10. Persiapan Tetangga

36 21 0
                                    

H-3 sebelum hari pernikahan Risha. Dinda dan Keyfa berjanji membeli jilbab bersama karna mereka belum punya jilbab warna silver. Mereka berdua janjian untuk menunggu kurir pagi sekali, bahkan sinar matahari belum menyelimuti pagi ini. Keyfa dan Dinda duduk di meja panjang rumah Keyfa sekalian memotong-motong sayuran untuk masakan hari ini. Mereka sibuk bercakap-cakap tentang pernikahan Risha.

"Gimana ya nanti Risha pas nikah dengan teman sejak kecilnya, apa gak canggung." kata Keyfa khawatir dengan pernikahan Risha yang terbilang cukup tiba-tiba.

"Enggak deh, biasa yang kaya gitu agresif." Dinda terkekeh kecil diikuti oleh Keyfa yang malu dengan perkataan Dinda.

Mereka berdua mendengar suara pagar rumah yang terbuka, ternyata Imran baru pergi untuk bekerja dan Hannah sedang melambaikan tangan pada suaminya yang sudah diatas motor.

"Eh Keyfa, Dinda. Aku kebetulan mau ikutan sinii." Hannah menghampiri mereka sambil membawa bahan makanan yang akan dipotong juga. Akhirnya mereka bertiga berkumpul di depan rumah Keyfa.

Dinda bergeser sedikit agar Hannah bisa duduk diantara mereka juga, "Kok suami mu naik motor, mana mobilnya?" tanya Dinda.

"Kemarin karna hujan kayaknya keserempet, jadi dibawa ke bengkel dulu." jelas Hannah sambil memotong kentang yang akan dia gulai hari ini.

Tiba-tiba dari rumah di samping Hannah, Nara keluar dengan wajah yang pucat. Karena beberapa hari ini dia tak nafsu makan dan sering mual-mual. Nara membawa sekantong plastik berisikan bubur ayam yang Alvaro belikan untuk Nara karna dia sedang malas mengunyah makanan.

"Eh Nara duduk sini, udah lama gak liat." Hannah merangkul Nara, tapi Nara tidak memiliki semangat untuk menjawab perkataan Hannah.

Dinda mengambil kerupuk dari kantong bubur Nara, "Nara kamu masih mual-mual kah?" tanya Dinda sambil mengunyah kerupuk itu.

"Itu kan kesukaan aku." batin Nara sambil memerhatikan Dinda yang mengunyah kerupuk pink kesukaannya dikala makan bubur ayam, tapi untung saja karna Alvaro tau Nara suka dia meminta 3 kantong kerupuk bawang kepada mamang bubur. Tapi naas, Hannah pun juga mengambilnya.

"Iya Dinda, perut aku sakit banget beberapa hari ini." ucap Nara sambil mengambil cepat kerupuknya yang sisa satu sebelum Keyfa pun ikut tak tau diri mengambil nya.

"Paket." ucap seorang laki-laki yang seperti nya kurir yang ditunggu Keyfa dan Dinda.

"Eh iya mas, bentar ya uangnya diambil dulu." kata Keyfa, ternyata dia lupa mengambil uang yang telah mereka siapkan untuk paket.

Tukang paket atau biasa disebut kurir itu duduk pinggir sekali di bangku dekat dengan Nara. Karna gerah Nara mengibas rambutnya dan terlihatlah wajah Nara oleh tukang kurir itu.

"Na-nara?" ucap kurir dengan nada lirih, Nara menoleh dengan wajah tak senang karna perutnya masih sakit sejak tadi.

"Nara inget aku? aku Zidan. Kita dulu satu SMA." kata Zidan sambil menepuk-nepuk dirinya, dia sangat senang bertemu Nara.

"Zidan, oh yyang Nara tolak itu." batin Hannah yang mengingat cerita Imran tentang Alvaro yang menceritakan mantan terindah Nara.

"Zidan apa, aku gak kenal di SMA namanya Zidan." ketus Nara sambil mengerutkan alisnya kesal, tapi akhirnya Nara tersadar ternyata Zidan. Zidan adalah orang yang menyukai Nara sahy ySMA, Nara menutup mulutnya tak percaya.

"Aduh inget banget pas kamu aku tolak, tapi malah ketawa." Nara menepuk-nepuk pundak Zidan dengan tertawa terbahak-bahak. Hannah dan Dinda hanya memerhatikan tetapi mereka mematung dan tidak berkata-kata sambil melihat jalan.

Brak!

Suara pintu dari rumah Nara, Nara menoleh ke arah mata Dinda dan Hannah. Ternyata Alvaro baru saja masuk kerumah mereka, Nara cepat mengambil sendalnya dan mengejar Alvaro ke dalam rumah.

Nara berpapasan dengan Alvaro di pintu rumah mereka, ternyata Alvaro lupa membawa kotak bekal makan siang berwarna kuning pink yang sempat Nara buat walau sedang sakit. Alvaro hanya menatap Nara lalu pergi ke mobilnya kembali. Nara tak sempat mengatakan sepatah kata pun, Nara hanya menatap Alvaro dari jendela mobilnya yang belum berjalan.

Alvaro keluar lagi dan memeluk Nara, "Ih kok kamu diem aja gak jelasin, kamu masih sayang aku kan?" Alvaro meletakkan wajahnya di bahu Nara, dia menatap sinis pada Zidan saat memeluk Nara.

Nara melepaskan pelukan Alvaro, ternyata air matanya sudah dilinangi oleh air mata yang sudah siap untuk jatuh. Nara pergi kedalam rumah dan ingin membanting pintu tapi dia mengurungkan niatnya dan menutupnya dengan sangat pelan.

"Alah mulai lagi, udah nih pake uang ini aja dulu Din ayo cepat masuk." Hannah memberi uang pada Zidan dan menarik Dinda pergi kerumahnya.

"Ini uang paket-" Keyfa terhenti karena semua orang telah pergi, dia heran dan memilih untuk masuk kerumah saja.

Hari sudah malam, Keyfa sedang di rumah Dinda untuk mencoba jilbab yang mereka beli bersama dan mencocokkan warna dengan baju Hannah juga. Mereka mengajak Nara tapi Nara sedang ngambek dan sedang di mode gahar sehingga tidak bisa diganggu. Ravendra terpaksa di luar rumah karna para perempuan sedang mencoba baju, dia mengganti body motor yang sudah menjadi hobinya selama ini.

"Raven, sehat?" tanya Alvaro sambil merangkulnya. Ravendra segera menepis rangkulan itu dan menatap Alvaro sinis.

"Mau apa hah? aku lagi sibuk gak liat?" ketus Ravendra yang membuat Alvaro menjauh darinya.

"Ya kan sapa aja emang gaboleh, ada Dinda gak didalem?" tanya Alvaro sembari menunjuk kerumah Ravendra.

"Ada satu paket situ, masuk aja." ucap Ravendra tanpa melihat pada Alvaro saking sibuknya memperbaiki kendaraan.

"Oh ada Keyfa Hannah, makasih ya Ven."

"Assalamu'alaikum." Alvaro mengetuk pintu dan akhirnya Dinda keluar untuk mengecek.

"Apalagi sih, udah dibilang di chat ity Nara marah sama mu." Dinda menatap Alvaro dengan tatapan sinis.

Alvaro menahan pintu sebelum ditutup lagi oleh Dinda, "Tapi, kenapa salah aku? kan dia yang ngomong duluan sama Zidan. Aku gak salah dong." ucap Alvaro dengan kemarahan.

"Dinda ini bros titipan kamu, aku pulang duluan ya."

"Oh ya aku awalnya mau minta maaf kok, tapi aku gatau kenapa aku marah karna kamu banting pintu mobil sekuat itu."

Setelah mengatakan 2 kalimat itu Nara pergi tanpa menunggu jawaban dari Alvaro, Dinda menepuk pundak Alvaro pertanda Alvaro harus semangat karna istrinya pasti semakin marah.

"Jangan salahin Nara, dia lagi hamil makanya sensian." pesan Hannah. Mereka bertiga kembali menutup pintu dan membiarkan Alvaro yang tidak berkutik sedikit pun. Ravendra tidak menghiraukan semua itu, dia hanya sibuk dengan body motor nya saja

bersambung...

yey hahahahha muahh

Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang