[۝・a pain・⁠۝]

1.4K 127 0
                                    

KEDIAMAN BRANDT

"Marie!!" -claudine mendobrak pintu kediamannya. Sontak seluruh pelayan yang tengah berada di aula utama menatap sang lady.

"Y-ya, lady?" Pelayan wanita yang di panggil segera menghampiri lady mereka. "Anda membuat kami kaget saja.."

"Astaga, gaun anda dan tubuh anda.." pelayan itu sontak menutup mulutnya dan terkejut dengan penampilan Claudine yang kotor dengan gaunnya yang sobek.

"Lady! Kenapa bisa sampai seperti ini? Siapa orang yang menyakiti anda?" Marie segera meminta pelayan lain yang berada di dekatnya mengambil kotak obat dan menyiapkan air hangat untuk sang lady.

Sementara itu Claudine menepis kekhawatiran Marie  dengan tatapan tegas "terimakasih atas perhatiannya Marie, tapi ada hal yang lebih penting daripada mengurusi tubuhku"

Marie menghela nafas panjang dan menatap lady mereka dengan penuh perhatian "walaupun begitu tubuh anda sangatlah rapuh lady, walaupun saya yakin anda adalah gadis yang kuat"

'aku tahu itu Marie..' manik biru langitnya menatap ke bawah lantai marmer yang di pijak olehnya.

'namun untuk bertahan hidup dari neraka ini terkadang kita harus  mementingkan sebuah objek  daripada diri kita sendiri..' -batin Claudine.

Hening sesaat menyelimuti keduanya dan karena tidak ingin membuang waktu lagi, Marie kembali menatap lady muda yang kini berada di hadapannya "Jadi ada yang bisa saya bantu untuk anda?" Lanjut marie.

"Tolong panggilkan penjahit untuk datang segera ke kediaman brandt malam ini"

"Eee? Tumben sekali, biasanya anda akan segera datang ke butik sabine" Marie meletakkan tangannya di pipinya dengan bingung.

Claudine menghela nafas kecil dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada "bukan begitu, ada desain pakaian yang ingin aku rancang khusus agar bisa aku pakai minggu depan"

"Ahhh, tampaknya agak darurat ya? Di desain sendiri biasanya harus di gambar terlebih dahulu" ucap pelayan tersebut sebelum berjalan ke arah telepon engkol dan memutar tuas untuk menyambungkanya dengan sentral telepon.

Claudine duduk di sofa dan menunggu dengan sabar saat Marie sedang memberikan nomor tujuan pada sang operator di sebrang sana. Lalu bel di sentral telepon berbunyi dan seseorang mulai menjawab panggilan marie.

"Lady, biarkan saya mengobati luka anda terlebih dahulu" salah seorang pelayan mendatangi sang lady dengan baskom kecil berisikan air hangat dan sebuah kain lembut di sampingnya.

"Silahkan" -Ucap Claudine dan membiarkan pelayan melakukan pelayanan nya yang seharusnya. Sang pelayan membungkuk untuk membersihkan lutut dan kaki Claudine yang terluka.

Lalu Claudine menatap langit-langit atap dengan perasaan bimbang. Semuanya berjalan sesuai rencana..

Tapi..

Memangnya sebagus itu? Claudine ragu, matanya menyipit saat gambaran kehidupan pertamanya kembali terlintas..

FLASHBACK

"Aku tidak mencoba meracuninya.." -claudine menangis sesenggukan.

"Aku tidak melakukannya.."

"Ampuni aku.." bibirnya bergetar.

"Odette? Kamu mempercayaiku bukan? Tolong.. kumohon tolonglah aku.." -matanya berkaca-kaca penuh dengan harapan "aku sungguh-sungguh.." dia berdoa tangannya menyatu dengan erat di dekat dadanya.

"Matthias.."

Pistol itu di arahkan pada Claudine dan dengan begitu-

"TIDAK-"

🎀✧Lady Want To Survive✧🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang