Matahari baru saja terbit diiringi nyanyian burung yang terdengar merdu. Hembusan angin pagi menggoyangkan dedaunan dengan lembut, dan masih terasa dingin ketika hembusannya juga menerpa kulit.
Rumah Moana dan Elena yang biasanya sepi kini terdengar lebih ramai, terdengar lebih hidup serta lebih hangat.
Empat wanita paruh baya tengah sibuk membuat sarapan di dalam dapur, sedangkan Elena sendiri duduk terdiam dengan melihat ke arah luar melalui pintu yang terbuka. Dia memperhatikan dua pria yang saat itu telihat berdiri di depan kandang dombanya. Mereka terlihat berbicara dan sesekali tertawa.
"Sayang, kamu mau yang mana? Mommy akan ambilkan yang terbaik untukmu."
Elena menoleh kepada wanita paruh baya yang saat itu menghampirinya dengan tersenyum penuh kasih sayang kepadanya.
"Rasa raspberry, Mom," jawab Elena.
"Baiklah, Mommy akan menghangatkanya dulu," balas Belinda.
"Terimkasih banyak, Mommy," ucap Elena.
Belinda tersenyum dan mengusap kepala Elena, setelahnya dia berjalan kembali menghampiri tiga wanita yang masih sibuk dengan tugas masing-masing.
"Elena, mau cake rasa apa, Nyonya?" tanya Rose.
"Raspberry," jawab Belinda, membuat Rose tersenyum saat mendengar ucapannya.
"Elena, antarkanlah dua cangkir kopi ini ke sana! Hati-hati berjalannya, pelan-pelan saja," ucap Moana. Dia menyerahkan baki berisi dua cangkir kopi kepada Elena.
"Ba_"
"Hei! Kenapa kau mempersulit Elena, Moana? Biarkan aku saja yang mengantarnya!" Rose segera menyela ucapan Elena dan berniat berjalan ke arah Elena.
"Kau kebiasaan Moana!" kali ini Marley yang berkata.
"Ya, ampun... ada apa dengan kalian ini!" balas Moana tak percaya. "Aku meminta Elena untuk mengantarkan kopi bukan memintanya untuk lari," sambungnya terdengar kesal.
"Tetap saja kau tidak seharusnya membuatnya kelelahan! Ini masih pagi!" ucap Rose lagi dengan kesal.
"Tidak usah ribut seperti itu. Biarkan Elena berjalan-jalan di pagi hari. Mendekati kelahiran memang akan lebih bagus jika sering-sering bergerak. Lagi pula hanya ke sana," ucap Belinda menengahi perdebatan mereka.
"Tidak apa-apa, Bibi Rose, Bibi Marley. Aku hanya berjalan ke sana. Aku juga merasa bosan jika harus tetap duduk di sini," ucap Elena ikut berbicara, sehingga Rose dan Marley hanya bisa menganggukan kepalanya dengan pasrah.
Elena kini berjalan ke arah dua pria dengan membawa baki berisi dua gelas kopi.
"Paman, Daddy, kopinya," ucap Elena. Dia mendekati Orlando dan Halburt.
"Mengapa harus Repot-repot, Sayang," balas Orlando. Dia segera menghampiri Elena dan mengambil alih baki itu lalu berjalan ke arah kursi kayu dan meletakannya di sana.
"Aku hanya mengantarkannya ke sini, Dad," balas Elena.
"Yasudah, sekarang lebih baik masuk lagi. Ini masih pagi, nanti kalau mataharinya sudah menyorot ke sini kamu boleh ke sini lagi," ucap Orlando.
"Benar, itu, Elena." Halburt ikut menimpali.
"Baiklah, aku akan masuk lagi," balas Elena.
"Iya, masuklah, Sayang."
Sebelum Elena benar-benar pergi Orlando mengusap dengan lembut kepala Elena. Dan kini dia masih memperhatikan Elena yang berjalan masuk ke dalam rumah, setelahnya dia mengadah, melihat ke atas langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...