Pagi musim gugur terlihat begitu indah. Angin berhembus samar, membawa rasa dingin menyentuh kulit, embun terlihat bersembunyi di balik dedaunan dan sebagian terlihat menguasai kaca jendela. Bau semerbak yang dihasilkan dari bunga tercium sangat jelas dan begitu khas, sehingga kupu-kupu terlihat berterbangan dan hinggap di atasnya.
Elena terlihat berdiri di depan jendela yang sudah terbuka, dia sudah sangat cantik dan berpakaian rapi. Dress berwarna ungu muda melekat di tubuh putih dan halusnya, dan rambut cokelatnya terkepang rapi dengan hiasan pita di ujungnya. Dan Roselah yang kali ini mendandaninnya sesuai permintaan Eizer tadi pagi.
Sedangkan Elena dan Eizer, mereka tak pernah bertemu lagi sejak dua hari, lebih tepatnya sejak malam dimana Eizer mengatakan kembali bahwa dia akan melepaskan Elena. Namun, Eizer masih tetap mengurung Elena di dalam kamarnya sampai dimana Elena sudah sehat kembali dan saat itulah Elena diperbolehkan pergi kemanapun yang Elena inginkan. Dan kemarin malam, dokter sudah mengatakan bahwa keadaan Elena sudah benar-benar sehat, sehingga hari ini adalah hari dimana Elena akan pergi dari rumah Eizer. Bukan pergi sementara tetapi untuk selamanya.
"Mintalah sesuatu kepadaku, Elena. Aku akan memberikan apa pun untukmu. Aku berjanji."
Elena teringat ucapan Eizer pada malam dimana Eizer meninggalkan kamar. Pada awalnya dia tidak menjawab, akan tetapi Eizer memaksanya dan mengharuskan dirinya meminta sesuatu kepadanya, sehingga hanya satu hal yang Elena katakan dan inginkan darinya. Seikat bunga lily putih, hanya itu yang terlintas dipikiran Elena, karena pada dasarnya tidak ada yang Elena inginkan dari Eizer selain Eizer melepaskan dirinya.
"Elena!" Rose kembali memanggil Elena yang sedari tadi terlihat melamun dan tidak memperdulikan panggilannya.
"Iya, Bibi," jawab Elena pelan. Dia tersenyum dan menoleh kepada Rose yang saat itu memasukkan buku-buku novelnya yang dibelikan Eizer kedalam tas.
"Kenapa kau terus melamun?" tanya Rose. Dia berdiri dari duduknya dan kini berjalan ke arah Elena. Dia nerdiri tepat di sisi Elena, ikut melihat keluar jendela.
"Aku hanya sedang menikmati angin," jawab Elena. "Namun Bibi, kenapa ini begitu lama?" Elena mulai bertanya ketika sopir yang akan mengantarkan dirinya tak kunjung datang, sedangkan Rose tadi mengatakan bahwa Elena harus pergi menggunakan sopir yang diperintahkan Eizer untuk mengantarkannya.
"Mungkin sebentar lagi, Elena. Tunggu saja," balas Rose.
Elena kini menatap Rose yang juga melihat ke arahnya. Mereka berdua sama-sama tersenyum. Elena meraih tangan Rose dan mengelusnya dengan lembut.
"Terimkasih banyak, Bibi. Selama ini Bibi selalu baik kepadaku dan sampai saat ini Bibi masih mau berbicara denganku," ucap Elena. Dia sangat bersyukur Rose masih sangat baik kepadanya di saat pelayan yang lain saja sudah menatapnya dengan tatapan jijik saat mengetahui bahwa dirinya menjadi selingkuhan tuan mereka.
"Jangan samakan aku dengan mereka!" Rose berkata kesal, akan tetapi setelahnya dia tertawa.
"Aku sempat lupa," ucap Rose lagi. Dia menepuk keningnya kesal. "Aran memberikan ini, dia berharap kau suka dan mau memakainya." Rose merogoh saku roknya dan memberikan dua bando kain berwarna merah dan putih kepada Elena.
"Dari paman Aran?!" tanya Elena tak percaya.
"Ya, dia menitipkan itu kepadaku," jawab Rose. "Nanti sebelum pergi temuilah dia sebentar. Aran memang terlihat memiliki sikap tak perduli, akan tetapi, dia memiliki hati yang begitu baik dan penyayang."
"Aku akan menemuinya nanti, Bibi. Aku juga ingin mengucapkan rasa terimkasihku kepada Paman untuk semuanya," ucap Elena.
Mereka terus berbicara hingga diamana pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Eizer yang baru saja terlihat masuk dengan membawa paper bag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...