Suara riuh para warga masih terus terdengar. Membawa para korban sesegera mungkin untuk mendaptkan pertolongan. Sedangkan Elena semakin histeris, mencoba melepaskan tangan Halburt yang terus memeganginya. Di pikirkannya hanya ada nama Eizer. Dia tidak melihat Eizer ada di sana dan sudah pasti orang yang ada di dalam adalah Eizer.
"Elena!"
"Paman, tolong, Eizer ada di dalam. Dia di dalam, selamatkan dia!" ucap Elena dengan napas yang mulai terengah-engah, terlebih perutnya yang mulai keram. Matanya masih melihat ke depan, tak memperdulikan seseorang yang sedari tadi terus memanggilnya.
"Elena!"
"Dia di dalam!"
"Elena, lihat aku!"
"Tolong selamatkan dia. Tolong bawa dia kepada saya, Paman," ucap Elena terus-menerus.
"Elena, lihat aku! Ini aku!"
Tangisan Elena seketika terhenti, telinganya berdengung ketika mulai mendengar suara yang dikenalnya berada tepat di belakang tubuhnya dan kini mengguncang bahunya. Dia menoleh menggulirkan matanya, memastikan bahwa orang itu adalah pria yang dicarinya.
"Aku di sini. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," ucap Eizer. Dia mengusap pipi Elena yang masih memperhatikan wajahnya.
"Anda baik-baik saja?!" tangan Elena terangkat dan meraba pipi Eizer.
"Aku baik-baik saja, Elena. Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja." Eizer mengulang ucapannya, meyakinkan Elena bahwa dirinya baik-baik saja.
Tubuh Eizer nyaris terjengkang ketika Elena memeluknya, melingkarkan tangan kecilnya di tubuhnya. Wajahnya menempel di dadanya dengan isakan yang kembali terdengar. Eizer membalas pelukan Elena, menciumi ubun-ubun Elena secara bertubi-tubi dengan membisikan penenangan.
"Tidak apa-apa Elena, aku baik-baik saja. Jangan menangis," bisik Eizer.
Sedangkan Elena hanya terus terisak dengan air mata yang tak berhenti. Hatinya sudah lega tetapi rasa takut masih memenuhi perasaannya. Dia sangat takut jika Eizer pergi meninggalkannya.
"Tidak apa-apa Elena," ucap Eizer lagi. Dia menarik wajah Elena yang sudah terlihat berantakan. "Jangan menangis, aku tidak suka melihatnya," sambungnya. Dia menarik kembali tubuh Elena kedalam pelukannya, menghirup sepuas mungkin aroam yang sangat dirindukannya.
"Tuan!" panggil Bobby. Dia menghampiri Eizer dan Elena, sedangkan Halburt sudah sedari tadi pergi menyerahkan Elena kepada Eizer.
"Bagaimana dengan mereka semua?" tanya Eizer. Yang dimaksud dirinya adalah beberapa pekerja bangunan yang tertimpa reruntuhan.
"Semuanya sudah di bawa ke klinik Tuan. Saya akan ke sana juga untuk melihat dan memastikan keadaan mereka," ucap Bobby. Dia berbicara sedangkan matanya kini melihat ke arah Elena yang masih memeluk Eizer dengan posesif.
"Baiklah, kau pergilah. Kabari aku jika ada sesuatu. Aku akan pulang ke rumah. Tolong sampaikan juga rasa terimkasihku kepada para warga," ucap Eizer.
"Baik, Tuan. Tetapi apa tidak sebaiknya Anda juga ke klinik dulu. Bah_"
"Tidak, Bobby. Kau saja. Aku akan membawa Elena ke rumah," ucap Eizer menyela ucapan Bobby.
"Baiklah, Tuan," balas Bobby. Setelah itu dia segera pergi dari sana. Menaiki mobil pikap untuk segera pergi ke klinik.
Sedangkan Eizer saat ini memakaikan mantelnya ke tubuh Elena, lalu menyelipkan sebelah tangannya di bawah kaki Elena. Dia menggendong tubuh Elena yang gemetar dengan tangisannya yang tidak berhenti sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...