Langit berwarna jingga terlihat sangat cantik, mengiringi matahari yang mulai tenggelam. Suara anak anjing terdengar dari rumah sebelah, diiringi pula bunyi burung yang bersiul girang. Angin berhembus kencang, memaksa dedaunan yang berjatuhan ikut terbang hingga berpindah tempat.
Kepulan uap teh yang beberapa jam lalu terlihat kini sudah menghilang. Suara percakapanpun ikut menghilang, menyisakan keheningan dengan berbagai pikiran di masing-masing pikiran dua manusia yang saat ini terlihat duduk saling berhadapan. Hanya terhalang meja yang berukuran kecil.
Moana menunduk, menyeka air matanya sejenak sebelum pada akhirnya dia kembali mendongak dan melihat ke arah depan di mana Belinda tengah duduk dengan diam.
"Saya tidak pernah mengajarkan anak saya untuk berbuat hal seperti itu. Namun, kesalahan dan semua yang dia lakukan itu karena salah saya. Saya yang jatuh sakit sehingga anak saya rela melakukan hal seperti itu," ucap Moana. Dia sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di antara anaknya dan tuanya sendiri, yakni anak Belinda.
Belinda menghela napasnya dengan pelan. Ternyata, berbicara secara baik-baik seperti permintaan suaminyahasilnya akan sangat memuaskan. Ya, Memuaskan karena dia tahu apa yang sebenrnya terjadi, lebih tepatnya apa yang telah anaknya dan anak Moana lakukan. Itu semua memang terdengar menjengkelkan terlebih anaknyalah yang memanfaatkan gadis rapuh seperti Elena. Rasanya Belinda tidak tahu bahwa dia melahirkan anak yang senang memanfaatkan keadaan seperti itu hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan nafsu gilanya itu.
"Aku minta maaf." Belinda pun bersuara. Dia sempat menuduh yang tidak-tidak kepada Elena termasuk Moana. "Aku akan berbicara dengan Eizer dan berusaha untuk melepaskan Elena," sambungnya. "Karena bgaimanapun itu sangat tidak dibenarkan. Anakku punya istri, dan Elena, Eizer harus melepaskannya. Terlebih, dalam keadaan seperti ini.
"Terimkasih, Nyonya," balas Moana. "Saya sangat mengkhawatirkan Elena, putri saya, dia harus terkurung di sana. Saya tahu dia pasti menginginkan saya berada di dekatnya. Jadi, saya mohon untuk meminta anak Anda melepaskan puri saya." Moana berkata dengan penuh permohonan, teringat bagaimana wajah Elena yang begitu memenuhi pikirannya.
"Aku berjanji," ucap Belinda. Setelah itu dia berdiri, mengambil tasnya dan berjalan keluar, meninggalkan Moana yang melihat kepergiannya.
Seorang sopir membuka pintu mobil untuk Belinda, lalu menutupnya setelah memastikan Belinda masuk dan duduk dengan benar. Hingga, perlahan mobil itu menjauhi pekarangan rumah Moana.
**
Belinda yang memiliki sedikit sifat tidak sabaran dan tidak suka menunda-nunda keinginannya saat ini langsung mendatangi rumah Eizer usai pergi dari rumah Elena. Dia juga sempat bertemu dengan dokter yang menjelaskan pula bahwa dia baru saja memeriksa kondisi Elena yang sedang terkena demam. Hal itu tentu saja membuatnya kaget, terlebih dokter mengatakan bahwa Demam Elena cukup parah.
Saat ini Belinda menemui Eizer di paviliun, dia bertanya kepada Sally saat tak menemukan anakanya hingga Sally memberitahunya bahwa Eizer sedang berada di paviliun.
Saat Belinda masuk kedalam paviliun, aroma tembakau yang begitu menyengat tercium, sehingga membuat dia mengibaskan tangannya dengan kesal, dan secara perlahan dia melihat Eizer merebahkan tubuhnya di sofa dengan banyak puntung tembakau di atas meja. Melihat itu saja sudah membuat dirinya menghela napas secara kasar.
"Bukankah aku tidak pernah mengijinkan siapa pun masuk ke sini tanpa ijin dariku!" suara Eizer terdengar. Dia tahu bahwa ibunya yang datang ke sana.
"Aku ibumu!" balas Belinda. Dia kini berdiri di samping Eizer. Matanya menatap tajam putranya yang saat itu tengah memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...