Suara derap langkah kaki terburu-buru kini sudah tidak terdengar lagi, hanya menyisakan suara tangisan seorang ibu yang tidak berdaya ketika mengetahui dan mendapati anaknya dalam keadaan tak sadarkan diri dengan luka mengerikan di sekujur tubuhnya. Bumi yang dipijakinya serasa melayang, begitupun hatinya yang berdenyut sakit, hingga mampu membuatnya tumbang kapan saja.
Orlando menerima alas kaki yang diberikan sekertaris Eizer. Dia kini mendekati Belinda yang masih berdiri dan terlihat gelisah di depan ruangan tempat anak mereka ditangani.
"Mommy pakailah dulu," ucap Orlando, berjongkok dan memakaikan alas kaki kepada istrinya.
Dibuat terkejut dengan laporan sekertaris Eizer yang mengatakan bahwa anaknya kecelakaan, membuat Belinda ingin segera melihat anaknya hingga lupa memakai alas kaki.
Sedangkan sekertaris Eizer saat ini hanya bisa diam. Dia masih dibuat tekejut atas kecelakaan yang menimpa Eizer dan Bobby yang sempat mengirimkan pesan singkat kepadanya.
"Dad," panggil Belinda. Dia terisak dengan napas yang tersenggal.
"Tidak apa-apa, Mom. Percayalah, Eizer akan baik-baik saja, begitupun dengan Bobby," ucap Orlando, membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Dia berusaha menenangkan Belinda walaupun sebenarnya hatinya juga tengah merasakan kecemasan dan rasa takut yang luar biasa.
"Mommy takut, Mommy takut, Dad," isak Belinda, mencengkram erat pinggang suaminya.
"Kita harus percaya kepada Eizer, Mom. Jangan khawatir, dia tidak selemah itu," balas Orlando. Ketika dia mengatakan itu dengan memeluk Belinda.
Orlando membawa Belinda untuk duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Masih dengan memeluk istrinya, Orlando merogoh ponselnya dan menghubungi beberapa orang-orangnya, berbicara dengan serius dan setelahnya kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Sean, pergilah ke kantor polisi dan buat laporan yang belum selesai. Urus segalanya! Aku akan meminta orangku untuk menemanimu, ucap Orlando kepada sekertaris Eizer.
"Baik, Tuan besar," balas Sean, si sekertaris Eizer. Dan setelah itu dia segera pergi dari sana, melangkah keluar dari rumah sakit.
Tak berselang lama, dokter yang menangani Bobby terlihat keluar dari ruangan. Dokter itu terlihat kelelahan, dan semua itu terlihat dari suara napasnya dan keringat yang bertebaran di dahinya.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan pasien?" tanya Orlando dengan cepat. Dia menatap dokter itu dengan penuh harapan.
"Pasien dalam keadaan kritis, Tuan. Kami akan segera memindahkannya ke ruang ICU," jelas sang dokter.
Orlando mengusap wajahnya dengan kasar, sedangkan Belinda semakin terisak.
"Tolong, lakukan yang terbaik untuk pasien, dokter!" pinta Orlando.
"Pasti, Tuan. Kami akan mengusahakan yang terbaik," ucap dokter itu lagi.
Tak lama dari itu dokter yang menangani Eizer terlihat keluar, baik Belinda maupun Orlando serta sekertaris Eizer, mereka bertiga segera menghampiri dan memberondong pertanyaan kepada dokter itu yang saat itu masih terlihat diam.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja, Bukan?" Belinda bertanya dengan dada yang berdetak kencang.
Dokter itu menatap Belinda dan Orlando yang juga tengah menatapnya dengan penuh pengharapan, sehingga dia menarik napasnya dengan pelan dan mulai berbicara.
"Pasien mengalami pendarahan hebat," ucap dokter itu sedikit menjeda ucapannya. "Terlambatnya mendapati penanganan mengakibatkan pasien kehabisan banyak darah, terlebih pasien mengalami patah tulang di bagian kaki dan tangan. Kami sudah berusaha, kami sungguh sangat menyesal, tetapi kami tidak bisa berbuat apa pun lagi, Tuan, Nyonya," sambung dokter itu. Dia menundukan kepalanya dan kembali melihat kepada Orlando dan Belinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...