Seminggu lebih sudah Elena terkurung di dalam kamar Eizer. Tidak ada yang biasa dia lakukan, hanya duduk, berdiri, tidur, membersihkan diri, dan memaksa menelan makanan yang sangat tidak dia inginkan.
"Elena, silahkan dinikmati makanannya," ucap Sally. Dia meletakkan hidangan makan malam di atas meja. Menatanya dengan sangat rapi, berharap Elena kali ini mau memakannya.
Lembutnya suara Sally tidak membuat Elena menoleh ke arahnya, begitupun dengan harumnya hidangan di atas meja, tidak membuatnya menoleh sama sekali.. Dia masih asik melihat ke arah luar, memandang cahaya bulan yang malam ini menampakan dirinya. Buku-buku novel misteri yang dibawa Eizer bertumpuk di atas meja. Dia tidak membacanya, bahkan tidak menyentuhnya. Hilang sudah rasa sukanya terhadap novel setelah Eizer mengurungnya di sana. Dia hanya ingin keluar dan menemui ibunya. Hanya itu yang dia inginkan.
"Elena, aku mohon makanlah dengan baik!" Sally kembali berbicara. Dia kini mendekati Elena. "Aku merasa berat badanmu semakin menurun secara drastis selama seminggu ini," sambungnya. Tak salah dia mengatakan hal seperti itu, karena baju yang dipakai Elena terlihat kebesaran, bertambah lagi tulang selangka Elena yang lebih terlihat dari sebelumnya.
"Saya akan memakannya, Nyonya," jawab Elena. Dia selalu menjawab ucapan Sally sesingkat mungkin. Elena benar-benar menjadi pendiam dari biasanya.
Menghela napas dengan pelan, Sally menganggukan kepalanya. "Baiklah, aku sangat berharap kau memakannya dengan baik." setelah mengatakan itu Sally segera pergi keluar dari kamar Eizer, meninggalkan Elena yang masih tetap diam.
Sepeninggalan Sally, Elena menghela napasnya dengan pelan. Ketimbang memilih makan dia lebih memilih berjalan ke arah kasur dan membaringkan tubuhnya. Dahinya terasa panas dan matanya begitu perih, terlebih perutnya yang terasa tidak nyaman.
"Akan lebih baik jika aku tertidur, bukan?" Elena berucap dengan pelan. Matanya menatap lampu tidur yang menyala, sehingga secara perlahan matanya tertutup, berusaha untuk tidur dan masuk kedalam mimpi indah.
**
Pukul sebelas malam, Eizer baru saja menginjakkan kaki di hunian mewahnya. Malam ini dia begitu terlambat pulang dikarenakan setumpuk pekerjaan menguasai waktunya, mengharuskan dirinya lebih memperhatikan mereka. Seharian ini dia terus berkutat dengan setumpuk dokumen serta menemui beberapa klien. Akibat beberapa penanam saham di perusahaannya mencabut dan membatalkan kerja sama mereka. Benar, berita tentangnya berimbas kepada perusahaannya. Namun, Eizer juga tidak membutuhkan orang-orang yang tidak profesional dalam berbisnis, contohnya mereka yang langsung membatalkan kerja sama mereka setelah mendengar berita miring tentangnya, sedangkan dulu Memohon-mohon untuk menjalin kerja sama dengannya.
"Selamat datang, Tuan," ucap Sally menyambut Eizer di pintu masuk.
Eizer menganggukan kepalanya sebagai balasan. Lantas, dia memberikan tas kerjanya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
"Apakah dia sudah tidur?" tanya Eizer.
"Nona Elena tidur cepat malam ini, Tuan." Sally menjawab apa adanya. "Tetapi Nona lagi-lagi tidak memakan makananya, dan kali ini tidak menyetuhhnya sama sekali," sambung Sally.
Eizer memijat pangkal hidungnya dan kembali menganggukan kepalanya. Dia segera menaiki tangga, dan saat itu pula Deborah yang baru keluar kamar terlihat menghampirinya dengan tersenyum ramah.
"Selamat datang, Suamiku!" Deborah berkata dengan riang, mengucapkan kata suamiku dengan penuh tekanan.
Sedangkan Eizer hanya menatapnya dengan datar, dia juga memperhatikan pakaian yang Deborah kenakan. Gaun tidur yang sangat menerawang, bahkan memperlihatkan ujung dadanya yang tidak diberi penghalang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...