Sesampainya mereka semua di rumah sakit, hesa langsung di tangani oleh beberapa dokter dan juga perawat.
Mereka hanya bisa menunggu di luar ruangan tersebut. Clara yang hanya mengigit bibir bawahnya cemas.
Aksa yang mondar mandir ikut panik juga, edgar hanya menundukkan kepalanya sambil menangis pelan. Ghina hanya duduk di samping edgar dan menepuk pelan punggung nya.
Kai pun samanya yang ikut merangkul bahu clara sambil mengusap kan ibu jarinya di sana, sebisa mungkin ia menahan tangisan nya. Namun lolos begitu saja dengan cepat ia menyeka nya.
"Hesa.." lirih aksa pelan sambil menatap pintu ruangan yang berada di hadapan mereka
"Gue ga kuat, gue mau keluar dulu" edgar yang sudah tidak tahan menahan air matanya lalu keluar dari rumah sakit
"Gue susul edgar dulu ya, takutnya dia kenapa napa" ucap ghina pelan lalu di angguki oleh mereka
Ghina berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah yang berat lalu mencari keberadaan edgar, dan ia menemukan nya.
Edgar hanya duduk di taman rumah sakit itu, ia menundukkan kepalanya sambil menangis, ghina ragu untuk mendekatinya, tangisan edgar begitu pilu di dengar nya.
Tanpa ragu lagi ghina duduk di samping sambil mengusap bahunya. "Udah, hesa ga bakal kenapa napa"
"Gue juga tau gi, lo juga pasti trauma liat kejadian itu" sahutnya yang terbata bata
"Hmm.. mungkin itu bakal jadi trauma berat bagi gue, dan gua masih terbayang bayang"
"Gue aja ngga nyangka, berasa mimpi ini semua.."
"Gi, kalo misalnya gue korban selanjutnya.. gue mohon bawain bungan tulip putih setiap lo ke rumah baru gue" ucapnya yang pelan sambil tersenyum kikuk. Sontak ghina tertegun, yang tadinya tangan ghina menepuk pelan bahu Edgar seketika terhenti saat Edgar mengatakan seperti itu
"Apaan sih gar! Ga usah ngelantur deh!" Sentak ghina
"Kalo ngomong tuh di pikir pikir dulu, jangan asal sebut!" Kesal ghina lalu meninggalkan edgar
Edgar hanya terdiam sambil menyeka air matanya lalu menghela napasnya sebelum ia menyusul ghina yang sudah masuk kembali ke dalam rumah sakit.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter yang keluar dari ruangan itu, mereka semua terdiam sejenak. Lalu clara mengangkat tangan nya
"Saya dok, gimana kondisinya?" Tanya clara
"Sebaiknya periksa dulu kedalam ya, satu orang saja"
"Lo aja ra, gue ga mau" sahut aksa, clara hanya mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan itu dan perlahan menutup pintunya
Ia menghela napasnya berat saat melihat kondisi hesa yang tergeletak di kasur rumah sakit, lalu gadis itu mendekat dan duduk di samping nya
"He.. maafin gue ya, lo jadi kayak gini"
"Gue ga tau lagi harus gimana.. andai aja waktu bisa di putar, gue bakalan milih diri gue aja yang jadi kayak gini"
"Gue mohon he, bangun.." lirih nya sambil meneteskan air mata, sesak clara sangat sesak melihat kondisi hesa
"Lo bangun he, katanya mau bikin pesta kecil kecilan di pinggir pantai.. ayo bangun"
Namun nihil, sebanyak apa pun ocehan clara, hesa tetap saja tidak membuka matanya gadis itu perlahan meraih tangan hesa lalu menggenggam erat.
"Gue bakal jagain lo di sini.. jadi bangun ya? Jangan lama lama di sini, gue benci sama rumah sakit.."
Clara sebisa mungkin menahan diri untuk tetap diam di dalam ruangan itu. Namun tidak kuat, clara tidak kuat berada di ruangan itu. Ia memilih untuk keluar saja sontak mereka menoleh.
"Gimana? Hesa udah bangun?" Tanya edgar, clara hanya menggelengkan kepalanya pelan
"Kalian mending pulang aja, pasti lo pada capek. Biar gue yang di sini sama clara" ucap kai lalu melirik ke arah teman teman nya yang begitu lesu dan lelah
"Iya.. kasian ghina juga pasti capek, mending lo pulang aja sa" lanjut clara
Memang ada benar nya juga, mereka semua sudah lelah, pusing, bimbang, khawatir, bahkan takut dan cemas.. menjadi satu saat itu. Rasanya sudah seperti campur aduk semuanya.
"Yaudah, gue pulang dulu.. kalo hesa udah sadar kabarin gue aja" pinta aksa lalu menepuk bahu kai dan menarik tangan ghina lalu keluar dari sana
"Gue pulang dulu ya, kabarin juga kalo udah sadar" clara dan kai hanya mengangguk, lalu edgar pun keluar dari sana
"Lo ngantuk? Tidur aja, biar gue yang jaga hesa" ucap kai
"Ngga, gue udah janji sama dia buat ngejagain dia sampai bangun"
Kai hanya terdiam lalu memilih duduk di samping clara, mereka berdua sama sama menatap kosong ke bawah.
###
Clara dan juga kai memutuskan untuk tidur di rumah sakit saja, seperti biasanya kai meraih pipi clara dan menyenderkan ke pundaknya.
Kasihan, kai merasa kasihan melihat keadaan clara saat ini. Gadis yang tertidur di pundaknya tampak gelisah dan tidak nyaman
Laki laki itu hanya menghela napasnya lalu menatap lurus ke depan jendela rumah sakit yang tidak tertutup gorden. Di luar sudah gelap dan banyak bintang di langit, kai yang melihat itu pun rasanya tenang untuk sesaat.
Entah mengapa akhir akhir ini pikiran nya cemas, takut, dan putus asa.. rasanya yang ia alami sekarang. Lelah? Sudah pasti dia lelah dengan semuanya.
Kai tidak terbuka dengan siapa pun, bahkan dengan clara pun ia tidak terbuka sama sekali. Tentang semuanya kai pendam begitu saja tanpa ada yang tahu satu orang pun.
"Ma.. kai kangen mama" gumam nya sambil melihat langit langit yang indah
Semenjak menginjak umur belasan kai sudah di tinggal oleh sang mama, ia hanya tinggal dengan papa nya sekarang.
Saat sedang memandang langit langit, tiba tiba ponsel kai berdering sontak kai mengambil ponselnya di saku. Ternyata itu bodyguard nya yang menelepon nya.
"Hallo? Kenapa?"
"Tuan, nyonya laras meninggal"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR SATU RUMAH (END)✓
Mystery / Thriller⚠️DI SARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA, JANGAN LUPA VOTE, COMMENT. THANK YOU.⚠️ 🚫(KEKERASAN) 🚫(NO PLAGIAT!!) ⚠️SEDANG PROSES REVISI Bagaimana jika satu rumah di teror dengan orang yang tidak kita kenal? Nasib seorang Celara Aurelia yang hidup se...