۝・PROLOG・⁠۝

4.3K 253 5
                                    

Setelah menikah dengan seorang bangsawan pria yang sakit. Claudine tahu pria yang dia dapatkan ini tidak sepadan dengan usaha yang dia perjuangkan sejak kecil... Namun dia sudah di buang oleh keluarganya, dan di kucilkan. Bukankah itu tidak adil? Jika sebuah perselingkuhan di benarkan, dan penindasan menjadi sebuah kesalahan, bukankah itu sama saja? Dua duanya salah.. tidak ada yang benar tetapi masyarakat lebih memilih menutup mata.

Tapi ini juga kesalahan Claudine, karena dia terlalu menganggap remeh Layla. Kini ia menyesali semuanya tapi sudah terlambat untuk mengubahnya.

Tahun ini duchees baru itu tengah mengandung pewaris kedua. Claudine dengan berani memasuki kembali arvis yang sudah lama tidak ia kunjungi, Walaupun setiap ejekan dan hinaan para bangsawan berbisik seperti angin.. dalam pesta teh itu Claudine hanya berdiam diri sambil menatap Layla yang tengah belajar tata Krama bangsawan, perut hamilnya terlihat jelas tapi Claudine tidak menggubris hal itu, melainkan mencoba bersikap baik dan mengajarkannya tata Krama.








°
"A-aku tidak mencoba meracuninya. Aku tahu aku yang membuat teh itu, tapi aku tidak mencoba untuk mencelakainya seperti dulu!" -claudine berteriak, mencoba membela dirinya dari tuduhan tersebut. Matanya berkaca-kaca karena tidak ada satupun yang membelanya.

"Aku bersungguh-sungguh.." -claudine. Bibirnya bergetar, air mata hampir terjatuh dari mata birunya.

Namun tidak ada yang percaya dengan kata katanya. Mereka semua memilih diam dan menunjuk ke arah claudine yang di cap sebagai pelaku yang ingin meracuni Duchess Layla. Tidak ada yang membelanya saat dia di bawa oleh para prajurit dan di bawa ke Tengah tengah aula dimana Claudine bertekuk lutut di hadapan Matthias. Mantan tunangannya.. dan Layla di belakangnya bersembunyi dengan rasa takut dan gelisah.. sungguh? Inikah seorang duchees baru yang dipuja puja? Layla tidak mencoba untuk melawan, dia lebih memilih bersembunyi di balik prianya.

Tatapan claudine menjadi kosong saat Matthias menodongkan pistol ke arahnya. Tidak ada cinta tidak ada belas kasihan.. pria brengsek ini, pria yang membuat hidupnya rumit dan tidak beraturan.

"Aku bersumpah, aku tidak melakukan apapun.. tolong percayalah padaku kali ini saja" -claudine

"Tidak, kau sudah mencoba melukainya beberapa kali. Aku tidak akan memaafkan kamu kali ini" -matthias dengan nada dinginnya menatap nanar Claudine yang kini bertekuk lutut di hadapannya.

DOR!!

Perlahan-lahan darah mengalir dari kening Claudine, membuatnya terjatuh di lantai marmer dan sebelum kesadarannya musnah selamanya. Manik biru Lautnya menatap sang ayah yang berdiri di pojok aula...

Ahhh... Mata itu menunjukkan sebuah kebenaran. Dia tahu itu sebenarnya perbuatan ayahnya yang keji karena tidak terima jika Layla menjadi seorang duchees dan menjadikan putrinya kambing hitam dalam rencana kejinya. Membuat Claudine ditembak mati oleh mantan tunangannya yang bahkan bukan kesalahannya.

"A-aku tidak berbohong.... A-ayahku yang melakukan.." -claudine mencoba berbicara di saat- saat terakhirnya, menunjuk ke arah sang ayah. Tapi kematian sudah merenggut nyawanya, dan air mata terakhir mengalir dari pipinya bersatu dengan darah yang mengalir hingga wajahnya.

Betapa malangnya nasibmu Claudine.. tidak ada orang yang mencintaimu selain Riette. Bahkan kelahiran mu hanya sebagai pion untuk meningkatkan kesuksesan dan marga keluarga mu sebagai bangsawan. Apa keluarga mu mencintai mu? Tidak..

Apakah para bangsawan dan teman teman yang dulu berada di sisi mu dan berpura-pura mendukungmu akan ada untukmu saat kau terpuruk dan jatuh? Tidak.. Tempat dimana mereka terbiasa menghunuskan pisau untuk menjadi kelompok yang sama.

Lalu mereka yang terlihat akan bersama selamanya akan saling memukul belakang kepala masing-masing.

Apa yang tidak Claudine miliki dari Layla? Kepolosan? Kecantikan? Ketulusan? Kebaikan?.. mereka hanya memandang plus nya saja dan menjadikan wanita cantik sebagai keistimewaan mereka tanpa melihat wanita lain yang berjuang mati matian untuk di akui oleh keluarganya, dan hanya mendapatkan hikmah dari perjuangannya.

°'aku ingin berubah... Apa ini hasil dari kerja kerasku? Aku hanya ingin di cintai dengan tulus dan di akui...'°

Bisikan hati dari Claudine yang perlahan tenggelam bersama dengan kematiannya...
°
°
°
°
°
°
°
°
°
(⁠✿⁠ 🎀°••••••••••••••••••••••°🎀✿⁠ )

"Marie?... Tunggu bukankah aku sudah mati?" -claudine terkejut dan mengusap usap wajahnya dengan kasar.

Dia beranjak dari kasur dan berlari menuju cermin besar di samping ruangan di dalam kamarnya. Mata Claudine melebar saat melihat pantulan dirinya dalam wujud bocah saat dia masih menjadi seorang gadis kecil.

"APA?! AAAAAAAAAAA!!" -Claudine menjerit dengan lantang, menjambak rambut coklat kemerahannya.

"Marie! Marie! dimana kamu!!" Claudine mencicit, suaranya bergetar dengan ketakutan, apa maksudnya ini? (Bukan bahasa Sunda ya). Semuanya terasa aneh, dia tidak percaya tentang waktu yang bisa di putar ulang! Ini lelucon!

Pelayan wanita bernama Marie yang di panggil segera menghampiri lady mereka dan membungkuk dengan bingung "ada apa lady brandt? Semuanya baik baik saja?"

Bibir Claudine keluh, dengan gemetar dia berbicara "berapa umurku?? jawab aku!!"

Marie tampak terkejut dan memiringkan kepalanya dengan bingung "umur anda 12 tahun lady, mana mungkin anda bisa lupa?"

TENG

Bak sebuah lonceng besar tampak menumbuk kepala gadis kecil itu seperti sebuah ungkapan yang tidak bisa dia terima dengan begitu saja, Claudine Kembali menatap lantai dan menjambak rambutnya lebih keras.

"TIDAK MUNGKIN! tidak nyata!" -claudine berkata dengan suara panik dan menatap wajahnya lagi pada cermin didepannya dengan nafas tersengal sengal..

•°Mungkinkah? Mungkinkah ini pemberian Tuhan karena merasa iba pada kehidupan claudine yang begitu menyedihkan?..°•

bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bersambung

🎀✧Lady Want To Survive✧🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang