Holding On

1K 76 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Trigger warning: Contains explicit descriptions about disability, suicidal thoughts, mental issue, upsetting scenes, and traumatic events.

Luangkan waktumu beberapa detik untuk klik tanda bintang di kiri bawah layar.

-:-:-

You have 28 unread messages.

27 users commented on your posts

500 more unread messages.

Hanya pesan-pesan semacam itu yang saya temui pada beberapa laman akun sosial media pribadi. Mata ini memindai deretan notifikasi yang sebagian besar berasal dari teman-teman kuliah ataupun kawan-kawan di kantor lama. Keterangan waktu yang terbubuh di sana sudah cukup menjelaskan semuanya—mereka telah menunggu begitu lama untuk dibuka.

Berbulan-bulan lamanya semenjak kecelakaan dan ponsel pintar saya ikut rusak di malam itu, saya sudah tidak pernah lagi menilik akun-akun tersebut. Berbulan-bulan lamanya pula, saya telah memutuskan menghilang, mengasing dari dunia yang pernah saya kenal.

"Hasta, kenapa handphone-nya kok belum dipakai?"

Satu jam yang lalu, ketika Laras baru saja pulang dari mengurusi pekerjaannya di kebun, ia menjumpai saya yang tengah menyelesaikan bacaan di teras belakang. Mungkin ia tidak sengaja menemukan benda itu sama sekali belum saya buka bungkusnya ketika tengah memeriksa beberapa obat di kamar. Laras bahkan sempat-sempatnya mengkhawatirkan perihal suka tidaknya saya akan model dan seri ponsel pengganti yang ia berikan. Padahal jelas-jelas yang ia beli adalah gawai dengan model kekinian yang digemari anak-anak muda. Sama sekali tidak ada yang salah.

Saya mendapati sedikit kekecewaan dan sedih di sorot matanya. Sungguh, saya begitu menghargai semua pemberian Laras, termasuk gawai pengganti itu. Ini juga bukan perkara cocok atau tidaknya dengan selera saya. Mau ia membeli model yang seperti apa pun, dengan senang hati pula akan saya terima. Hanya saja, memang saya sendiri yang telah memutuskan secara sepihak untuk jadi yang tidak terkoneksi dengan dunia.

Diri ini sudah tidak tahu mau digunakan untuk apa ponsel itu. Tidak ada seorang pun yang ingin saya hubungi, tidak ada pula seorang pun yang ingin saya ajak bertukar kabar ataupun berbagi update kehidupan. Tidak ada. Ponsel itu awalnya tidak lebih dari sekadar benda yang hanya akan mengusik pikiran saya untuk menilik kehidupan yang jelas-jelas telah berubah jadi dunia yang sulit dijangkau.

Pada akhirnya, karena saya merasa bersalah, dan tidak mau lebih lanjut lagi melihat kekecewaan Laras, saya pun membuka gawai baru itu. Memasang pula kartu simnya yang juga sama-sama baru. Setelah menimbang beberapa jenak, di sinilah saya berakhir. Terbuhung dengan sebuah zona yang saya tahu hanya akan membuat saya kian resah dan gelisah.

Ketika ponsel lama ikut musnah bersama tubuh mobil yang ringsek, saya cukup bersyukur karena tidak perlu dipusingkan oleh pesan-pesan yang harus saya terima. Tidak pula saya dibuat miris setiap kali harus melihat foto-foto lama yang berderet pada galeri ponsel. Namun ternyata, kelegaan itu tidak selamanya ada. Ketika kali ini saya masuk pada laman profil salah satu sosial media berbagi foto, saya tidak mampu lagi mengelak untuk tidak melihat beberapa potret lama yang terpampang di sana.

Slow Days (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang