Hidup Isabella berjalan dengan sempurna seperti apa yang selama ini ia impikan, hidup sederhana bersama sang suami di sisinya. Namun belum genap satu tahun pernikahan mereka, tiba-tiba gerombolan prajurit istana mengepung rumahnya dan menghabisi nya...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
S
Selamat membaca!
___________________________
Isabella mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja rias seraya bertopang dagu, kebiasaanya ketika merasa bosan. Tidak ada yang bisa ia lakukan di Baeru, kerjaannya hanya makan, tidur, berkebun, membaca, lalu tidur lagi.
Statusnya sebagai seorang Permaisuri di Baeru ia abaikan begitu saja, kendati ia dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengurusi dan mengayomi mereka, Isabella berlagak tidak peduli karena merasa bukan tanggung jawabnya.
Isabella masih tidak bisa menerima posisinya, entah itu sebagai seorang istri atau berperan sebagai seorang Ratu. Padahal tindakan Isabella sangat salah jika dipandang dari sudut manapun. Banyak dari kalangan bangsawan yang menikah tanpa cinta, namun begitu mereka tetap menjalankan tugas mereka sebagai istri atau posisi lainnya.
Menikah atas dasar balas budi, politik dan bisnis adalah hal yang lumrah terjadi. Namun begitu, bagi Isabella tak mudah untuk menjalaninya. Meski dulu ayah dan ibunya menikah karena perjodohan, kedua orang tuanya akhirnya berhasil membangun cinta mereka sampai maut terlebih dahulu menghampiri ibunya dan memisahkan mereka.
Namun Isabella sendiri tak sanggup mengikuti jejak orang tuanya. Meski pun pada akhirnya ia tidak berjodoh dengan Ansel, paling tidak Isabella mendapatkan pria lain untuk dinikahinya dan Isabella mungkin akan belajar mencintai suaminya. Hanya saja Seth menjadi pengecualiannya, mungkin sampai akhir hayatnya pun, ia tidak akan pernah bisa mencintai pria kejam itu.
"Oddie, apakah sudah ada balasan dari Ansel? Sudah tiga hari namun burung merpati yang ku kirimkan tak kunjung kembali,"
Oddie menggeleng,"Saya juga tidak melihat burung merpati yang Anda kirim. Mungkin saja surat Anda sedang dalam perjalanan," jawab Oddie menenagkan Isabella.
Isabella menghela nafas bosan, nyatanya istana sebesar ini tak bisa membuatnya nyaman atau sekedar mengenyahkan kebosanannya. Benar-benar sialan batinnya.
Melihat kebosanan di wajah Isabella, Oddie mencoba memberikan sarannya,"Yang Mulia, bagaimana jika kita keluar jalan-jalan ke pasar? Saya dengar pasar di Baeru merupakan pasar yang menyediakan kebutuhan yang paling lengkap di seluruh kerajaan, selain itu letak alun-alun tak jauh dari pasar sehingga jika Yang Mulia ingin melihat pentas seni Anda bisa berjalan kaki dari sana,"
Isabella menimbang apa yang baru saja Oddie ucapkan. Sebetulnya ide Oddie cukup bagus bagi Isabella, namun yang Isabella pikirkan adalah jika ia keluar dari Istana maka ia akan bertemu dengan masyarakat di luar sana. Rasanya Isabella tidak siap untuk beramah-tamah dengan mereka.
Setelah menimbang beberapa saat akhirnya Isabella menerima usulan Oddie."Baiklah, kita berangkat sekarang," ucap Isabella.
Terlihat Timothy di luar pintu berdiri dan menatap Isabella,"Anda hendak kemana, Permaisuri?" tanya Timothy.