*happy reading*
.
.
.
.
.
.Pagi datang semua sudah ada dimeja makan.
"Gibran harus makan banyak biar cepet sehat ya" ujar Salma sambil mengambilkan nasi untuk Gibran
"Mau kemana kak"
"Kesekolah lah Gib. Gak tau nih abang udah pakek seragam"
"Gibran ikut sekolah ya"
"Gak Gibran dirumah dulu nanti kalau udah sembuh Gibran boleh sekolah" Salma
"Tapi bun. Gibran pengen sekolah" ujar Gibran
"Seperti nya biarkan Gibran sekolah bunda. Mungkin Gibran akan mengingat sesuatu disana" ujar Fatir
"Bener tuh kata papa. Gibran juga ingin mengingat apa yang terjadi"
"Bunda kuatir sama Gibran"
"Kan ada kak Rakha"
"Iya biar Rakha yang jagain Gibran bun"
"Rakha kamu harus janjinya jaga adeknya dan kasih obatnya nanti siang"
"Siapp bun"
Mereka melanjutkan makan kembali.
"Gibran siap-siap dulu ya tungguin Gibran"
"Iya jangan lama-lama" ujar Rakha
Namun Gibran hendak pergi kepala nya kembali sakit,
"Akhhhss" teriak Gibran namun pelan sambil memegangi kepalanya dengan satu tangan kanan. Sedangkan kirinya memegangi kursi
"Gib" Rakha yang tadi ada disebelah nya langsung berdiri panik
"Duduk dulu gib" Fatir sedangkan Salma tadi langsung kedapur menaroh piring kotor
Tak ada jawaban dari Gibran padahal semua orang panik terhadapnya, Gibran merasa kepalanya sakit
Dia kembali mengingat bagaimana Fatir memukulnya digudang
"Akhssss" teriak Gibran lebih kencang entah tiba-tiba ingatan itu ada di kepala nya
Padahal tadi baik-baik saja tidak ada.
"Gib jawab papa. Mana yang sakit" suara Fatir membuat Gibran menoleh ke dia
Melihat Fatir sedikit ketakutan Gibran langsung berdiri dan menjauh dari Fatir dan Rakha
"Jangan. Gibran mohon jangan pukul Gibran" muka Gibran panik dan ketakutan
"Gib. Ini papa nak"
"Berhenti jangan mendekat" ujar Gibran
"Gibrannn kenapa" Salma yang baru datang panik karena melihat anaknya itu seperti ketakutan
"Jangan pukul lagi. Gibran mohon" ujar Gibran karena yang dia lihat Fatir memegang sabuk dan bersiap untuk memukulnya
KAMU SEDANG MEMBACA
waktu tak sama [HIATUS]
Novela Juvenilaku yang mempunyai sejuta cita-cita namun cita-cita itu pupus olehnya aku yang dihadapkan oleh kenyataan yang tak pernah aku inginkan disini aku berdiri sendiri walaupun banyak orang disampingku disini aku yang tertawa namun banyak menyimpan rahasi...