[۝・Uninvited guests・⁠۝]

2.2K 187 3
                                    

pagi yang cerah di kediaman Brandt dan selama beberapa hari Claudine mencoba untuk beristirahat dan pulih.

Dia meletakkan nampan yang sudah kosong pada nakas di samping tempat tidurnya. ia kini sendirian, matanya melirik ke arah catatan dan pena yang sebelumnya sempat ia sembunyikan.

"Kadang-kadang aku tidak bisa berhenti untuk memikirkan banyak rencana dalam bisnis diam diam agar tidak ada yang mengetahuinya.." -ucapnya, ia dengan lembut meraih Catatan dan pena itu lagi.

"Di masa lalu, Layla melakukan bisnisnya dengan berjualan selai, mungkin kedepannya akan tetap seperti itu.." lirihnya sambil memikirkan apa yang harus ia tulis.

"aku pintar dalam keuangan, pengobatan, atau mungkin beberapa model pakaian. Jadi kenapa aku tidak mencoba? mungkin sebuah butik dan kedai obat tidak buruk.. atau mungkin hotel?" Ide tersebut bermunculan. Claudine segera menulis dalam buku catatannya, potensi keuntungan dalam sebagian hasil yang mungkin besar.

"Tidak akan ada yang tahu bagaimana jadinya, tapi itu patut di coba"

"Tapi darimana aku harus memulainya?.." helaan nafas keluar dari bibir merah mudanya sebelum menatap keluar jendela dan melihat kupu-kupu hinggap di jendela.

'Seharusnya aku seperti kupu-kupu. Indah dan terbang kemanapun dia mau, dan tidak ada yang memburu nya'

Pikiran itu terus membuat sang gadis mengingat kematiannya. Tubuhnya merinding sebelum menatap kembali catatan tersebut "tidak ada yang bisa di harapkan dari tempat ini. Aku ingin kabur"


TOK

TOK

TOK


"Lady brandt, bolehkah saya masuk?" Kepala pelayan itu menunggu balasan dari sang pemilik kamar.

Alis Claudine terangkat, sebelum berbicara "tentu, masuk saja tuan Robert"

Kepala pelayan itu segera membuka pintu, perawakannya memang sudah lanjut usia tapi tidak bisa di pungkiri jika kepala pelayan itu bertahan sengat lama dalam beberapa tahun untuk mengabdi pada keluarga Brandt.

"Ada apa?" Claudine berucap, dia tidak mau banyak basa basi.

Kepala pelayan itu menyerahkan surat yang berada di tangannya pada Claudine. Claudine mengambil Surat itu dengan tatapan skeptis, Lambang itu, lambang keluarga herhardt. Dengan enggan dia membaca isi surat itu, alisnya berkerut dengan rasa tidak suka.

"Tidak, katakan pada mereka aku tidak mau dikunjungi oleh siapapun. Bahkan jika walinya adalah pria yang akan segera menjadi Duke herhardt, aku tidak ingin menemuinya.."

Suara Claudine penuh dengan rasa jengkel, dia memalingkan wajahnya. Namun kepala pelayan itu tampak terkejut.

Bukankah ini sebuah kabar baik? Kepala pelayan itu terheran-heran dalam nada penolakan Claudine yang begitu jelas. Biasanya gadis kecil itu akan Sangat senang dengan adanya kunjungan keluarga yang berpengaruh di negara, karena itu akan menjadi sebuah kehormatan besar bagi bangsawan yang menerimanya.

Claudine memperhatikan tatapan bingung dari Robert. Ia kembali menoleh, helaan nafas keluar dari bibirnya.

"Kumohon, aku hanya ingin istirahat. Bisakah kau mengerti kondisi ku? Jika mereka khawatir, kirimkan surat balasan dan katakan bahwa aku baik baik saja" -claudine tersenyum, mencoba membuat kepala pelayan itu menerima alasan sang lady.

"Ba-baik lady.." -pelayan itu segera membungkukkan badan sebelum meninggalkan kamarnya.

"Hahh..." Claudine kembali berbaring dengan lelah. Punggungnya bersandar pada senderan tempat tidur.

🎀✧Lady Want To Survive✧🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang