Luangkan waktumu beberapa detik untuk klik tanda bintang di kiri bawah layar ponsel kalian. Selamat membaca pelan-pelan :)
-:-:-
Hasta
Mungkin sudah hampir satu setengah tahun lamanya semenjak terakhir kali jok penumpang di sebelah pengemudi ini pernah diduduki oleh penumpang perempuan yang bukan keluarga. Perempuan yang pernah terasa teristimewa di hari-hari silam saya meski hanya yang sementara—yang sudah hampir saya lupa rasanya seperti apa.
Kini, kamu adalah yang pertama menempatinya lagi setelah sekian lama, Naya. Setelah tadi menyetujui saran teman-teman dan ajakan saya, kamu akhirnya berkenan diantar sampai ke tujuan. Dan masih seperti syarat yang tadi kamu ajukan, saya hanya boleh mengantarmu sampai stasiun tebet saja.
"Hujannya makin deras."
Suaramu memecah hening dalam ruang mobil. Saya lalu hanya mengiyakan dengan tenang. Benar adanya. Tirai hujan yang lebat memang tengah melingkupi ibu kota. Rinainya telah mengguyur, bahkan semenjak kita baru keluar gedung perkantoran di beberapa belas menit sebelumnya.
Naya, hujan ini murni keberkahan dari Tuhan. Keberkahan yang meneduhkan sisa hari kita. Keberkahan yang mungkin telah membuatmu sama sekali tidak menyesal telah memutuskan untuk pulang bersama saya.
"AC-nya terlalu dingin, nggak, Mbak?" tanya saya, kembali membuka bincang.
"Nggak sih, Mas. Biasa saja," jawabmu ringan.
"Kalau kurang besar atau terlalu dingin, silakan diatur sendiri saja, ya, Mbak. Mau ganti siaran radionya, juga boleh. Maaf, kalau lagi nyetir gini, tangan saya dua-duanya nggak bisa nganggur soalnya," jelas saya.
"Oke. Santai saja, Mas," tanggapmu kemudian. Singkat, sangat tenang, dan tanpa tanggapan tambahan.
Naya, sesungguhnya penjelasan saya barusan hanya bermaksud untuk mengujimu saja. Saya hanya ingin tahu bagaimana reaksimu ketika saya merujuk pada dua tangan yang memang sibuk memegang kendali mobil. Satu tangan berada di tuas hand control, satunya lagi berada di steering wheel.
Beberapa teman perempuan maupun laki-laki yang pernah menaiki mobil ini dan disupiri oleh saya, tidak jarang akan mengajukan pertanyaan terkait bagaimana saya melajukan mobil ini dengan kendali tangan. Tak jarang pula, mereka akan memberikan beberapa interogasi tambahan yang mengandung banyak muatan penasaran.
Namun, kamu sama sekali berbeda Naya. Kamu tidak seperti mereka. Dan itu yang justru membuat saya semakin terkesan padamu. Tadinya, saya berasumsi kalau kamu mungkin hanya berusaha bersikap sopan. Tapi jika kembali dipikirkan, ini bukan hanya perkara kamu berusaha bersikap sopan, tapi memang dari awal kamu sepertinya sudah ... paham.
"Ini frame-nya boleh saya bantu masukin ke jok belakang, Mas?"
'Frame', begitu sebutmu ketika berbelas menit lalu kita masih berada di parkiran. Ya, kamu menyebutkan kata itu dengan sangat jelas, Naya. Orang-orang yang baru bertemu pengguna kursi roda untuk pertama kalinya, biasanya tidak akan tahu nama bagian rangka utama kursi roda yang bisa dipisahkan dari rodanya itu akan disebut apa dalam istilah bahasa Inggris. Tapi, lagi-lagi kamu berbeda. Kamu ternyata sudah lebih dulu tahu. Dan seketika, saya justru malah dibuat gugup oleh gesturmu yang kesannya terlampau paham dan pengertian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow Days (FIN)
General FictionTujuh bulan semenjak kehilangan orangtua, pekerjaan pertama, dan mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan, saya memutuskan mengasing di vila keluarga. Di sini, saya menyepi, mengurung diri sembari mencoba mengumpulkan keberanian untuk melihat hari-har...