Bab 1

41.1K 646 23
                                    

Halo, Assalamu'alaikum semuanya. Aku kembali dengan membawakan kisah baru. Jangan lupa untuk vote dan komenannya.

Note: Aku seorang penulis amatir bukan penulis profesional. Aku hanya ingin menuangkan ideku lewat tulisan.

Happy Reading....

🍂__________🍂

Berlin, Jerman.

Matahari pagi begitu cerah, menyorot, memancarkan sinarannya menyambut pagi setelah malam gelap gulita. Cahayanya menerobos masuk, menyelinap di antara gorden yang sedikit terbuka, sehingga seorang pria yang masih tertidur terusik kala cahayanya mengenai wajahnya. Matanya berkedip berusaha menormalkan penglihatannya ketika dia mencoba membuka mata.

"Jam berapa ini?" dia bergumam dengan suara baritonnya. Dia segera bangun dan kini terduduk dengan mata yang bergulir seakan mencari seseorang. Pada akhirnya dia memilih turun dari ranjang, berjalan ke arah sofa dan tangannya dengan cepat meraih jubah tidur yang berada di lengan sofa. Lantas, dia berjalan ke arah dinding kaca, membuka gorden sedikit, sehingga pemandangan kebun menyuguhkan keindahannya ketika bunga bermekaran di bawah sana menjadi penghuninya. Dia juga mendongak, melihat ke atas langit yang begitu biru, sebiru Mata tajamnya.

Lama Eizer memperhatikan langit, dia perlahan kembali melihat ke arah kebun bunga hingga dia tidak sengaja melihat seorang gadis yang saat itu berjalan di sana. Sedangkan tangannya membawa keranjang bunga, dan sesekali dia terlihat berjongkok memetik bunga menggunakan gunting yang saat itu dipegangnya.

"Dia anak pelayan yang ibunya sedang sakit. Sementara akan menggantikan ibunya," ucap istrinya dari belakang tubuhnya. "Dan ya, tadi Mommy menghubungi kemari, dia ingin kita datang ke rumah utama," sambungnya lagi.

"Deborah, kau pergi sendiri saja! Aku ada urusan."

"Lagi!" ucap Deborah tak percaya. "Kenapa kau selalu beralasan memiliki urusan, Eizer? Aku tahu itu hanya alasanmu!" sambungnya lagi dengan suara yang begitu geram.

"Kenapa? Apa jika kau pergi ke sana tanpaku kau tidak bisa menangani pertanyaan orang tuaku?" tanya Eizer. Bibirnya terangkat sebelah dengan mata yang tajam melihat ke arah Deborah yang saat itu menelan ludahnya dengan kasar.

"Pergilah sendiri! Hadapi semua perbuatanmu tanpa melibatkan aku," ucapnya lagi. Dia memilih berjalan meninggalkan Deborah dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan Deborah, dia terlihat begitu marah. Kedua tangannya terkepal dengan rahang yang mulai mengetat.

Di dalam kamar mandi, Eizer berdiri di bawah shower, membiarkan tubuhnya basah terkena kucuran air dingin. Dia melihat ke arah luar dinding kaca, di mana kamar mandi itu masih memiliki pemandangan kebun, dan di sana dia juga bisa melihat gadis yang dilihatnya tadi masih asik memetik bunga, membuat bibirnya secara perlahan berdecih. "Apa dia mau memangkas semua bunga di kebun," dengkusnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Eizer saat ini sudah rapi dengan pakainya. Dia memakai kemeja lengkap dengan vets yang melekat indah di tubuhnya. Di tangannya terdapat ponsel yang bergetar, tetapi dia tidak berniat mengangkatnya dan hanya melihat, lalu kembali meletakkan ponsel itu ke atas meja.

"Bagaimana reaksi Mommy jika kebenaran tentang menantu kesayangannya terungkap," ucapnya. Di bibirnya terdapat decihan yang meletus.

Di lantai satu para pelayan terlihat mengerjakan tugas mereka masing-masing, sedangkan kepala pelayan saat ini berdiri menghadap Nyonya rumah mereka yang terlihat begitu kesal, entah apa penyebabnya, mereka pun tak tahu, dan memilih tak mencari tahu, membiarkan kepala pelayan yang menghadapinya.

"Apa tidak sebaiknya kita memanggil dia segera kemari Nyonya? Sehingga Nyonya bisa ditemani kemanapun Nyonya pergi. Ini juga sudah terlalu lama," ucap kepala pelayan yang saat ini terlihat menunduk. Orang yang di lmaksudnya adalah pelayan pribadi Deborah.

Troubled Man(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang