28. Yang Berbeda

9 3 0
                                    

Hannah berjalan-jalan sore dengan Akim mengitari komplek, dia bersenandung agar Akim bisa mengenal satu dua lagu anak-anak. Akim tampak sangat bahagia melihat langit sore yang cerah itu. Tiba-tiba Akim terdiam karena mendengar suara tangisan saat ingin sampai kerumahnya.

"Kenapa nak?" tanya Hannah sambil menoel pipi Akim, Akim terlihat sangat penasaran dengan suara tangisan itu. Setelah Hannah melihat sekeliling, ternyata yang menangis adalah Keyfa. Keyfa tampak menunduk saja sendiri.

Hannah menepuk pundak Keyfa, ternyata dia memang menangis karena terlihat dari pipi dan hidungnya yang memerah karena tangisan.

"Keyfa kok nangis!?" Hannah histeris melihat tangisan Keyfa yang cukup berlebihan, dia memikirkan KDRT seperti apa yang Fahmi berikan padanya.

"Tanamannya, ma-ma-mati..." Keyfa menjerit menangis lagi karena pertanyaan Hannah. Hannah pun akhirnya membawa Keyfa ke kursi di jalanan komplek, dan dia menenangkan Keyfa yang menangis tersedu-sedu.

"Udah Keyfa lagian cuma tanaman, itu juga tanamannya punya aku Key." Hannah menepuk-nepuk pundak Keyfa, dia terus menangis karna mengingat tanaman itu layu lemas kebawah.

Tak lama kemudian, Fahmi pulang dari kerjanya. Dia langsung melihat Keyfa yang menangis dan membawanya masuk kerumah. Setelah itu dia menghampiri Hannah lagi.

"Hannah ini mainan untuk Akim, tadi Keyfa mau kasih langsung tapi dia keburu malu karna gak bisa kontrol nangis dia." Fahmi memberikan sekotak mainan anak untuk Akim, Akim yang melihat banyak warna di mainan itu terkekeh dan tak sabar ingin memegangnya.

"Jangan digigit ya nak."

"Eh Fahmi, emang Keyfa suka nangis gitu ya?" tanya Hannah, karna sejak awal memang Keyfa sering menangis jika ada kejadian biasa sedikit juga dia menangis.

"Enggak deh, dulu awal-awal nikah dia gak pernah nangis sedetik pun. Dia sering nangis sejak seminggu sebelum pindahan."

Hannah terkejut mendengar fakta itu, kenapa dia baru tau sekarang kalau Keyfa tak pernah menangis sejak dulu. Hannah langsung berargumen dengan otaknya, dia juga begitu saat awal-awal kehamilan. Dia ingin menjelaskan tetapi malu karna ini tentang kehamilan.

"Saran, coba cek ke RS." Langsung saja Hannah meninggalkan Fahmi tak lupa mengucapkan terimakasih sekali lagi atas mainan yang diberi Fahmi untuk Akim. Hannah segera pulang kerumahnya untuk mengatakannya pada Imran.

~

"Coba kamu bilang sama Fahmi suruh cek dokter, kalau iya dia hamil udah berapa bulan tuh gak ketahuan," bisik Hannah pada Imran di sofa, karna Imran sedang memangku Akim yang baru saja tertidur di pangkuan Hannah.

"Kamu yakin dia hamil?, coba kamu cek dulu sesama cewe. Bawa Nara juga," balas Imran sambil berbisik juga.

Hannah meraih handphone nya, dia langsung saja ajak ketemuan Nara dan Keyfa di chat pribadi agar Dinda dan Risha tidak merasa iri lagi. Imran juga ikut memikirkan kata-kata dalam chat agar meyakinkan Keyfa untuk bertemu sekarang juga.

"Apa dia bilang?" tanya Imran.

"Dia bilang oke! aku pergi bentar ya beli test pack sama Nara naik mobil kamu?" Izin Hannah. Imran mengangguk, dia memberikan kunci mobilnya. Hannah mengecup kening Akim dan segera pergi menuju apotik!

~

Nara request pada mbak apotek itu untuk memberi testpack yang terakurat, termahal, dan ter-gg dari yang ada. Setelah membeli, Hannah langsung tancap gas untuk menuju rumah Keyfa.

"Kenapa Han, Nar?" kata Keyfa saat baru keluar dari rumahnya.

"Ayo ngomong didalem." Nara menatap kerumah Risha dan Dinda, memantau mereka untuk tidak datang kerumah Keyfa untuk sementara waktu. Setelah masuk kerumah Keyfa, Hannah pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi dari beberapa gejala yang dihadapi oleh Keyfa.

"Se-serius gitu?" Keyfa menutup mulutnya tak percaya, senyuman terukir diwajahnya mendengar kemungkinan yang disebutkan oleh Nara.

"Makanya kamu tes dulu aja bener apa enggaknya."

Keyfa mengangguk, dia tampak ragu-ragu awalnya. Badannya merinding jika memang benar dia sedang hamil itu, dia pasti sangat senang. Keyfa memberanikan diri ke kamar mandi kemudian dia cek sendiri. Beberapa menit dan detik Hannah dan Nara tak henti-henti menunggu kedatangan Keyfa dari pintu kamar mandi yang belum juga terbuka.

Cklek

Terlihat lompatan kecil dari Keyfa, air matanya jatuh sesaat setelah membuka pintu untuk menghampiri Hannah dan Nara. Melihat tangisan itu Hannah dan Nara pun beranjak dan memeluk Keyfa erat. Keyfa menangis tersedu-sedu.

"Aku beneran mau punya anak!" serunya dengan riang.

"Selamat ya keyy atas kehamilan kamu.." kata Nara dan Hannah sembari menepuk-nepuk punggung Keyfa, memberinya ketenangan






Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang