.
.
.Begitu memasuki paviliun setelah kepergian mobil Archilleo, Tealia menjatuhkan dirinya ke atas kasur.
Menghela napas, ia kembali mengingat ucapan Naura tadi. Setelahnya, alisnya berkerut kesakitan, entah kenapa dan sejak kapan label anak haram selalu menjadi duri di hatinya.
Memejamkan matanya, "Bagaimana kalau Naura serius dengan ucapannya?" gumamnya merasa takut, akan seperti apa jadinya dunianya saat semua orang tau dia anak haram Felix? Ia pasti akan di cap sebagai aib keluarga dan juga aib Zarren. "Kenapa hidupku selalu seperti ini? di penuhi ketakutan terus menerus" Tealia meremat rambutnya menyalurkan rasa frustasinya.
Setelah lama berbaring, tanpa sadar ia tertidur. Waktu berputar sebagaimana seharusnya, hingga langit berubah menjingga dan saat itu barulah Tealia terbangun.
Menggosok matanya dengan pikiran yang mulai jernih kembali, ia melangkah ke kamar mandi. Walaupun tubuhnya sudah segar ternyata moodnya masih saja buruk. Berpikir kalau ia membutuhkan sesuatu yang manis, yang bisa menghilangkan mood buruk ini, Tealia melangkah ke dapur.
Tak di sangka, ia bertemu Bunga dan Diana. Melihat tante Archilleo itu, mau tak mau Tealta menyapa. "Halo tante" sapanya sopan dan berusaha ramah.
Bunga yang tadinya sibuk berbicara dengan kepala chef, langsung menoleh begitu Tealia mendekat. Menatap Tealia dengan alis naik, "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Hell
Romance"Sepertinya belum sebulan sejak pemutusan pertunangan Tuan muda Zarren, tapi dia dengan cepat melangsungkan pernikahan" "Apa benar kalau pengantin wanitanya hamil?" "Pengantin wanita punya aura lemah lembut, sedangkan mantan tunangannya terkesan kua...