Sokhwie akhir-akhhir ini terlihat sangat gelisah. Tae Do dapat merasakan ada beberapa hal yang Sokhwie rahasiakan. "Apakah ada sesuatu yang menganggu pikiranmu saat ini, Sokhwie?"
"Tidak ada, Suamiku" Sokhwie terlihat tenang dan membalas pelukan Tae Do. " Baiklah, jika ada sesuatu yang memerlukan bantuanku. Pastikan untuk segera mencari aku"
Tae Do mempercayai Sokhwie, meskipun hatinya memiliki keraguan. Namun, Sokhwie tidak mungkin berbuat jahat kepadanya. Malam itu, Sokhwie berusaha untuk melupakan semua permintaan tidak masuk akal ibunya.
Akan tetapi, pikiran Sokhwie salah. Ibunya terus menganggu Sokhwie dan memaksanya untuk bertemu. Sokhwie sadar, ibunya sedang merancanakan sesuatu yang jahat. Hal jahat itu pasti ditunjukan kepada Tae Do. Namun, ibunya terus mengancam akan menemui Sokhwie dengan paksa.
*****
Beberapa hari sudah berlalu, Sokhwie masih terlihat gelisah. Suatu hari, di ruangannya, Tae Do tidak bisa lagi menahan rasa herannya. Dia memanggil Woong, tangan kanannya yang selalu bisa diandalkan untuk mencari tahu apa pun yang terjadi di dalam istana. "Woong, aku ingin kau menyelidiki sesuatu," kata Tae Do dengan nada serius.
Woong menunduk hormat. "Apa yang ingin Tuan ketahui?". Tae Do menghela napas panjang, mencoba memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Sokhwie, dia akhir-akhir ini menjauh dariku, dan aku tidak mengerti alasannya. Cari tahu apa yang terjadi"
Woong mengangguk cepat. "Saya akan mencari tahu segera, Tuan"
Sementara itu, di tempat lain, Sokhwie merasa bingung dan tertekan. Setelah pertemuan dengan ibunya, yang memintanya ikut ke markas pemberontak, pikiran Sokhwie tidak tenang. Terutama saat ibunya menawarkan rencana keji untuk meracuni Tae Do. Sokhwie marah besar dan langsung menolak ajakan tersebut. Bagaimana bisa ia menyakiti Tae Do, seseorang yang telah memberinya kehidupan baru dan yang ia cintai sepenuh hati.
"Aku tidak akan pernah melakukannya, Ibu!" teriak Sokhwie marah saat itu. "Aku mencintai Tae Do, dan aku tidak akan pernah berkhianat padanya."
Ibunya hanya tersenyum sinis. "Kau bodoh, Sokhwie. Tae Do tidak mencintaimu. Semua yang dia lakukan hanya untuk kepentingan politik. Dia bersama kita hanya untuk mengambil hati rakyat"
Sokhwie ingin menyangkal ucapan ibunya, namun keraguan kecil mulai muncul di dalam hatinya. Apakah benar Tae Do bersamanya hanya demi politik?. Tae Do sudah berkali-kali membuktikan bahwa perasaannya tulus. Sokhwie menggigit bibirnya, marah pada dirinya sendiri karena sempat ragu.
*****
Beberapa hari kemudian, Woong kembali dengan laporan yang sangat mengejutkan. Tae Do mempersilakan Woong masuk ke ruangannya dan memintanya berbicara dengan segera.
"Tuan," Woong mulai bicara dengan wajah serius, "Saya menemukan beberapa informasi yang mungkin mengejutkan. Saya melihat nona Sokhwie diam-diam bertemu dengan ibunya di luar istana."
Tae Do terkejut. "Ibunya?, bagaimana dia bisa masuk ke wilayah istana?"
"Ibunya datang secara sembunyi-sembunyi, dan mereka bertemu di tempat yang jauh dari pandangan penjaga. Tapi itu bukan yang terpenting, Tuan," lanjut Woong. "Ibunya sedang berusaha mengumpulkan para pengikut setia mendiang ayah nona Sokhwie untuk memulai pemberontakan."
Mendengar itu, Tae Do merasa dadanya memanas dengan campuran amarah dan kekecewaan. Namun, ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Apa Sokhwie ikut terlibat dalam rencana itu?"
Woong tampak ragu sejenak. "Tidak, Tuan. Dari apa yang saya lihat, Nona Sokhwie menolak ajakan ibunya untuk bergabung. Dia menolak dengan tegas, bahkan saat ibunya mencoba menawarkan rencana untuk meracuni Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NacL: The Lady and Her Secret
Fiksi Sejarah#23 (090617) in Historical Fiction #28 (100617) in Historical Fiction Kisah cinta antara Putri Hwang Sokhwie dan Ketua pasukan Namul, Kim Tae Do. Siapakah yang jatuh lebih dahulu dalam hasrat memiliki seutuhnya!!. Bagaimana kisah cinta antara TaeHwi...