Ch 14 : Aku Tidak Bodoh

2K 212 52
                                    

Harga diri bisa mempunyai arti yang berbeda untuk tiap orang. Seperti, ada seseorang yang rela mati demi menjaga harga dirinya dan ada pula seseorang yang rela mengorbankan harga dirinya demi bertahan hidup.

Archilleo, konglomerat generasi ketiga yang lahir dengan semua kemewahan, kemudahan dan martabat. Memiliki sifat lahiriah bahwa harga diri adalah hal terpenting untuk di jaga agar tetap tinggi. Meskipun jatuh ke kondisi terburuk pun, pantang bagi orang seperti ini untuk memohon atau menurunkan harga dirinya.

Bagi Archilleo yang terbiasa di pandang dengan rasa hormat, dilayani dengan penuh kehati-hatian, dan selalu di hargai dimana saja ia berada. Harga diri sudah menjadi simbol kejayaan baginya.

Begitu juga dengan pernikahan ini, walaupun pernikahan mereka memiliki motif tersendiri, tetap saja Tealia menyandang status sebagai istri sahnya. Ia di kenal sebagai istri dari seorang Archilleo Zarren, mereka berbagi nama keluarga yang sama. Entah bagaimana pandangan pihak luar terhadap penikahan mereka, tapi di depan wajahnya, di dalam mansion keluarga Zarren tentunya harga diri Tealia sama dengan harga dirinya yang patut di jaga.

Suka tidak suka, pria yang penuh martabat itu juga akan tersinggung jika nama keluarganya di perlakukan buruk tepat di daerah kekuasaannya langsung.

Tapi sayangnya, Archilleo dan Tealia lahir dari latar belakang keluarga yang jauh berbeda. Sehingga tidak bisa disalahkan jika kedua orang itu punya cara pandang yang berbeda pula.

Tealia yang sudah mengeluarkan amarahnya, akhirnya berhenti dengan napas terengah setelah berteriak di hadapan Archilleo. Bahkan kini matanya ikut memerah juga karena merasa tidak adil dengan keadaan.

Sedangkan Archilleo hanya diam sejak tadi, dengan mata yang terus menatap lekat pada Tealia, meneliti semua ekspresi yang anehnya baru ia lihat pertama kali dari wanita yang ia nikahi.

Emosi marah, kesal, ingin menangis menyatu menjadi satu di wajah cantik di depannya.

"Ternyata kau punya ekspresi seperti itu juga" respon pertama Archilleo benar-benar di luar dugaan.

Nada bicara pria itu berubah kembali tenang yang sebenarnya tak sesuai dengan keadaan.

'Sebenarnya itu pujian atau apa?' Tealia bingung bukankah seharusnya pria ini tambah marah padanya setelah di teriaki begitu.

"Tapi kenapa kau marah padaku? Apa aku yang menyuruhmu melakukan ini?" tanya Archilleo dengan alis terangkat.

Seakan pertanyaan itu mengatakan kepada Tealia, seharusya kau marah pada orang yang menyuruhmu bukan padaku.

Setelah mengatakan itu, Archilleo melirik ke arah lantai, "Kau bisa melempar piring, tapi tidak bisa membantah perintah mereka. Sebenarnya kau bodoh atau bagaimana?" tanya tak habis pikir Archilleo.

Jika Tealia setidak sabar itu sampai melempar piring saat ia tegur, lalu kenapa tidak lakukan hal yang sama pada orang yang menyuruhnya?

Tapi lagi-lagi, bagi Tealia perkataan Archilleo terus menyalahkannya.

'Memangnya dia kira menolak perintah orang yang lebih tua itu mudah?' Tealia berdecak jengkel tanpa bisa di tahan.

Ruangan yang hening itu membuat Archilleo dengan mudah melihat reaksi tak sopan itu.

Mengerutkan alisnya, "Lihat, kau bahkan berani berdecak di depanku. Apa mereka lebih menakutkan dari pada aku?" tanya Archilleo tak habis pikir.

Padahal jelas sekali di mansion Zarren ini, dia memiliki posisi terbesar kedua setelah Ayahnya. Bahkan sebenarnya Ayahnya juga tak berani bertindak keras padanya. Tapi lihat wanita di hadapannya ini, tidak hanya melempar barang, dia juga berteriak bahkan berdecak tepat di depan wajahnya. Sedangkan di lain sisi dengan pasrahnya di perintah oleh orang lain.

Wedding HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang