Hidup Isabella berjalan dengan sempurna seperti apa yang selama ini ia impikan, hidup sederhana bersama sang suami di sisinya. Namun belum genap satu tahun pernikahan mereka, tiba-tiba gerombolan prajurit istana mengepung rumahnya dan menghabisi nya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ada yang masih nunggu cerita ini ga ya?
Kayaknya author udah lama ga update di sini
Jangan lupa vote dan komennya ya temen-temen 😗
Selamat membaca!
_________________________
Pagi harinya Isabella terus menatap surat balasan dari Ansel, bahkan semalam Isabella hampir tidak bisa tidur karena memikirkan kekasihnya. Setelah menunggu selama satu minggu akhirnya Ansel menjawab surat cintanya. Isabella senang bukan main, suasana hatinya yang tak pernah baik sejak kedatangannya ke Baeru kini seolah disinari hanya karena rangkain tulisan yang ditulis Ansel untuknya.
Oddie memperhatikan Isabella yang tak henti-hentinya tersenyum sembari memeluk lebaran kertas tersebut. Oddie ikut tersenyum, merasa senang melihat Isabella bahagia namun hatinya merasa sedikit terganggu karena bagaimanapun apa yang dilakukan Isabella itu salah.
Isabella bergegas berjalan ke meja nya lalu mengambil kertas juga pena dan mengisinya dengan tinta. Ia harus segera mengirim balasan untuk Ansel, Isabella ingin segera bertemu dengan kekasihnya, perasaan rindunya sudah tak tertahankan lagi.
Lantas setelah selesai menulis surat, Isabella mengikat surat tersebut di kaki burung merpati yang hinggap di jendelanya.
Isabella memandangi burung itu yang mengepakkan sayapnya sambil bertopang dagu di jendela.
Oddie membuka pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu, salah satu pelayan berdiri lalu bersuara ketika Isabella menatap pelayan itu.
"Yang Mulia Raja meminta kehadiran permaisuri di meja makan," ucap pelayan tersebut menyampaikan pesan.
"Katakan, aku tidak bisa menemaninya," balas Isabella langsung lalu memalingkan wajahnya kembali ke arah luar jendela. Astaga, pria itu belum juga menyerah memintanya bergabung di meja makannya, adahal Isabella sudah sering menolak.
"Baik, permaisuri," balas si pelayan.
Oddie kembali menutup pintu kamar Isabella, ia lalu menghampiri majikannya itu dan berdiri di belakang Isabella.
"Permaisuri, bukankah sesekali Anda bisa memenuhi permintaan Yang Mulia Raja? Bagaimanapun Yang Mulia Seth adalah pemimpin negeri ini yang perintahnya patut kita ikuti," ucap Oddie memberi pendapat.
Oddie tahu bahkan sangat tahu bahwa Isabella tidak menyukai Seth, oleh karena itu Isabella bersikap kasar dan kurang ajar kepada Seth. Oddie berbicara mengenai pendapatnya semata karena khawatir jika sewaktu-waktu raja Seth berhenti mentoleransi sikap tidak bermoral Isabella. Lalu pada akhirnya Isabella dihukum atas tindakannya yang tidak mematuhi perintah raja.
"Aku tidak meminta pendapatmu mengenai pria itu, Oddie," balas Isabella. Isabella kemudian memalingkan wajahnya,"Sebaiknya kau keluar dan kembali dengan sarapanku,"