18:menyerah?.

1.3K 99 44
                                    

"Om Praja!,saya mohon berikan batu itu kepada saya, Gibran...,d-dia membutuhkan itu,saya mohon om"tangis Rahsya berlutut di hadapan Praja.

Praja yang melihat itu hanya tersenyum miring,tapi batin nya cemas akan kondisi Gibran.

"Saya harus bagaimana?,disisi lain saya juga mengkhawatirkan anak itu, apakah saya harus memberikan batu ini kepada rahsya untuk menyelamatkan anak itu?"batin Praja bingung.

Naura yang mendengar suara hati Praja itu langsung tersenyum.

"Semoga om Praja luluh,dan balikin batu itu ke Rahsya,karena kita gak punya banyak waktu lagi!"batin Naura.

Pak Deden yang melihat Praja mematung dan melamun, tidak menyia-nyiakan hal itu.

Dia langsung saja mengambil batu bintang yang berada di tangan Praja, tapi Praja tidak sadar akan hal itu karena lamunan nya.

"Pak?"bingung Rahsya melihat pak Deden mendekati Praja.

Pak Deden meletakkan jari telunjuk nya di bibirnya menyuruh Rahsya untuk diam, Rahsya langsung diam melihat itu.

Dan akhirnya pak Deden mendapatkan batu itu dari tangan Praja.

"Alhamdulillah"senang mereka.

Sedangkan Praja yang tersadar akibat teriakan mereka menjadi linglung dan melihat kearah tangan nya sendiri yang tadinya memegang batu bintang.

Dia kaget ketika melihat batu bintang itu tidak berada di tangan nya.

"Dimana batu itu?"kagetnya, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Rahsya dan yang lainnya.

Praja melihat batu itu sudah ada di tangan pak Deden,dia langsung saja mendekati mereka untuk merebut kembali batu itu.

Rahsya yang menyadari Praja mendekati mereka langsung menghalangi nya dan siap untuk melawan nya.

"Praja!"teriak Mbah Gono menghampiri Praja.

"Percuma kamu melawan dia,kamu tetap akan kalah,karena keadaan kamu yang sekarang tidak memungkinkan kamu untuk menang"ucap Mbah Gono, kemudian membawa Praja pergi.

"Kalian lebih baik sekarang pergi dari sini, lihatlah matahari nya sudah mau terbenam, waktu kalian tidak banyak."ucap penjaga goa tadi kepada mereka.

"Baik pak, terimakasih sudah mengizinkan kami untuk mengambil batu ini"balas Irsyad berterimakasih dengan membungkukkan badannya bersama yang lainnya.

"Itu tidak masalah, asalkan kalian dapat menyelamatkan adik kalian"balas penjaga tersebut dengan tersenyum.

Mereka hanya tersenyum membalas ucapan penjaga itu kemudian pamit dan pergi menggunakan alat Irsyad.

...

Disisi lain keadaan Gibran semakin memburuk wajah nya bertambah pucat, sudah seperti mayat hidup.

Adara dan yang lainnya melihat itu semakin khawatir.

"Yaallah Bran"gumam Anggi tidak tega melihat keadaan Gibran yang semakin parah.

"Lo harus bertahan Gib!, saudara-saudara Lo bentar lagi kembali dan pasti bawa obat buat kesembuhan Lo!"ucap Al dengan memegang tangan Gibran.

Al terlonjat kaget ketika memegang tangan Gibran yang dingin,sedingin es.

"O-om tangan Gibran dingin banget"ucap Al kepada Hadi.

Hadi yang mendengar itu menjadi panik dan langsung memeriksa denyut nadi Gibran kembali.

Wajah nya semakin khawatir ketika memeriksa denyut nadi Gibran.

"G-gimana om?"tanya Adara takut.

"Denyut nadi Gibran s-semakin lemah, benar-benar lemah"jawab Hadi, kemudian memberikan tenaga dalam nya kepada Gibran.

The Magic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang