Bab 43

4.2K 331 95
                                    

Malam kian larut, berhias hujan yang mulai berjatuhan, menyentuh dedaunan serta tanah hingga menjadi basah. Suara hewan malam mulai terdengar, seirama dengan suara lonceng malam yang terdengar kencang di desa kecil itu.

Helaan napas beberapa kali terdengar di dalam kamar bernuansa putih berpadu dengan warna abu-abu. Jendela masih terbuka, memperlihatkan air sungai yang ditemani air hujan, hingga mengalir melewati lorong rumah. Sedangkan Eizer masih betah memperhatikannya dengan perasaan yang tak menentu, teringat pengusiran yang telah dilakukan Moana terhadapnya saat dia mengantarkan Elena. Moana melayangkan tatapan kebencian kepadanya tanpa rasa bersalah. Mengatakan bahwa dia tak perlu lagi bersikap sungkan kepadanya karena dia bukan lagi majikan mereka, bukan lagi tuan mereka.

"Huh...." Eizer menghembuskan napasnya kasar, mengusap wajahnya dan memijat kepalanya yang seketika berdenyut sakit.

Tak berselang lama ketukan di pintu terdengar, sehingga membuat Eizer menoleh dan berjalan ke arah pintu dengan rasa malas yang melanda.

"Ada apa?" tanya Eizer ketika mendapati Bobby yang saat itu terlihat membalut hampir seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

"Tuan, apakah Anda mendengar suara-suara aneh?" tanya Bobby. Dari suaranya saja dia sudah terdengar ketakutan.

"Ya, aku mendengar suara katak, suara segila, dan sepertinya suara para penyihir yang akan mendatangimu dan menyihirmu menjadi lalat!" ucap Eizer dengan wajah datar, sedangkan suaranya sangat terdengar kesal. 

"Tu-Tuan!"

"Kau mengganggu saja!" Eizer mendengkus kesal. Segera menutup pintu kamarnya, membiarkan Bobby yang memanggil-manggil namanya hingga secara perlahan suaranya menghilang. Kemungkinan dia kembali kedalam kamarnya.

Eizer kini menutup jendelanya, setelah itu berjalan ke arah ranjang dan mendudukkan dirinya di sana. Dia memeriksa ponselnya dan kembali menaruhnya di atas meja, lalu dia juga merebahkan tubuhnya. Untuk memilki banyak tenaga Eizer harus segera tidur, karena besok dia harus melihat bangunan dan kembali ke rumah Elena, tentu saja. Tidak akan membiarkan kebencian Moana dan Elena menghalanginya, karena bagaimanapun dia adalah ayah dari anak yang sedang dikandung Elena. Dia berhak atas anak itu, karena sedari awal dia tidak berniat menolak anak itu jika Elena dinyatakan hamil. Dia bukan pria bodoh yang tidak akan tahu konsekuensinya ketika dia melakukan hal itu tanpa pengamanan. Bahkan, dia menyemburkan benihnya dengan sengaja. Dia juga pernah berharap bahwa Elena akan hamil agar Elena tetap berada di sisinya. Dan kesialannya adalah, ketika itu semua terjadi saat dia sudah melepaskan Elena, dia terlambat mengetahuinya.

**

Pagi telah tiba tanpa cahaya matahari. Langit berawan kelabu, sisa-sisa hujan  semalam. Bahkan, rintik hujannya saja masih berjatuhan sesekali, diiringi angin yang berhembus cukup kencang.

Di dalam rumah, Elena duduk di dekat perapian. Dia saat itu terlihat mengiris sayuran, membantu Moana yang tengah membuat sarapan untuk mereka berdua. Namun, sebelum itu terjadi mereka terlibat percakapan, dimana Moana meminta Elena untuk tidak berdekatan atau berhubungan lagi dengan Eizer. Merasa hidup anaknya lebih tenang tanpa kehadiran mantan majikannya. Tentu saja Moana masih merasa marah tentang semua yang telah Eizer lakukan kepada Elena. Memanfaatkan kelemahan Elena untuk nafsu gilanya hingga anaknya itu bisa sampai seperti saat ini. Moana memang sempat marah ketika Elena mengatakan tentang kehamilannya, akan tetapi dia juga tidak bisa tidak menerima kehadiran bayi Elena dalam perutnya, karena bagaimanapun itu adalah cucunya. Dia juga menyanyi bayi itu sama halnya seperti dia menyayangi Elena, sehingga saat melihat Eizer ada di sana dia merasa was-was, karena Eizer bisa saja merebut anak Elena dari mereka.

"Tetaplah di rumah, Elena!" Moana berkata penuh perintah. "Ibu yang akan memberi domba-dombamu makan. Tidak perlu khawatir," sambungnya.

Elena hanya mengangguk dan terus melanjutkan pekerjaannya. Namun pikirannya saat ini mulai berkelana. Dia teringat bagimana semalam ibunya mengusir, bahkan menutup pintu tanpa mendengarkan ucapan Eizer. Dia juga memikirkan apakah Eizer mengingat jalannya, terlebih saat itu hujan mulai berjatuhan.

Troubled Man(END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang