Your Worries

636 59 8
                                    

Luangkan waktumu beberapa detik untuk klik tanda bintang di kiri bawah layar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luangkan waktumu beberapa detik untuk klik tanda bintang di kiri bawah layar.

-:-:-

"Hasta, yang rajin terapinya, ya? Istirahat sama makan yang cukup. Air putihnya jangan lupa."

"Nanti kalau ada apa-apa, segera hubungi Mbak atau Mas."

"Setelah selesai cuti, Mas Cahyo balik lagi ke sini."

Itulah yang dipesankan oleh Laras sebelum akhirnya harus kembali meninggalkan Jakarta. Ia hanya menetap selama satu minggu sebelum akhirnya jatah cuti Cahyo tiba dan mereka harus bertolak ke Tawangmangu.

Dan hari-hari itu pun bergulir lagi dalam ritme yang tidak lagi terasa lambat, justru cepat. Purnama demi purnama silih berganti semenjak saya memutuskan kembali ke Ibu Kota. Setiap hari saya lalui dengan banyak hal yang kembali menempa hati dan fisik ini. Terapi dan rehabilitasi. Berusaha menggugah semangat ini lagi. Ataupun, bergulat dengan nyeri yang sama setiap hari. Meski begitu, tidak ada hal yang lebih lebih saya syukuri dari melewati semua proses ini dengan dikelilingi oleh orang-orang yang saya kasihi.

"Has, ayo minggu besok temenin Mas jogging lagi keliling kompleks, kamu juga harus latih otot tanganmu biar tambah kuat."

"Mas Hasta sudah bisa mandi dan self hygine sendiri, kan? Saya tunggu di luar, ya. Kalau ada apa-apa, panggil saja."

"Coba sini, Mas Hasta yang potong-potong bahan supnya. Biar nanti si Mbok bantu kalau sudah mau masukkan ke panci."

"Pelan-pelan ya, Mas. Awas panas. Mbok Jum bantu sedikit saja, ya. Agak bahaya nanti kalau Masnya sendiri."

"Nanti kalau sudah mulai berani nyetir lagi, Pak Cokro tetap temenin Mas Hasta dulu, ya. Bu Laras sudah pesan begitu soalnya. Nggak apa-apa, ya, Mas? Nanti pelan-pelan, kalau Masnya sudah benar-benar terbiasa, baru Bapak nggak temenin Mas lagi."

Begitulah kira-kira kalimat-kalimat penuh pengertian yang pernah saya dengar dari Mas Cahyo, Mbok Jum, Pak Cokro, ataupun Damar.

Selama beberapa bulan ini berkegiatan dan berada dekat dengan mereka, membuat saya melihat jika mereka adalah orang-orang yang paham dan menghargai perihal batasan. Mereka tidak akan melepas saya begitu saja tanpa bimbingan. Bukan juga yang akan mengekang saya dengan banyak kekhawatiran. Dan kata 'kasihan' jelas-jelas bukanlah yang berperan dominan dalam dasar tindakan yang mereka lakukan.

Baik Cahyo, Mbok Jum, Pak Cokro, ataupun Damar, bukanlah orang-orang yang begitu saja memanjakan saya dengan keadaan. Mereka lebih memilih membantu saya memahami keadaan, melibatkan saya dalam banyak kegiatan meski harus pelan-pelan dan banyak tantangan. Ini terus mengingatkan saya akan apa yang selama ini Laras lakukan ketika saya tinggal dengannya.

Dari semua orang rumah yang telah berperan membantu pemulihan diri ini, kamu juga salah satu yang tidak kalah memberi banyak kesan, Hawa. Selepas berbulan-bulan kita saling menjaga jarak, kini barulah saya tahu kalau dirimu adalah yang paling tidak bisa jika tidak memberi perhatian sekaligus kekhawatiran.

Slow Days (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang