Setelah Gibran dinyatakan meninggal oleh Rahsya tadi, mereka langsung membawa Gibran kedalam ruangan nya untuk diperiksa kembali oleh dokter karena berharap deduksi dari Rahsya itu salah,namun ternyata deduksi dari Rahsya itu tidak salah karena nyatanya Gibran memang benar-benar sudah meninggal.
"Gimana dok?,anak saya baik-baik saja kan?"tanya Rara dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya.
Dokter Ilham hanya menundukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Rara, kemudian dia mulai mendongakkan kepalanya dengan menghela nafas nya panjang.
"Mohon maaf,saudara Gibran dirgantara rafasya dinyatakan meninggal pada hari Sabtu,11 Juni,2024,pukul 16:00"jelas dokter Ilham menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Enggak!!!"
Mendengar hal itu Rara langsung saja menerobos masuk kedalam ruangan Gibran dan memeluk putra bungsu nya dengan erat.
''sayang jangan bercanda nak,jangan tinggalin mama sendiri,hikss....hikss"lirih Rara dengan menangkup wajah pucat milik putra bungsunya.
"Bangun sayang..bangun...."
"Bukan nya kamu mau ngerasain gimana makan masakan mama?,gimana rasanya tidur di temani mama,kalau begitu ayo bangun sayang!,mama pasti bakal lakuin semua keinginan kamu itu,hiks...hikss"
"Bangun..."
Praja yang melihat kondisi kacau Rara menjadi iba dengan berusaha keras dia mencoba untuk tegar dan menerima fakta menyakitkan bahwa putra bungsu nya telah tiada.
Praja berjalan dengan gontai menghampiri Rara dan memeluknya.
"Jangan kayak gini Ra,kasian Gibran"lirih Praja dengan menahan tangisnya.
Rara yang mendengar lirihan Praja langsung melepaskan pelukan nya secara paksa dan beralih menatap Praja dengan sendu.
"Aku enggak mau kehilangan anak aku mass...,aku enggak siap,hiks..hikss"
"Aku udah janji sama Gibran kalau aku udah keluar dari penjara aku bakalan urusin dia layaknya seorang ibu pada umumnya mas,k-karena..k-karena..."Rara tidak melanjutkan ucapannya dia malah menangis sejadi-jadinya di pelukan Praja.
"K-karena sebelum aku dipenjara,a-aku memperlakukan Gibran dengan buruk mass...a-aku bahkan tega nyakitin anak aku sendiri mas,hiks...hiks"lanjut Rara dengan tangisan yang semakin kencang.
Praja hanya terdiam mendengar lirihan-lirihan menyakitkan dari Rara,dia beralih menatap wajah pucat putra bungsu nya yang tubuhnya tertutupi oleh kain putih.
"Sekarang kamu bisa istirahat dengan lama sayang,kamu pasti senengkan?,t-tapi nyatanya disini tidak ada yang senang atas keputusan kamu ini,disini k-kita belum siap buat kehilangan kamu..."lirih praja menatap kosong kearah jasad putra bungsu nya.
"Kamu tenang aja yah sayang,ayah disini bakalan jagain mama sama Abang kamu,ayah juga bakal berusaha buat berubah jadi lebih baik lagi, seperti yang kamu minta"lirih Praja dengan menciumi kening putra bungsu nya sangat lama.
Hadi dan Anggi hanya terdiam dengan saling berpelukan, mereka masih belum menyangka bahwa Gibran telah tiada.
"Ini beneran yah?,bukan mimpi gitu?"lirih Anggi di dalam hati seraya menatap Gibran yang sudah tidak bernyawa dengan tatapan yang kosong.
Sedangkan Al,dia hanya terdiam dengan menatap kosong adiknya yang sudah tidak bernyawa.
"I-ini beneran Gib?,Lo ninggalin Abang, padahal kita baru aja tau loh kalau kita itu saudara,a-abang baru aja ngerasain bahagia karena bisa kumpul sama keluarga kandung Abang,t-tapi kenapa sekarang kebahagiaan Abang harus musnah dengan kepergian lo Gib?,Lo jahat!,Lo bener-bener jahat Gib!,Lo tega ninggalin Abang disini"gumam Al dengan merosot kan dirinya pada tembok ruangan UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic.
Short Storycerita berbeda dengan seperti film aslinya.ini adalah cerita versi saya sendiri.