tiga

681 87 2
                                    

Dua Minggu berlalu, Ghea menjalani harinya dengan damai walau lelah setidaknya ia bisa makan dan sedikit memiliki tabungan untuk simpanan dirinya di masa depan, setelah tabungan nya cukup ia berencana ingin menyewa tempat dan membuka usaha untuk dirinya sendiri, tidak akan ada kemajuan dirinya jika hanya terus mengandalkan penghasilan dari upahnya dari mencuci piring yang tidak seberapa, dirinya harus berani untuk memulai hal baru untuk memperbaiki nasib dirinya.

"Aku harus mencari pekerjaan lain, untuk menambah penghasilan ku agar bisa segera terkumpul untuk modalku memulai usaha kelak."

________________

Dilain tempat,  tepat nya di kastil Grand Duke semua orang di sana mengalami kejanggalan dan keanehan karena kastil terasa sangat damai akhir-akhir ini tidak seperti biasanya.

Dan semua orang pun tau apa penyebab kedamaian itu, itu karena ketidak hadiran anak yang dianggap pembawa sial oleh semua orang, yang tak lain adalah putri haram sang Grand duke yang tak di anggap.

Awalnya semua orang merasa senang karena merasa damai dan tidak perlu mengotori mata mereka melihat penampilan anak itu yang sangat tidak layak untuk dilihat.

"Kastil ini terasa damai akhir-akhir ini ya." cetus salah satu pelayan pada temannya yang sesama pelayan yang berada di samping nya, mereka berdua saat ini bertugas menyiapkan dan menata peralatan makan siang di meja makan sebelum di gunakan oleh sang tuan rumah Ziander dan ketiga putranya.

"Kau benar, aku pun merasa lebih tenang rasanya, hari-hari kerja kita akhiri-akhir ini serasa berjalan lancar tanpa drama tidak berguna yang biasanya selalu kita lihat, walau pun kita tidak ingin melihatnya." sahut teman pelayan itu membenarkan perkataan teman nya.

Tapi lambat laun setelah hampir sebulan ketidak hadiran anak itu, justru membuat mereka merasa penasaran dengan apa yang terjadi dan menjadikan itu sebagai pembicara umum diantara pelayan dan penjaga kastil, hingga akhirnya pembicaraan tersebut terdengar oleh Ziander dan ketiga anaknya dan mereka pun juga sama merasa sedikit penasaran dengan apa yang terjadi, dan memutuskan untuk memastikan apa yang terjadi pada anak yang mereka abaikan itu.

"Kau pergi dan cari tau di paviliun apa yang terjadi, kenapa anak itu bersikap tidak seperti biasanya." suruh Ziander pada tangan kanan nya Nero untuk memastikan tentang apa yang terjadi di sana, dengan sigap perintah itu segera Nero laksanakan.

Setelah diselidiki ternyata, anak itu yang tidak mereka ketahui namanya, tidak berada di paviliun dan bibi pengasuh yang mengasuh anak itu juga ternyata belum lama ini meninggal karena faktor usia, dan kabar itu mengejutkan semua orang terutama Ziander dan ketiga putranya mereka berpikir kemana perginya anak itu menghilang tanpa jejak.

"Kemana perginya anak itu? Sampai harus menghilang segala, menyusahkan saja." cibir Dikra sinis putra kedua Ziander.

"Benar dia pikir dengan menghilang nya dia kita akan perduli dan mencari nya, huh bermimpi saja." sahut Toris putra ketiga Ziander.

"Jangan membahasnya aku muak." suruh Xender dingin pada kedua adik nya, yang langsung di setujui oleh mereka berdua,bagi mereka perkataan Xender merupakan sebuah titah yang tak bisa di langgar setelah ayah mereka Ziander, Ziander sendiri hanya menatap acuh pada pembahasan ketiga putranya, dia pun berpikiran sama dengan mereka, TIDAK PENTING.

Awalnya mereka akan membiarkan saja dan tidak ingin ambil tau kemana perginya anak itu, tapi kerena selalu mendengar gunjingan dari banyak pekerja dirumahnya yang selalu membicarakan tentang kemana perginya anak itu mereka memutuskan untuk mencari anak itu dan membawa nya kembali pulang ke paviliun agar mereka berhenti membicarakan perihal tentang anak itu, jujur mereka merasa risih mendengar nya, Ziander selaku tuan rumah yang berkuasa sudah mencoba menghentikan dan membungkam mulut mereka semua dengan ancaman dan hukuman agar tidak lagi membicarakan perihal tentang anak itu tapi itu hanya berlaku di depan nya saja tapi tidak ketika di saat ia tidak berada di sekitar mereka, mereka akan kembali membicarakan hal serupa dan itu benar-benar membuat Ziander dan ketiga putranya merasa sangat jengah dan risih.

GheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang