Aku tidak henti memikirkan ucapan satpam kompleks rumah Kara yang dulu. Apa yang sudah aku lewatkam selama sepuluh tahun ini? Kenapa mereka bungkam? Kenapa aku di biarkan dalam ketidak tahuan?
Dimana Kara sekarang? Apakah dia baik-baik saja?
Pikiranku begitu kacau dan aku juga tidak bisa menanyakan hal tersebut kepada Papi karena aku yakin, Papi adalah dalang di balik ketidaktahuan yang aku alami. Tapi apa tujuannya?
Namun, pertanyaan itu buyar begitu saja saat Samuel datang untuk mengingatkanku jika sepuluh menit lagi akan ada rapat bersama CEO dan para dewan direksi terkait proyek besar yang sedang aku tangani.
Aku mengangukkan kepala dan segera berdiri dari dudukku. Sebelum keluar, aku terlebih dahulu merapikan pakaianku agar tidak terlihat berantakkan. Lupakan semua masalah sejenak karena ada hal penting lain yang harus aku urus terlebih dahulu.
Aku berjalan keluar dengan Samuel di belakangku, beberapa karyawan yang aku temui di sepanjang jalan menuju ruang rapat menunduk hormat setiap berpapasan denganku. Begitu sampai di depan ruangan rapat, ada juga dua penjaga yang menunduk hormat sebelum membukakan pintu.
Kedatanganku di sambut oleh tatapan para dewan direksi dan juga Papi yang terlihat menantikan presentasiku. Aku segara naik ke podium sedangkan Samuel mengatur segalanya untukku.
“Selamat siang dan terima kasih atas kehafiran anda semua. Hari ini, saya akan mempresentasikan rencana proyek pembukaan tambang baru yang akan didanai oleh Bank Adhitama dengan nilai total 8 triliun rupiah. Proyek ini adalah langkah strategis yang akan membawa dampak signifikan bagi perusahaan kita untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperkuat posisi kita di pasar.”
“Proyek ini mencakup beberapa tahap utama: pertama, studi kelayakan dan pengembangan proyek; kedua, perizinan dan regulasi; ketiga, pembangunan infrastruktur dan tambang; keempat, pembelian peralatan dan mesin; kelima, rekrutmen dan pelatihan tenaga kerja; dan terakhir, pengelolaan lingkungan dan reklamasi tambang. Kami telah melakukan analisis mendalam dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa semua aspek proyek ini direncanakan dengan matang. Kami yakin bahwa proyek ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi kita, tetapi juga memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perusahaan dalam jangka panjang.”
Dengan tatapan penuh intimidasi, Papi mengajukan sebuah pertanyaan. “Kenapa kamu memilih Bank Adhitama, dan bukan kompetitor kita yang biasanya?”
Aku tersenyum percaya diri sambil menganggukkan kepala, “”Terima kasih, Pak. Kami memilih Bank Adhitama karena mereka menawarkan suku bunga yang lebih kompetitif dan syarat pinjaman yang lebih fleksibel dibandingkan kompetitor, memiliki pengalaman signifikan dalam mendanai proyek pertambangan, menyediakan layanan dan dukungan khusus, serta menawarkan teknologi perbankan canggih dan sistem manajemen risiko yang solid. Selain itu, kemitraan ini membuka peluang kolaborasi jangka panjang dan diversifikasi sumber pendanaan kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams 2
ChickLitMelewati sepuluh tahun penuh penyesalan tanpa bertemu dengan Kara adalah sesuatu yang pantas di terima oleh pengecut dan bajingan sepertiku. Selama sepuluh tahun itu pula, aku sering berangan tentang pertemuan indah yang akan aku lakukan saat berte...