Hello Husband - 28

1.4K 132 10
                                    

HELLO HUSBAND



Jeno mengetuk pintu ruangan Lami sebelum membuka pintu setelah mendapat jawaban dari sang dokter.

"Ada apa Jen? Bukankah baru minggu depan jadwal checkup Jaemin?"

Lami terpaksa menghentikan sejenak kegiatannya, membiarkan adik dari temannya itu duduk di hadapannya.

"Aku baru saja mengambil hasil lab Jaemin." Jeno menyerahkannya pada Lami. "Hasilnya tidak terlalu bagus. Aku hanya ingin mendapatkan kepastian."

"Kau datang sendiri atau bagaimana?" Tanya Lami sembari membuka hasil lab tersebut.

"Jaemin dan Jisung menunggu di mobil, aku baru saja kembali dari Jepang bersama kakakku."

Lami mengangguk, mengamati hasil lab milik Jaemin dan menghela napas berat.

"Aku tidak bisa menyarankan apapun, infeksi rahimnya sudah sampai pada tahap komplikasi. Aku hanya bisa berharap hal ini tidak berlanjut parah."

"Aku sudah menjaga Jaemin selama dua bulan ini, menuruti segala yang kau ucapkan. Apakah semua itu tidak membantu sama sekali?"

"Hasilnya berkata lain, Jeno."

Lami melipat kembali hasil lab tersebut dan menyerahkannya kepada Jeno. Nasib dari kedua Jung itu sungguh berbeda.

Lami merasa senang saat mengetahui jika kandungan Haechan sehat dan baik-baik saja karena sesekali keduanya bertukar kabar lewat telepon. Mark begitu beruntung akan hal itu.

Tapi tidak dengan Jeno. Meskipun sudah memiliki Jisung, Jaemin dan Jeno pasti juga ingin memiliki anak dari darah daging mereka sendiri. Akan tetapi keadaan mempersulit keduanya.

"Kau masih belum mengatakannya pada Jaemin?"

"Belum."

"Seperti yang aku bilang, kondisi Jaemin mungkin akan semakin memburuk dan kemungkinan besar kau akan benar-benar kehilangan calon anakmu."

"Jika benar-benar aku akan kehilangan anakku, apa Jaemin bisa mengandung lagi nantinya?"

"Jika rahim Jaemin kembali sehat, dia bisa."

Lami membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah kotak kado kecil untuk diserahkan pada Jeno.

"Aku tahu kalian tidak ingin mengetahui jenis kelamin janinnya, tapi semoga aku memberikannya sebelum terlambat." Ucap Lami.

Jeno menerima kotak itu tanpa membukanya. Menatap lamat seolah hadiah itu adalah kabar bahagia yang tidak akan bertahan lama.

"Usia kandungan Jaemin sudah mulai memasuki tujuh bulan. Masih ada harapan untuk bayimu lahir dalam keadaan prematur, berdoa saja."

"Jika aku memilih untuk menggugurkanya? Aku hanya akan kehilangan anakku kan?"

"Jeno kau—" Lami sedikit terkejut dengan pemikiran itu.

"Aku tidak akan kehilangan Jaemin kan?"

"Tenanglah dulu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kalian berdua. Infeksi rahim, itu bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan."

Jeno menghela napas berat. Frustasi rasanya memikirkan segala kemungkinan buruk nantinya.

"Aku mengerti. Terimakasih."

Jeno meninggalkan ruangan Lami dengan perasaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja meskipun berulang kali pria itu mencoba untuk menerima segalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HELLO HUSBAND || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang