Ch 13 : Apa Harga Dirimu Sudah Hancur Sekarang?

7.1K 489 57
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Langit yang semula cerah membiru dengan awan putih kini sudah berubah menjingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit yang semula cerah membiru dengan awan putih kini sudah berubah menjingga.

Waktu berlalu menuju sore dan itu artinya sudah saatnya untuk para budak korporat pulang ke rumah mereka.

Gedung Zarren Group pun sama, semua karyawan mulai merapikan barang pribadi mereka dan keluar dari gedung satu persatu. Diantara semua karyawan itu, Tealia keluar seorang diri. Berjalan dengan langkah kecil yang tenang, walaupun pandangan orang sekitar terus saja melirik ke arahnya.

Bagaimana pun juga ini hari pertama Tealia bekerja dan berkat pekerjaan di luar nalar yang diberikan Archilleo, Tealia tak punya waktu untuk berkenalan apalagi mencari teman. Alhasil, ia harus seperti orang asing di gedung besar itu.

"Huuh" menghela napas pelan karena lelah, Tealia kembali teringat akan perkataan Evangelina siang tadi.

"Oh, oke. Dari apa yang aku dengar, dia tidak pernah terlihat di perusahaan keluarganya. Bahkan semua orang kaget saat tau Felix ternyata punya putri yang lain. Yang lebih aneh lagi dia bahkan tidak mirip ibunya sama sekali. Apa mungkin dia itu anak di luar nikah?"

Seperti luka lama yang di siram air garam, perih itu kembali muncal di dadanya.

Sejenak, dahi mulus Tealia berkerut merasa ngilu. Seakan terhubung, langkah kakinya pun berhenti begitu saja karena perasaan berdenyut di dadanya yang kian terasa.

Saat ia diam tak bergerak, tatapan mata di sekitar makin terasa jelas dan menusuk.
'Apa mereka juga berpikiran sama dengan Evangelina?' mau tak mau Tealin berpikir demikian.

Pikirannya pun akhirnya berubah penuh dengan buruk sangka, mata yang tadinya kering itu pun mulai terasa basah. Dan hanya butuh satu kedipan saja, air bening pastilah mengalir di pipi putihnya.

Tiiit

Tapi sayangnya suara klakson mobil menarik Tealia dari perasaan sedih itu.

Mobil hitam yang familiar berhenti tepat di depannya dan saat pintu kaca mobil diturunkan, wajah suami di atas kertasnya menyambut pandangan buram Tealia.

Wedding HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang