18. sakit 🏥

926 82 13
                                    

*happy reading*
.
.
.
.
.

Dirumah sakit rakha sudah ngelimpungan mondar-mandir diruang tunggu

"Lebih baik lo duduk" Al Rakha duduk ditengah mereka

"Lo minum dulu" Kevin memberikan sebotol air dia melihat Rakha seperti kalut itu

"Ini pertama kalinya adek gua ngeluh sakit ke gua tadi" Rakha

"Lo bisa ceritain kekita" Al

"Katanya Gibran dia disuruh sama papa. Kalau dia lolos dia diperbolehkan main bola. Kalau tidak dia harus nurut ngomongan papa" cerita Rakha

"Papa lo sampai segitunya ya" ujar Kevin

"Gua gak tau" Rakha

"Yang gak habis pikir kenapa Gibran menerima tantangan itu, karena biasanya dia menentang papa" Rakha

"Mungkin dia capek Selalu dibanding-bandingkan dengan mu. Dan dia ingin bebas. Mungkin itu yang disepakati oleh gibran dan papamu" Al menebaknya

"Gua. Gua gak tau jika dia sampai melakukan itu" Rakha

"Lo udah hubungi papa sama bunda lo" Kevin

"Udah tapi mereka gak ada yang angkat" Rakha menundukan kepalanya

Dokter tadi yang meriksa Gibran keluar

"Dokter bagaimana keadaan adek saya"

"Alhamdulillah dia udah membaik. Kita berhasil mengeluarkan racun ditubuh adek kamu. Untung kamu membawa nya tepat waktu, sekarang dia belum siuman biarkan dia istirahat dulu" ujar dokter itu meninggal mereka

Rakha dan teman-teman nya masuk keruangan itu. Terlihat Gibran yang masih menutup matanya

Rakha menggenggam tangan Gibran

"Gib gua gak tau sesakit apa yang lo hadapin. Tapi maaf untuk semuanya" dia melihat adeknya sangatlah sulit diartikan. Dia menetiskan air mata kembali

Al menyentuh punduk Rakha menenangkan Rakha

"Sabar Rakha. Kita tau yang lo rasain" Al

"Gua takut jika dia bernasib sama kayak gua Al" Rakha menunjukan kepalanya

"Kalau kata gua gak akan" Kevin

"Dari mana lo nyakin Vin" melihat Kevin didepan yang ada di sofa didepan samping kasur Gibran.

"Gua hanya nyakin aja. Karena dia sampai sekarang aja masih menjadi ketua basket kan" Kevin

"Iyakan itu dulu. Sekarang dia tidak lolos. Pastinya dia akan dipaksa oleh papa" Rakha

"Ingat ucapan gua. Gibran tidak akan seperti mu. Kalau iya kamu harus membantu nya. Kamu tidak maukan jika adekmu ini seperti mu" Al

Rakha melihat Gibran kembali yang masih setia memejamkan matanya

"Gib Gua harap lo masih bisa melakukan apapun yang lo suka" Rakha

"RAKHA" seorang wanita berteriak dipintu

"Bunda" Salma yang baru datang langsung sampirin Rakha

"Kamu gak papa kan" Salma seperti kuatir dengan Rakha melihat Rakha dari bawah ke atas

"Bun Rakha baik. Gibran yang terluka" Rakha menunjuk ke Gibran yang masih memejamkan matanya

Salma langsung mengalihkan pandangan nya Melihat Gibran

Mengelus rambut Gibran hanya sebentar

"Bunda pikir kamu yang terluka bang. Bunda udah panik"

"Maksud tante jika Gibran yang terluka tante biasa aja gitu" Al

Salma hanya terdiam

"Bunda bener bun" Rakha

Dtrrttttttt dtrrtttt (telvon Salma bunyi)

"Bunda mau angkat telvon dulu" Salma langsung keluar

"Begitunya" ujar dalam hati Gibran. Sebenarnya dia udah sadar ketika Salma datang. Namun dia hanya diam.

"Untung Gibran masih belum siuman. Jika sadar sakit sihhh" Kevin yang masih disofa itu

Rakha melihat adeknya kembali. Kembali memegangi tangannya. Gibran hanya diam saja dia tidak ingin kelihatan bersedih mangkanya dia memilih untuk terpejam saja

"Lo harus jadi pekuat Gibran" Al menyentuh punduk Rakha

"Bang" Salma masuk kembali Rakha menghampiri bundanya diambang pintu

"Bunda harus pergi lagi. Soalnya tadi bunda langsung kesini" Salma

"Bunda gak nungguin Gibran gitu bund"

"Gak bisa sayang. Bunda harus kembali ke lokasi"

"Papa gak kesini" tanya Rakha

"Papa kamu tadi berangkat ke bandung mungkin besok akan pulang" Salma

"Bunda Gibran lagi sakit. Bunda malah kerja masak gak bisa izin gitu bun" Rakha yang masih berusaha membujuk bundanya

"Gibran kata dokter kan udah gapapa sayang. Jadi gak ada kuatirin untuk biaya rumah sakit juga udah bunda bayar jadi kamu tenang saja"

"Ya udah bunda pergi dulu" melihat Gibran sekelas

"Jika Rakha yang sakit bunda akan tetap disini" ucap Rakha bundanya yang udah memegang pintu yang mau keluar

Salma hanya diam saja tanpa menjawabnya

"Bunda pergi dulu" Salma langsung keluar

Kevin dan Al hanya melihatnya saja tidak ingin berkomentar apapun. Itu urusan keluarga dan mereka bisa dipercaya tidak akan tersebar juga

"Kenapa gua tadi gak mati aja ditempat itu" batin Gibran. Dia mendengar percakapan mereka tanpa melihatnya. Dia masih menutup matanya

"Semoga bunda gua gak begitu" Kevin

"Semoga aja bunda gua juga" Al

"Lo anak tunggal bangsat" Kevin

Al Hanya tersenyum ke Kevin

"Bundalo gak pernah gitukan Vin" tanya Al

"Untung bunda gua punya 5 anak gak ada yang dibeda-bedakan in" Kevin

Mereka hanya bisik-bisik tak ingin menyakiti Rakha kalau mendengar suara mereka

"Gua heran sama orang tua elo kok giat bener bikin anak. Laa ortu gua mungkin malas ya" Al

"Mungkin gak mau nambah lagi apalagi anaknya nambahnga kayak elo" ucap Kevin

Rakha hanya terdiam dibangku samping Gibran menegang tangan Gibran kembali dia sama sekali tidak mendengar ucapan temannya

Dia sibuk dengan mikirannya sendiri. Dis bingung dengan orang tuanya masih mementingkan pekerjaan nya dari pada Gibran. Yang sudah jelas Salma tadi sudah melihat Gibran terbaring.

"Gib sekali lagi Abang minta maaf ya. Abang ingin melindungi mu namun malah Abang yang jadi musuh kamu seperti nya" batin Rakha

____🌹🌹🌹____

Komen dan votenya jangan lupanya

Selalu support mimin.

Dan tungguin aja kejutan-kejutan berikutnya

waktu tak sama [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang