03. Rumput Tetangga

51 23 1
                                    

Awal pagi yang cerah dirumah baru milik Varo dan Nara sedang disibukkan dengan kegiatan menata pot bunga yang dijadikan hiasan depan rumah pasutri baru ini, tak lupa mereka memangkas dan memperbaiki rumput halaman rumah mereka.

"Sayang, kamu tau gak perbedaan kamu sama tanaman-tanaman ini?" tanya Varo dengan senyuman centilnya.

"Apa itu sayang??" jawab nara sudah siap dengan gombalan suaminya itu.

"Sama-sama enak di pandang."

Bruk

"Apaan kebucinan ini, untung gue bisa nahan mual." batin dinda yang merasa geli dangan kemesraan pasutri baru ini.

"Eh mbak Dinda ngapain datang kesini?" ucap nara yang kaget dengan suara kedatangan Dinda sambil membawa tupperware.

"Eh ini, saya mau minta gulanya dikit. Lupa kemarin rupanya suaminya saya belum beli." pinta Dinda menyodorkan tupperwarenya ketangan Nara.

"Oh iya sebentar ya mbak Dinda." Nara berlari menuju dapurnya untuk mengambil gula miliknya.

"Dipenuhin ya!" teriak Dinda.

"Gula banyak buat apa mbak?" tanya varo yang sedang merapihkan pot bunga mereka.

"Buat stok, males beli yang banyak dulu." ucap dinda dengan ekspresi biasa saja.

Dinda melihat-lihat halaman rumah mereka yang baru sehari sudah seperti taman bunga berbau semerbak wanginya. Bunga dengan warna yang berwarna-warni terawat rapih membuat timbulnya keirian Dinda karna suaminya tak pernah begini.

Dinda melihat Hannah yang sedang membawa belanjaan banyak, tangannya penuh karna belanjaan yang ada di kedua tangannya. Diikuti oleh suaminya Imran dibelakang nya membantu bawaan Hannah.

"Mbak Hannah, Imran!" sapa Alvaro pada mereka yang hanya lewat.

"Eh varo, ngapain nih?" Imran menarik tangan Hannah menuju ke depan halaman rumah Alvaro.

"Kasih makan tanaman nih ron. Ciut belum makan 1 hari." ucap varo sedikit cekikikan, kini dia sedang melontarkan jokes bapak-bapak yang membuat Dinda dan Hannah tersenyum miring.

"AHAHAHAHAH!" Imran tertawa mendengar jokes yang pastinya sudah masuk di umurnya ini, ditambah sudah 1 tahun bergaul dengan keluarga pak Raven yang sudah 4 tahun menjadi bapak-bapak.

"Eh ini gulanya mbak, maaf lama soalnya tadi gulanya ada semut dikit." Nara berlari kecil kearah Dinda untuk memberikan Tupperware yang sudah berisi gula didalamnya.

"Eh iya makasih ya girls, aku langsung pulang ya soalnya ini raven minta kopi itam tadi. Makasih ya!" Dinda cepat cepat meninggalkan dua pasutri itu sebelum mereka mengeluarkan kata-kata bucin lainnya.

"Loh Hannah, Imran? Kenapa pada kesini ya sayang." ucap Nara sedikit bingung karna tetangganya berdatangan kesini.

"Ini loh Nara, si Imran ini suka tanaman tapi malas beli dia. Katanya sayang uangnya hehehehe." Hannah sedikit menyenggol Imran yang sangat terpesona dengan tanaman Alvaro yang terawat bersih

"Loh padahal ini juga kami beli gratisan karna ke taman bunga loh, iyakan sayang?" ucap Nara sambil membuka hpnya untuk menunjukkan sesuatu.

"Nih Han, kami ke sini baru langsung ke zoo. Lucu kan??" Nara menggeser slide demi slide yang berisi foto mesranya dengan Alvaro di tempat bermain itu.

Alvaro menutup wajahnya di bahu Nara, "Sayang jangan tunjukin dong, kan disitu kita lagi mesra." gelisah varo dan segera merampas handphone Nara.

"bohong kamu, kamu malu karna disitu keliatan kamu excited kasih makan rusa sama jerapah kan??" Nara menggoda Varo hingga Suaminya itu merajuk kedalam rumah.

Nara kembali melihat pada Hannah dan Imran, terlihat wajah Hannah sedang iri dengan suami Nara yang selalu mengajak Nara berjalan-jalan. Hannah pun langsung pergi merajuk juga tanpa mengatakan selamat tinggal.

"Loh kenapa Hannah?" Nara bertanya-tanya kenapa Hannah langsung pergi.

"Duh kamu kayanya bentar lagi bikin pasutri ribut deh, saya permisi dulu ya." pamit Imran yang segera mengejar Hannah dan berusaha memegang tangan nya, tapi Hannah menepisnya.

"Pada merajuk, lah tadi padahal seneng karna tetangga pada dateng. Aku kan baru bikin kue. Kasih ayang aja deh." Nara melompat lompat menuju kedalam rumah karna bersemangat membujuk suaminya yang sedang merajuk di ruang tamu.

Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang