[۝・Arvis・⁠۝]

641 93 24
                                    

Dalam perjalanan kembali ke Arvis, Claudine hanya duduk tenang dibelakang kursi penumpang. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela didalam mobil.

Matthias yang menyadari keheningan tunangannya sejak kejadian di kereta hanya menatap dari sudut matanya.

"Apa aku menakutimu sebelumnya?" -Matthias bertanya, dia bergerak mendekat dan mengangkat dagu Claudine untuk bertemu dengan tatapannya.

Namun Claudine menepis tangan Matthias, menatap tajam kearahnya. "Jangan berpura-pura seolah kau tidak tahu" -Jelas-jelas dari ekspresi Claudine sendiri ia mulai sangat kesal.

"Apa yang kau lakukan itu salah! Menembak didalam kereta dan mengancam seseorang yang tidak bersalah? Apa kau benar-benar tidak memiliki otak?!" Geramnya dengan penuh emosi.

Matthias hanya tertawa, dia menurunkan tangannya. Mencengkeram leher Claudine erat-erat hingga membuat Claudine tersedak. Matthias mencekiknya, namun tidak sampai membuat Claudine kehabisan nafas.

"Tutup bibir cantikmu itu Claudine.." -Matthias memperkuat tekanannya. Bibirnya berbisik lembut ditelinga Claudine.

"Sebagai seorang bangsawan, tidak seharusnya seorang lady berbicara dengan suara lantang didepan bangsawan dengan kekuasaan yang lebih tinggi" -Lanjutnya.

"Atau kelangsungan hukumanmu diperberat, hmm?" Goda Matthias dengan Geraman rendah dan serak.

"Ughh" -Claudine terbatuk-batuk, namun ia tidak mencoba mengatakan sesuatu atau mengelak perkataan Matthias.

"Gadis baik" Dia menyeringai, melepaskan tangan kekarnya pada leher Claudine dan membiarkan lady tersebut menghirup udara sesukanya.
"Sebelumya kita sampai mana? Ahh benar, hukuman"

Matthias terkekeh, bibirnya mengecup lembut pipi Claudine. "Tenang Claudine, aku tidak akan membiarkan keluarga mu atau ibu, dan nenekku yang memberikan hukumannya. Aku akan katakan pada mereka bahwa aku yang menanganimu"

Pria itu menarik diri, sekilas rasa protektif terlihat pada wajahnya yang datar. Dia diam-diam menyenandungkan lagu, menikmati rasa khawatir dan aroma parfum milik Claudine yang memenuhi lubang hidungya sehingga dia semakin sulit menolaknya.

"Kamu tidak mengerti.. aku merindukanmu Claudine, lebih dari apapun didunia ini"

Saat kata kata Matthias terucapkan, itu membuat bulu kuduk sang lady menegang, punggungnya merinding dan ia meringis dengan jijik.

'eww, jauh-jauh kau dasar serigala kotor' -Batinnya resah dengan kata-kata Matthias.

'Ukhh! Aku rasanya ingin muntah!...'

Claudine hanya menatap keluar jendela, tidak berniat menoleh kembali ke arah pria yang duduk di sampingnya. Sesekali jari-jari lentiknya memijat lembut bekas kemerahan pada lehernya.

Pikiran Claudine melayang, mengingat kejadian kereta sebelumnya. Kaith, Eros, atau mungkin paman honor? Apa mereka baik-baik saja? Matthias mungkin tidak bertanya apapun sedari tadi tentang pria yang sebelumnya duduk di hadapannya didalam kereta.

Tapi bagaimana jika?...

°
°
°
(⁠✿⁠ 🎀°••••••••••••••••••••••°🎀✿⁠ )

SEBELUMNYA..

"Cepat cepat! Semua orang harus turun dari kereta sekarang juga!" Seorang staf kereta yang panik membantu orang-orang tersebut yang baru saja tiba di berg untuk keluar dari gerbong.

Semua orang berlari ketakutan, diantaranya masih ada yang menjerit. Namun orang-orang di gerbong akhir hanya bisa menatap dengan bingung karena tidak mengetahui apa yang terjadi pada gerbong-gerbong lainnya yang ditempati banyak orang.

🎀✧Lady Want To Survive✧🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang