Suara kicauan burung terdengar, berloncatan di atas pohon, menyambut matahari yang sinarannya sudah menyorot, sedikit mampu menghilangkan dinginnya udara. Tumpukan salju masih terlihat, menutupi tanah dan rerumputan, menyisakan pohon yang masih berdiri dengan daunnya yang sudah berguguran, tampak suram dan gersang.
Di teras rumah yang ditinggali Eizer dan Bobby, saat ini Bobby tengah asik menikmati pemandangan sungai di depannya. Sedangkan di sisinya secangkir kopi hitam tersaji di atas meja, mengepulkan uapnya dengan aroma rempah-rempah yang memikat seakan meminta untuk segera dia cicicipi. Kaki sebelah kananya bertumpang di atas kaki kiri, bergerak seirama dengan suara nyanyian burung.
"Walaupun dingin, tetapi pagi ini cukup hangat tanpa adanya Tuan," ucap Bobby pelan. Dia meminum kopinya sembari mengedarkan pandangan, melihat keberbagai arah. Sehingga tak lama dia terbatuk, tersedak kopi yang diminumnya saat dikagetkan dengan sosok pria yang kini berjalan menuju ke arahnya dengan membalut tubuhnya menggunkan selimut tebal, bahkan hanya wajahnya saja yang terlihat, dan dia sangat mengenali sosok pria itu.
"Tu-Tuan!" ucap Bobby. Dia berdiri dan kini melihat ke arah Eizer, memastikan bahwa Eizer yang saat ini menghampirinya benar-benar tuannya.
Ketika Eizer sudah berada tepat di dekatnya, Bobby teperangah dengan mata yang berkedip-kedip dan tak lama kemudian tawanya meledak, terkikik geli hingga memegangi perut.
Eizer berdiri di sana dengan wajah datar. Dia membalut seluruh tubuhnya menggunkan selimut Elena, tidak sempat memakai celananya termasuk bajunya sendiri ketika Elena mendesak dan terus mendorongnya agar meloncat dari jendela ketika Moana hendak masuk ke dalam kamarnya. Dan begitulah keadaannya, berjalan di jalan setapak yang dipenuhi salju, melewati hutan dengan wujudnya yang terlihat aneh.
"Berhenti tertawa!" titah Eizer kesal. Dia kini masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke dalam kamarnya, segera mengambil baju dan celananya di dalam lemari.
Sedangkan Bobby segera menghentikan tawanya dan ikut masuk ke dalam rumah. Dia kini berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Eizer kopi dengan sesekali tertawa kecil ketika mengingat wujud Eizer.
"Akan kupotong gajimu jika kau bernai tertawa lagi!" ancam Eizer. Dia mendudukkan dirinya di sofa, melihat ke arah Bobby yang kini meletakkan kopi di atas meja.
"Saya mengerti Tuan," balas Bobby merapatkan bibirnya dengan kuat dan ikut duduk di sofa, berhadapan dengan Eizer, hanya terhalang meja.
"Mengapa Tuan bisa sampai seperti itu?" tanya Bobby.
"Semuanya karena Moana!" jawab Eizer dengan raut wajahnya yang terlihat kesal.
"Memangnya apa yang Nyonya Moana lakukan?" tanya Bobby lagi dengan raut wajah yang sangat terlihat jelas jika dia tengah penasaran.
Mata Eizer penyipit, melihat Bobby. Jika Bobby mengetahuinya sudah pasti dia akan kembali menertawakan dirinya. Hilang sudah wibawanya di hadapan asistennya itu.
"Bukan urusanmu! Lebih baik sekarang Beraiap-siaplah. Bukankah enam menit lagi kita harus melakukan rapat virtual?" Eizer mengalihkan pembahasan agar Bobby tidak lagi bertanya.
"Ah, benar, Tuan. Saya hampir melupakannya. Saya akan mempersiapkan laptop Anda beserta dokumen-dokumennya di ruangan depan," ucap Bobby. Dia segera berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Eizer. Jika menyangkut pekerjaan dia memang selalu profesional.
Sedangkan Eizer terdengar menghela napasnya. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan tangan memijat pangkal hidungnya, teringat kembali apa yang telah dilakukannya semalam hingga berkahir seperti tadi.
"Elena, kau membuatku gila," gumam Eizer, sedangkan kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman samar, dan setelahnya dia tertawa kecil.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...