Seminggu telah berlalu sangat cepat, Claudine bertekad untuk kembali ke berg.Ia tahu persiapannya belum matang, pelarian ini hanya kebebasan sesaat. Dan peta yang ingin dia cari belum kunjung di cari.
Lady cantik tersebut sesekali termenung sambil menatap langit dari jendela yang terbuka.
Pandangannya menyipit, namun pikirannya berkecamuk dengan berbagai skenario yang mungkin terjadi di berg jika ia ditemukan.'apa yang akan terlihat dari wajahnya? Ekspresi apa yang mungkin dia tunjukkan?' -Renung Claudine, memikirkan reaksi matthias dalam pikirannya sembari mengetuk pahanya dengan jarinya.
'persetan dengan keadaan.. yang penting aku kembali dengan besar persiapan pelarian yang sungguh-sungguh' -Lanjutnya tangannya terkepal erat dengan kerutan dialisnya.
Claudine lalu menghela nafas lembut, belakangan ini ia sedang banyak pikiran. Tahu bahwa ini kesalahannya sendiri, namun entah mengapa ia tidak menyesal sama sekali.
"Kaith" -Claudine menoleh, memanggil pria tersebut yang tengah memeriksa sebuah dokumen di meja kerja.
"Apa?" -Kaith menyahut, gerakannya terhenti.
"Soal peta sebelumnya, apa kau ingat yang aku katakan saat aku membelimu?"
Kaith terdiam sesaat, ia segera mengangguk dan berjalan kearah sang lady Sebelum menyandarkan punggungnya pada tembok yang mendekati jendela.
"Iya, aku ingat. Apa kau ingin membahasnya sekarang? -Ucapnya. "Ini adalah pembicaraan serius, untung saja hanya kita berdua yang berada di ruangan ini"
Claudine menyatukan kedua tangannya dan kembali berpikir, manik birunya menatap tajam kepada pria dihadapannya. "Kalau begitu kita harus membahasnya sekarang"
Kaith mengangguk, perhatiannya kini pula terfokus pada Claudine.
"Tidak ada waktu, dan kereta yang akan kita naiki berangkat pada pukul 10:25 siang. Karena ini masih pagi, kita bisa mengulur waktu untuk membahasnya" -Lanjut sang lady, ia bersandar pada kursi.
Tetapi Kaith tetap berdiam diri, dia tampak ragu untuk mengatakan rahasia penting negara walaupun sudah sangat lama. Lagipula sejak awal, Kaith adalah mantan tentara sekutu.
Sedangkan Claudine hanya menatap, ia jelas bingung melihat Kaith yang tampak ragu, tapi jika terus di ulur terlalu lama, itu hanya membuat perjalanannya semakin membutuhkan waktu.
'aku harus mendesaknya' -pikir Claudine. 'aku sudah memberikannya cukup waktu untuk beradaptasi, agar tidak perlu ragu padaku untuk mengatakan sesuatu.. apa ini percuma saja?'
"Jika kamu tidak benar-benar bisa mengatakannya, aku mungkin harus memaksa mu, tapi jika memang tidak bisa, mungkin aku harus mencari jalan lain.."
"Apa kamu benar-benar bisa?.." -Walaupun begitu, masih ada sedikit harapan pada ekspresi sang lady.
Kunci kebebasannya berada pada apa yang mungkin Kaith katakan.
Peta itu penting bagi Claudine, ia bisa mencari tempat dan berpindah pada lokasi lainnya jika kemungkinan prajurit Berg akan mencarinya."Kaith.." -Lanjut Claudine.
"Tolong katakan sesuatu"
Helaan nafas berat keluar dari bibir pria itu. Dia ragu dan tidak yakin, namun bertekad untuk mengutamakan diri.
"Apapun yang terjadi kedepannya.. aku mendukungmu Claudine" -Kaith sudah cukup yakin, ia akhirnya duduk bersebrangan dengannya dan mulai berdiskusi.
"Aku tidak keberatan memberitahumu, tapi perpustakaan militer dijaga ketat. Banyak laporan dan hal penting lainnya bersifat privasi, hanya diketahui oleh orang-orang penting, terpilih dan bertanggung jawab" -Lanjut Kaith sembari menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🎀✧Lady Want To Survive✧🎀
خيال (فانتازيا)Claudine hanya ingin kebebasan maka ia kan memilih untuk melarikan diri. Dia tidak mau menjadi wanita jahat lagi, jika Layla adalah pemeran utamanya Maka ia hanya ingin pergi sejauh jauhnya dan melepaskan gelarnya sebagai seorang bangsawan. Tidak pe...