****
Flashback on
Clando merasa kebingungan dengan kedatangan Kawana Rahenazula yang ternyata sudah menunggunya di dalam ruang kantornya. Wajahnya tampak tenang namun tidak ada sedikitpun senyuman di sana. Pendar matanya pun tampak tak gentar saat harus beradu pandangan, Clando merasa kekasih putranya itu telah banyak berubah.
Sebelum menghampiri gadis itu, Clando meminta asistennya untuk keluar karena ia ingin bicara berdua saja. Selain itu, ia juga merasa kalau gadis itu juga tidak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh orang lain.
Dengan wajah setenang air, Clando berjalan dengan langkah tenang dan mengambil tempat duduk di hadapan Kara. Kedua kaki di silangkan guna menunjukkan dominasi besarnya di ruangan ini.
“Apa kabar Kara?” tanya Clando memecah keheningan.
Gadis itu tidak mengatakan apapun melainkan meletakkan sebuah map di hadapannya. “Anda bisa tahu keadaan saya setelah melihat isi amplop itu.” Ujar Kara lagi-lagi dengan wajah dingin dan datar tanpa ekspresi.
Tampak kernyitan di kening Clando namun hal tersebut tidak urung membuatnya mengambil map tersebut. Raut wajah Clando setenang air bahkan ketika ia melihat isi map itu, seolah hal tersebut bukan berarti apa-apa untuknya.
Melihat tidak ada reaksi apapun yang di tunjukkan oleh Papi mantan kekasihnya membuat Kara mau tidak mau lebih dahulu buka suara. “Hubungan saya dan Deka sudah berakhir sejak tiga tahun lalu. Apa tujuan anda menyuruh orang-orang itu untuk mengawasi saya?”
Map itu berisi gambar-gambar yang Kara ambil ketika sadar bahwa ia di ikuti secara diam-diam. Bagaimana ia bisa tahu mereka semua suruhan Clando? Yah, Kara menahan salah satu di antara mereka dan meminta penjelasan lalu dia mengatakan bahwa mereka semua utusan Clando.
“Putra saya yang meminta.” Clando menjeda ucapannya, “Sebelum pergi ke luar negeri dia berpesan agar saya menjaga calon nyonya Bulaleno di masa depan.”
Kara cukup terkejut mendengarnya namun ia dengan cepat mengendalikan diri lalu terkekeh pelan. “Saya sudah tidak mencintai Deka. Hubungan kami sudah berakhir tiga tahun lalu dan tidak ada perasaan apapun yang tersisa untuk dia.”
“Begitu?” Clando melipat kedua tangannya di depan dada. “Tapi saya tidak peduli. Yang saya tahu putra saya menginginkan kamu dan saya bersedia melakukan apapun untuk memenuhi keinginannya.”
“Anda membenci saya kan?” tanya Kara membuat kerutan di kening Clando. “Saya bisa melihat hal itu di dalam mata anda.” Lanjutnya.
“Sebenarnya anda tidak ada bedanya dengan Deka. Kemarahan atas dosa yang pernah di lakukan Papa saya dan istri anda di masa lalu itu anda limpahkan kepada saya, iya kan?” kepala Kara tertunduk kala ingatan masa lalu kembali menghampirinya. “Anda tidak terlihat semurah hati itu. Bahkan saya yakin kalau anda pernah berniat menghabisi Papa saya tapi istri anda melarangnya kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Dreams 2
Literatura FemininaMelewati sepuluh tahun penuh penyesalan tanpa bertemu dengan Kara adalah sesuatu yang pantas di terima oleh pengecut dan bajingan sepertiku. Selama sepuluh tahun itu pula, aku sering berangan tentang pertemuan indah yang akan aku lakukan saat berte...