Akhir pekan ini Eizer tetap berada di hunian mewahnya. Dia baru saja membasuh dirinya menggunakan air hangat, berendam selama beberapa menit untuk menghilangkan rasa pusing dikepalanya akibat baru bisa terlelap di jam empat pagi.
Saat ini dia berada di balkon lantai tiga rumahnya yang ternyata sangatlah jarang dia tempati. Dia juga baru tersadar bahwa semenjak menikah dengan Deborah dia terlalu sibuk bekerja, hingga dimana perselingkuhan Deborah diketahuinya dan dia menjadi semakin jarang berada di rumahnya. Merasa muak jika harus terus melihat wajah wanita itu. Dan lantai empat dan paviliunlah yang paling sering dia tempati. Terlebih, sejak kedatangan Elena, dia lebih menyukai berada di tempat-tempat pribadinya.
Kepulan uap dari kopi yang baru saja diseduh terlihat terbawa angin hingga musnah begitu saja, sedangkan Eizer memandang ke arah luar, melihat ke arah kebun yang hanya menyisakan dua orang tanpa seseorang yang selalu menjadi arah pandangnya jika melihat ke arah sana.
"Bukankah cuaca hari ini cukup bagus," ucap Orlando dari arah samping Eizer. Dia kini mulai mendudukkan dirinya di kursi tepat di samping Eizer.
Sudah tiga hari dalam seminggu ini cuaca memang cukup membaik, lebih hangat dari hari-hari sebelumnya sehingga rerumputan maupun pepohonan terlihat lebih hidup, tidak tertutup salju lagi.
"Bagaimana dengan perkembangan pembangunan vila? Apa kau juga akan tetap pergi ke sana? " Orlando bertanya, kembali membuka suara ketika anaknya sedari tadi hanya diam saja.
"Berjalan dengan baik, Dad," jawab Eizer. "Tetapi aku harus tetap memastikan sendiri," sambungnya.
Eizer adalah orang yang akan sangat memastikan apa pun yang berhubungan dengan bisnisnya. Semua bangunan yang berkepemilikan dirinya harus dipastikan terjamin kesempurnaannya. Mulai dari lokasi keamanan, desain interior, hingga bahan-bahan bangunan yang berkualitas tentunya. Karena dia bukan orang yang akan duduk diam dan menerima laporan tanpa memastikan keterjaminan bisnisnya. Bukan dirinya tidak percaya kepada para perancang bangunan maupun para pekerja bangunan, akan tetapi bukankah yang namanya waspada harus selalu ada di diri masing-masing. Berjaga-jaga untuk tidak menjadikan hal yang di anggap sederhana menajdi bencana.
"Kapan pastinya kau akan ke sana?" tanya Orlando lagi. Dia meminum kopinya dan menaruh cangkirnya kembali ke atas meja.
"Besok lusa," jawab Eizer." dia berbicara tetapi pandangannya masihlah ke arah kebun bunga.
"Baiklah. Di sana akan ada teman Daddy yang nanti akan membantu semua keperluanmu. Dia sangat baik. Nanti Daddy akan kembali menghubunginya," ucap Orlando.
"Terimakasih Daddy," balas Eizer, sehingga Orlando hanya memberinya anggukan serta senyuman kecil.
Mereka berdua terus duduk di sana hingga tak lama Belinda menghampiri dengan membawa beberapa potong buah di dalam piring. Eizer yang melihatnyapun segera mengambil beberapa potong buat itu dan memakannya dengan tenang sembari terus memperhatikan kebun bunga yang sangat terlihat jelas dari sana.
Baik Orlando maupun Belinda, mereka merasa aneh, sehingga saling berpandangan dengan kedua mata mereka yang terlihat bergerak, seakan tengah berbicara.
"Ah ya, Mommy sudah menemui Deborah kemarin sore. Keadaannya cukup memprihatinkan. Dia sering terlibat perkelahian dengan tahanan lainnya dan mengamuk tak jelas. Polisi juga sempat mengatakan kepada Mommy bahwa sepertinya dia memilki kelaina jiwa, sehingga harus dibawa kerumah sakit," jelas Belinda. Dia menghela napasnya dengan pelan ketika mengingat itu semua.
"Inginnya Mommy memaki-maki dia, tetapi dia ternyata sudah seperti itu," ucap Belinda lagi hingga Orlando tertawa saat mendengarnya.
"Iti berarti Mommy sudah tidak perlu membuang-buang tenaga dan mengotori mulut Mommy untuk memakinya. Dia sudah mendapatkan balasan dari apa yang pernah dia perbuat. Begitulah hidup, karena sesungguhnya setiap perbuatan akan mendapatkan pembalasan." Orlando berkata dengan serius, berharap ucapannya bisa menjadi sebuah pepatah untuk anak dan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubled Man(END)
RomanceEizer Sebastian, seorang pria yang hampir memilki segala kesempurnaan dalam hidupnya secara perlahan menjadi pria yang bermasalah ketika keinginan dalam dirinya meracuni otaknya. Dia menginginkan seorang gadis yang datang kerumahnya untuk menggantik...