Bab 27

6.1K 321 12
                                    

Moana menatap kepergian Elena yang sudah berpamitan untuk pergi ke kebun bunga bersama dengan rose. Sedangkan dirinya saat ini duduk di kursi tepat di depan kamar pelayan. Helaan napasnya terdengar kasar, dia juga memijat pangkal hidungnya. Entahlah, entah itu nyata atau hanya mimpi. Dia hampir setiap malam mendapati Elena membuka pintu kamar mereka. Bahkan dia sering tidak mendapati Elena di sisinya.

"Setelah pulih dari sakit aku sering tertidur sangat lelap," gumam Moana.

"Moana, ada apa? Kenapa kau melamun?" tanya pelayan yang sedang menjemur baju.

"Ah tidak, aku tidak apa-apa, hanya merasa bosan," jawab Moana. Dia tersenyum kepada pelayan itu dan segera menghilangkan pikirannya yang terus berkelana.

Sedangkan di halaman depan, Eizer baru saja akan pergi ke kantor. Di depannya sudah terparkir mobilnya dan sopir yang bahkan sudah terlihat membukakan pintu mobil untuknya. Sedangkan dibelakangnya Bobby dan Debora tengah mengikutinya.

"Nanti siang aku akan keluar," ucap Deborah. Dia mendekati Eizer dan mengusap dasi Eizer ketika mereka sudah di depan pintu mobil.

Eizer hanya diam, tetapi matanya bisa melihat Elena yang melihat ke arahnya bersama dengan Rose. Sepertinya mereka baru saja akan pergi ke kebun bunga.

"Oh ya, Mommy juga meminta kita untuk datang ke rumah utama nanti malam," ucapnya lagi dengan tangan terus mengusap dasi Eizer hingga merambat ke dada.

"Aku tahu," jawab Eizer. Dia menangkap tangan Deborah dan melepaskannya secara pelan. "Aku harus pergi," sambungnya. Dia masuk kedalam mobil bersama dengan Bobby.

Sedangkan Deborah hanya memutar bola matanya kesal. Dia terus berdiri di sana, menatap kepergian Eizer dengan tangan terlipat di depan dada. Matanya menusuk tajam ke arah jauh dengan bibir yang terangkat.

"Aku hanya tidak perlu mengotori tanganku, Eizer," ucapnya pelan. Dia membalikkan tubuhnya berniat segera masuk ke dalam rumah. Namun, dia melihat Elena yang terlihat mengobrol dengan Rose. "Penggoda sialan," dengusanya dan setelah itu segera pergi dari sana. Dia masuk kedalam rumah dan segera memanggil pelayan pribadinya untuk membantunya melakukan ritual sebelum mandi.

**

Matahari baru saja tenggelam tergantikan oleh malam yang begitu gelap, tidak berbulan. Suhu udara musim gugur lebih dingin di malam hari sehingga membuat para pelayan lebih memilih cepat masuk ke dalam kamaranya jika sudah menyelesaikan tugas mereka.

Elena saat ini duduk selonjoran di lantai dengan dua buku yang tertumpuk di pangkuannya. Sedangkan di tangannya sendiri juga terdapat buku yang sedang dibacanya. "Kemungkinan dia pelakunya," ucapnya pelan. Kembali membuka lembaran baru.

"Berhenti membaca sejenak, Elena! Ayo, makan ini sebelum kembali dingin," ucap Moana. Dia mendudukan dirinya di atas kasur.

"Baik, ibu," jawab Elena. Dia mendongak dan mengambil roti bakar yang tadi diberikan kepala pelayan kepada para pelayan lain.

"Kau membeli buku lagi? Ibu lihat semakin hari semakin bertambah," ucap Moana.

"Ah, i-ini, ya, aku membelinya lagi saat pergi keluar untuk mengambil benih bunga bersama bibi Rose," jawab Elena gugup. Dia merasa bersalah ketika harus berbohong kepada ibunya, tetapi mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin mengatakan bahwa buku itu Eizerlah yang membelikannya.

"Ah Elena, ibu ingin bertanya mengenai ini. Apkah kau setiap ma_" ucapan Moana terhenti ketika ketukan beserta panggilan terdengar dari luar kamar mereka.

"Elena, Moana, apakah aku boleh masuk? Ini aku, Rose," ucap Rose dari arah luar. Dia juga mengetuk pintu dengan tak sabaran.

"Masuklah, Bibi!" Elena membuka pintu dan mempersilahkan Rose untuk segera masuk.

Troubled Man(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang