimpan di studio, "Mau disimpan dimana? Atau dipajang?"
Ice kemudian menoleh ke sudut ruang tamu yang kosong. "Oh? Di situ?"
Ice bukan asal menebak, Sang Maestro punya pattern, kecenderungan untuk mendesain ruangannya. Di setiap sisi tembok, biasanya Sang Maestro memarkirkan minimal satu lukisan, dan ornamen-ornamen adisionalnya. Dan sepertinya, satu sisi tembok itu akan cocok apabila dipanjangi hiasan dinding. Bahkan orang awam seperti Ice dapat mengerti, dinding di sana perlu diberi sentuhan karya seni karena kelihatan terlalu plain.
Sang Maestro menoleh pada area yang Ice maksud. Sebuah sofa panjang menempel di dinding. Hanya ada lampu berbentuk pohon-pohon dengan bohlam lampu mirip percahan kaca—tunggu apa? Ice memejamkan mata sejenak, mengingat-ingat.
Salah satu ingatan Ice mengenai film tontonannya sewaktu kecil menyeruak keluar. Tinkerbell. Ice ingat, salah satu seri Tinkerbell bercerita mengenai bagaimana Queen Clarion memercayakan Tinkerbell untuk menciptakan tongkat dudukan batu bulan. Semacam tongkat sihir, dimana batu bulan akan ditenggerkan di sana. Batu bulan. Bila Ice ingat, batu bulan itu benda sakral di Pixie Hollow. Cahaya bulan dipercaya bakalan melewati pembiasan dengan perantara batu bulan, dan energinya bermanfaat meremajakan pohon penghasil debu peri setiap delapan tahun sekali. Ya ampun, Ice ingat! Delapan tahun sekali, pohon penghasil debu peri—debu berkilauan yang dibubuhkan di sayap-sayap peri agar sayap mereka bisa mengepak—rutin dibuat muda oleh prosesi pengekstrakan batu bulan.
Tapi ketika Tinkerbell selesai memproduksi tongkatnya, dan ia hendak test drive dengan memasangkan batu bulan di tongkat itu, Tinkerbell malah menjatuhkan dan memecahkan batu bulan, kristal keramat Pixie Hollow. Tinkerbell panik luar biasa. Berbekalkan nekad dan kepercayaan pada mitos dari negri sebrang, Tinkerbell mencari Cermin Pengabul Harapan jauh ke tanah antah berantah supaya ia bisa mengembalikan batu bulan ke bentuk semulanya. Ceminnya belum tentu ada, dan hanya dipercaya sebagai legenda; konon katanya, si cermin dapat mengabulkan tiga permintaan, tapi dua permintaan lainnya telah digunakan, menyisakan satu slot permintaan. Bersama Glaze, seekor kunang-kunang, Tinkerbell mencari cermin ajaib. Ujian-ujian terlewati, dan Tinkerbell sampai kepada legenda cermin pengabul harapan. Saat si cermin bertanya, apa kepentingan Tinkerbell datang padanya, Tinkerbell—karena kepalang sebal—meminta Glaze agar tutup mulut, karena Glaze terlalu berisik. Si cermin mewujudkan permintaan Tinkerbell. Glaze dibuatnya senyap, dan Tinkerbell kehilangan satu permintaan dari si cermin ajaib.
Tinkerbell frustasi. Ia tidak tahu bagaimana ia mengatakan pada Ratu Clarion, bahwa ia telah memecahkan batu bulannya. Namun saat festival tiba, Tinkerbell memantapkan diri untuk mewajahi ratu. Dengan tongkat kayu yang meliuk-liuk, terpelintir, dan dahannya berkumpar penuh akan estetika, Tinkerbell memasangi kepingan-kepingan pecahan batu bulan ke setiap rantingnya, menjadikan tongkat itu seperti pohon berdaunkan serpihan batu bulan. Meskipun tidak utuh, nyatanya batu bulan masih berfungsi, dan Ratu Clarion tetap merayakan festivalnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ice x Reader | Mr. Ice
Fanfiction|Ice x Reader| Tadi kakaknya, sekarang adiknya.