*happy reading*
.
.
.
.
."Pa sekarang apa yang harus kita lakukan" Salma
"Papa belum tau bund papa udah nyari pendonor namun belum ketemu" Fatir
"Bunda takut Gibran gak kuat pa hiks...." Yang menangis itu
Flashback
Diruangan semua berkumpul tiba-tiba kondisi Gibran melemah. Denyut nadi tidak terindeksi
"Gib Gib GIBRANNN" teriak Rakha yang ada disamping nya
Semua mendekat
"Dokterrr dokterrr" Fatir memanggil dokter. Tama langsung berlari kedalam
"Tolong semua keluar"
"Siapkan alat defibrillator kita akan melakukannya" Tama panik karena jantung Gibran tidak berdenyut dan alat itu menunjukan garis lurus
"1.2.3" badan Gibran terangkat keudara
Semua keluarga melihat dari kaca itu. Menangis dan berteriak
Rakha yang sudah kehabisan kata-kata dia hanya melihat dan meneteskan air mata nya
Beberapa kali badan Gibran terangkat namun alat tersebut masih menunjukkan garis lurus
"Kita lakukan sekali lagi" Tama suster itu mengangguk
Satu kali bercobaan Gibran terangkat dan kembali berdenyut walaupun masih lemah
Tama mengecek kembali dan keluar dari sana
"Bagaimana" ujar Fatir
"Kondisi Gibran semakin lemah kita harus secepatnya melakukan operasi saya takut Gibran tidak bisa bertahan" Tama
"Tidak, anak saya tidak akan meninggalkan ku hikss...." Salma
"Sabar bund kita harus sabar" ujar Fatir
"Jalan satu-satunya menyelamatkan Gibran hanyalah mencari pendonor untuknya" ujar Tama
"Pa apakah ada perkembangan tentang pendonor" Salma bertanya ke Fatir.. Fatir hanyalah bergeleng
"Kalau tentang dia" ujar Salma
"Sebelum ada kejadian ini papa udah mencari bund, tapi papa belum menemukan titik terang" Fatir
"Tapi pa bunda takut jika Gibran gak bisa bertahan hikss....."
"Bunda gak boleh ngomong begitu"
"Bunda belum ucapin ulang tahun ke dia. Bunda mau balas berbuatan bunda ke Gibran" ujar Salma
"Bunda juga kangen dengan dia pa"
"Iya bunda papa akan usahain"
*Percepatan*
Rakha yang sudah aktif untuk sekolah di bangku dia hanya bengong tanpa memperdulikan guru yang didepan
KAMU SEDANG MEMBACA
waktu tak sama [HIATUS]
Teen Fictionaku yang mempunyai sejuta cita-cita namun cita-cita itu pupus olehnya aku yang dihadapkan oleh kenyataan yang tak pernah aku inginkan disini aku berdiri sendiri walaupun banyak orang disampingku disini aku yang tertawa namun banyak menyimpan rahasi...