Ch 24 : Mendekati Archilleo Lebih Dulu

6.3K 352 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Langit yang berwarna biru di penuhi awan tebal yang melindungi Tealia dari sengatan cahaya matahari. Setelah bertemu Ayahnya kemarin, kepala Tealia penuh dengan beban pikiran yang tiada habisnya.

Sekarang, ia tengah mencoba mencari udara segar, mengambil cuti dari perusahaan tanpa seizin Archilleo. Tealia memilih duduk di sebelah makam, senyum terlihat muncul di wajah lelahnya.

"Halo Ibu, apa kabar?" tanyanya pelan yang di jawab oleh suara angin yang berkesiur ringan.

Menatap makam ibunya yang lagi-lagi bersih dan di taburi kelopak mawar. Tealia bingung, "Siapa yang menabur kelopak mawar ini?" 'Ah, apa pengurus makam yang melakukannya? Mungkin begitu' pikirnya tak ingin menambah tugas otaknya untuk berpikir lagi.

Mengusap makam ibunya dengan pelan. "Ibu, apa kau bahagia di sana? Apa kau menunggu kedatanganku? Haruskah aku pergi ke tempatmu?" Tanyanya tersenyum sendu.

Setelah hening panjang, Tealia bangkit. "Ibu, aku harus pergi sekarang. Aku akan lebih sering mengunjungi ibu ke depannya" ucapnya yang sudah mengganti senyumnya dengan senyum yang lebih cerah.

 Aku akan lebih sering mengunjungi ibu ke depannya" ucapnya yang sudah mengganti senyumnya dengan senyum yang lebih cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan mansion sangat kacau, hari ini Edwin resmi memasuki mansion Zarren. Mulai hari ini adik tiri Archilleo itu akan tinggal satu atap dengan keluarga barunya. Begitu berita itu diberitahukan oleh Dean, Adara langsung jatuh pingsan. Entah separah apa sakitnya, alhasil keadaan mansion berubah tak terkendali, pelayan yang suka bergosip menjadi bebas untuk bergosip kesana kemari.

Kembali ke paviliun, Tealia menghempaskan tubuhnya di sofa panjang. Melirik pada Ana, "Ana, bagaimana kabar mama mertuaku?"

Ana dengan segera menggelengkan kepalanya. "Nyonya masih belum keluar dari kamarnya nyonya muda, sepertinya sakitnya parah" ucapnya pelan.

Tealia mengangguk mendengarnya. 'Ya, siapa yang tidak akan jatuh pingsan dan sakit setelah tau anak suaminya dengan wanita lain memasuki rumahnya? Aku rasa aku juga akan jatuh sakit jika berada di posisi itu' pikir Tealia dengan mudah merasa simpati.

'Untunglah saat itu aku tidak tinggal serumah dengan istri dan putri Ayah, sekarang aku merasa harus berterima kasih karena Ayah menyuruhku tinggal di apartemen bukan di rumah keluarga Berdine' Tealia mengenang masa lalu.

Wedding HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang