Setelah jam istirahat tiba, Bobby memasuki ruangan Eizer untuk mengingatkan kembali bahwa mereka harus segera pergi menemui kolega mereka di sebuah Cafe tedekat. saat ini Bobby menjelaskan apa saja yang akan mereka bahas nanti, sedangkan Eizer hanya mengangguk mengerti tanpa balas berkata apa pun. Pikirannya Akhir-akhir ini sedikit berpergian ke tempat lain, enggan berdiam diri di tempat biasnya, sehingga sebuah keributan samar-samar terdengar dari luar ruangannya.
"Bobby, ada apa diluar? Coba kau periksa! " titah Eizer.
Bobby mengangguk dan segera berjalan keluar. Dia mendapati Deborah istri tuannya ada di sana dan terlihat sedang adu mulut dengan teman kerjanya.
"Nyonya, Maria, ada apa ini?" tanya Bobby. Dia mendekati mereka berdua dan menarik Maria yang terlihat menatap tajam Deborah.
"Ingatkan temanmu ini, Bobby! Bahwa aku adalah istri Tuan kalian. Jadi, kalian jangan pernah membatasi aku untuk masuk ke dalam ruangan pribadi suamiku!" uap Deborah dengan penuh kemarahan.
"Maria," panggil Bobby meminta penjelasan kepada Maria. Dia melihat ke arah Maria yang masih terlihat marah. Dia juga tahu bahwa Maria dan Deborah dulu adalah teman dekat. Tetapi entah karena apa sekarang mereka bisa seperti itu. Maria juga tidak pernah takut dengan Deborah, berbeda dengan semua karyawan yang akan tunduk jika melihat Deborah datang kesana.
Menghela napas dengan kasar, Maria memilih duduk di kursinya, mengabaikan panggilan Bobby dan tatapan menghina Deborah.
Eizer terlihat keluar dari ruangannya, dan tatapannya langsung tertuju kepada Deborah ketika mendapati istrinya ada di sana.
"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Eizer. Dalam bicaranya tidak ada tanda keramahan seperti dulu, dan hal itu sudah disaksikan oleh Bobby dan Maria sejak sebulan yang lalu.
"Tentu saja untuk menemuimu, Eizer," jawab Deborah. Dia mendekati Eizer, tetapi Eizer menghindar dan berniat masuk kembali sebelum dia menghentikan kembali langkahnya.
"Aku sedang bekerja, lebih baik kau pulang ke rumah! Atau kau ingin diseret oleh sekuriti!" ucap Eizer penuh penekanan.
Deborah ingin membalas perkataan Eizer, tetapi dia seketika melihat senyuman mengejek Maria. Dia memutuskan pergi dari sana tanpa mengucapkan apa pun daripada dia diseret oleh sekuriti lebih baik dia segera pergi. Mau di taruh di mana wajahnya jika dia benar-benar di seret dari sana.
**
Saat ini Eizer sudah berada di sebuah Cafe yang lumayan terkenal di sana. Di depan tempatnya duduk koleganya juga sudah ada, dan mereka sedang membahas kerja sama mereka. Dia juga mendengarkan koleganya dengan seksama. Dia akui bahwa kinerja dan semua rencana-rencana yang disampaikan koleganya sangat masuk akal, dan karena itulah alasannya mengapa dia memilih mereka yang menjadi koleganya daripada yang lain.
"Bagaimana menurut Anda, Tuan Eizer?"
"Saya sangat terkesan dan menyetujui semua yang sudah Anda jelaskan, Tuan Clodan," balas Eizer. Senyum kepuasan terlihat di bibirnya.
Kali ini mereka yang mulai menjelaskan apa saja yang akan mereka atur untuk kerja sama mereka, sehingga tak beberapa lama mata Eizer menangkap seseorang dalam matanya. Elena, dia melihat Elena duduk dengan seorang pria di sana, tepat di kursi paling pojok. Dari kejauhan pun dia bisa melihat bahwa Elena sedang tertawa bersama seorang pria, bahkan pria itu terlihat mengusap kepala Elena. Entah kenapa dia tidak menyukai hal itu, dan rasa kesal menyeruak di dalam dirinya, sehingga tidak menyadari bahwa sedari tadi Bobby terus memanggilnya.
"Ah, maafkan saya, Tuan Clodan. Saya sedikit tidak fokus," ucap Eizer. Dia menghela napas dengan pelan. Merutuki kesalahannya.
"Tidak masalah, Tuan Eizer, saya memaklumi," balas koleganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...