Vienna dan Fani baru saja keluar dari lab biologi dengan jas lab tersemat di tubuh mereka. Mereka berdua menuju kelas untuk menyimpan buku. Setelah menyimpan bukunya di laci, Fani mengamati Vienna yang bengong menatap bangku di sampingnya yang kosong.
"Udah Vienna, nanti juga dia ngabarin Lo, kok."
"Sebelumnya dia nggak pernah kayak gini, Fan. Gue cemas," tutur Vienna sedih.
"Jangan terlalu sedih gitu, mending kita makan makanan kesukaan Lo di kantin."
Vienna mengangguk setuju.
Fani meninggalkan Vienna yang duduk di tempat biasa mereka makan. Fani pergi memesan dua porsi seblak pada Mas-mas penjual yang ramah. Vienna tersenyum ceria setelah Fani meletakkan makanan mereka di atas meja. Setidaknya hari ini makanan kesukaannya bisa memperbaiki harinya yang murung.
Vienna menikmati seblaknya dengan lahap. Ia secara khusus sering memesan seblak yang sayurnya banyak agar nutrisi dari sayur bisa menjaga berat badannya meskipun makanan ini sebenarnya tidak terlalu sehat, tapi karena sayur, Vienna menganggap makanan favoritenya itu cukup sehat.
Vienna menegur Fani yang belum menyentuh makanannya. Sahabatnya itu memainkan ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Vienna jadi curiga kalau Fani sudah punya pacar juga sekarang.
"Chat sama siapa sih, lo?" tanya Vienna lalu menyeruput kuah seblaknya.
"Kak Sean," sebut Fani sangat pelan. Lalu melanjutkan kembali fokus pada hpnya.
Vienna malah langsung tersedak setelah Fani menyelesaikan kalimatnya. Ia memang memperhatikan Fani sering menonton di lapangan jika geng Cakrawala sedang main futsal di sekolah. Vienna jadi cemas jika sahabatnya berurusan dengan anggota geng. Ia merasa kurang setuju sahabatnya itu bersama dengan orang yang menurut Vienna cowok tidak baik-baik, terlebih, Vienna tau Sean adalah ketua geng.
"Lo lagi deket sama Kak Sean?"
"Gue udah jadian, Vien. Maaf baru kasih tau Lo. Pleaseee, maafin gue, yah," rengek Fani melihat ekspresi kaget Vienna.
"Serius Lo? Dari kapan Lo?" tanya Vienna memburu.
"Udah tiga hari, hehe."
"Tapi Fan, Lo yakin pacaran sama ketua geng?" tanya Vienna hati-hati, takut membuat Fani tersinggung oleh ucapannya.
"Kalau udah cinta, Vien. Emang bisa mandang begituan?"
"Pikirin diri lo sendiri Vienna," seru seseorang yang bergabung di meja mereka. Itu Kevin dengan jaket geng Cakrawalanya. Vienna menghentikan aktivitas makannya saat Kevin sudah duduk di sampingnya.
Kevin sengaja mengucapkan kalimat itu untuk membuat Vienna sadar akan hubungannya sendiri, bukan mengurusi hubungan orang lain. Bukan hanya Vienna, Fani pun merasa tak biasa Kevin bergabung dengan mereka seperti sudah berteman sejak lama, nyatanya tidak demikian.
"Maksud lo, Kevin? tanya Fani.
"Sorry, ini urusan gue sama Vienna. Hanya gue dan dia yang tau maksud ucapan gue tadi."
Fani langsung beralih menatap tajam Vienna.
Mereka bertiga makan dalam suasana diam semenjak Kevin bergabung. Tak lama setelah itu seseorang teman kelas Vienna berlari kecil ke arah meja mereka bertiga. Itu Sisil yang pernah membantu Vienna. Vienna pun kembali menghentikan aktivitas makannya dan bangkit berdiri di hadapan Sisil yang siap untuk menyampaikan hal penting.
"Vienna, Ayah lo ada di kelas nyariin lo. Om Rafis bilang katanya Kak Venzo menghilang dari rumah sakit."
***
Sebuah rumah dipenuhi oleh suara bising motor dari luar. Geng Cakrawala baru saja menyelesaikan sebuah misi yang diperintahkan oleh pendiri mereka. Sean lebih dulu turun dari motornya lalu melangkah menekan bel rumah. Beberapa kali ia menanti Jeff keluar dari dalam namun tak kunjung juga sehingga ia sekarang menerima telepon dari orang yang ditunggunya.
"Bawa masuk aja sekarang, ke lantai 3," perintah Jeff dari suara telepon milik Sean. Sean pun langsung melakukannya setelah mematikan telepon.
Jeff menunjuk ke arah sofa yang sudah ia sediakan untuk orang yang sudah dinantikannya berada di situ sejak lama. Sean dibantu oleh dua anggota baru geng Cakrawala yang baru saja melakukan perekrutan besar-besaran, Sean dengan kedua orang tersebut membawa tubuh Venzo yang melemah akibat cairan suntikan yang mengalir di tubuhnya sekarang.
Venzo pun diletakkan di sofa tersebut. Sean, dan kedua anggota geng Cakrawala itu masih berdiri di sana menantikan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Jeff melangkah lalu membuka sebuah laci di sana, mengambil sebuah rantai sepanjang 3 meter.
"Tolong ikat," ucapnya.
Sean pun mengambil rantai tersebut, satu orang langsung membantu sang ketua untuk mengikat tubuh Venzo dengan sofa di bawahnya. Setelah menyelesaikan ikatan sampai tuntas, Jeff berterima kasih pada Sean lalu menyuruh mereka keluar dan meninggalkan rumahnya tanpa terkecuali.
Sekarang, hanya Jeff dan Venzo yang berada di ruangan itu. Jeff melihat jam di tangannya, ia harus menunggu sepuluh menit lagi agar obat suntikan di dalam tubuh Venzo itu tidak berfungsi lagi. Venzo akan bangun sendiri setelah itu. Sambil menunggu waktu Venzo sadar tiba, Jeff mengecek hpnya yang ia matikan sejak dua hari yang lalu.
Jeff menerbitkan senyum indah setelah melihat puluhan notifikasi dari kekasihnya. "Dia benar-benar terjebak selama ini. Dengan cinta palsu yang gue berikan."
"Raygan sialan!" Venzo berteriak, sudah terbangun dari pengaruh obat dalam tubuhnya.
Jeff melemparkan hpnya kasar, tepat mengenai kening Venzo sehingga darah keluar dari sana, tak terlalu parah namun menimbulkan amarah besar dari Venzo yang tidak bisa melakukan apa-apa karena tubuhnya dipenuhi oleh rantai besi yang kuat.
"Sudah bangun, Bang?" tanya Jeff, menyebutkan panggilannya seperti biasa kepada Venzo.
Venzo semakin mengamuk ditanya seperti itu. Jeff seperti meledeknya saat ini karena berada dibawah kuasanya. Ia berusaha melawan kuatnya rantai namun usahanya sia-sia saja. Hanya sakit pada tubuhnya yang ia rasakan semakin ia melawan. Jeff menertawai perlawanan Venzo yang begitu lucu di matanya.
"Siapa lo sebenarnya?!!"
"Gue calon adik ipar lo, Bang. Masa lupa."
"Sial! Jawab pertanyaan gue dengan benar!" Venzo benar-benar dibuat emosi.
"Dengar baik-baik. Gue adalah orang yang telah lo rebut kedua orang tuanya. Kenal foto ini?" Jeff memperlihatkan Venzo fotonya bersama kedua orang tuanya, sebuah foto lama yang diambil 2 tahun yang lalu. Venzo menatapnya seksama dan langsung mengenali dua orang itu. Penghuni mobil yang juga kecelakaan bersamanya 2 tahun lalu.
"Tatap baik-baik, Venzo Abraham!!" hardik Jeff dengan emosi yang meluap serta matanya yang berkaca-kaca.
"Jadi, lo anak dari Hantara Smith?"
"IYA!!"
"Maaf." Venzo menyebut kata itu tanpa menatap mata Jeff.
"Maaf lo bilang, Bang?!!" hardik Jeff kembali.
"Bagi gue, kata maaf tidak pantas keluar dari seorang pembunuh. Kata sialan itu tidak bisa mengembalikan keadaan!"
"Gue akan pastikan lo kehilangan orang-orang yang lo sayangi!" lanjut Jeff, matanya menyala pada Venzo.
"Tidak! Jauhi Vienna!"
"Sudah terlambat untuk itu."
***
Kalian suka mode Jeff atau Raygan?
*
Tinggalkan vote and Komennya guyss
Terima kasih sudah membaca19 juli 2024,
Marentiya
KAMU SEDANG MEMBACA
Vienna (Completed)
Novela JuvenilIni tentang kehidupan Vienna, memiliki saudara bernama Venzo, ketua geng motor Platoz. Semuanya menjadi tidak baik-baik saja saat Vienna selalu ikut campur pada kehidupan kakaknya. Terlebih, geng Cakrawala yang merupakan musuh geng Platoz mengincar...