-*.✧37✧.*-

4.1K 455 12
                                    

"Kapan? Kapan? Kapan saat aku berada di puncak yang paling aku inginkan?"

---🌹🌹🌹---

"Heh, kau bertanya padaku?"

"Apa kau tuli?"

"Ck, ck, ck."

Eleander menatap datar kedua temannya. Zavier dan Agustin sedang berargumen, pengaruh minum wine banyak pastinya.

Setelah Sylvester pergi para pemuda itu malah pesta wine. Danielo dan Ferlando sih hanya memantau, walau sesekali juga meminum wine.

'Plak

"Aduh!"

Keduanya mengaduh, menatap nyalang Eleander yang seenaknya menggeplak belakang kepala mereka berdua. Miguel terkekeh.

"Sudahlah, sana ke kamarmu." Eleander mengangguk, membiarkan Miguel menyeret paksa Agustin dan Zavier guna pergi ke kamarnya masing-masing yang sudah di sediakan. Ferlando juga telah pergi tadi.

Sekarang jam sudah malam, para anggota yang termuda boleh di persilahkan untuk beristirahat, tapi itu tidak berguna untuk para tertua. Mereka pasti sedang mengadakan permainan.

Kalau kata Eleander sih;

'Dasar, sudah tua tapi masih saja belagu. Kalau encok baru tau rasa.'

Danielo dan Eleander berniat pergi ke kamarnya masing-masing, yang berada tepat di sebelah kanan juga kiri kamar sang adik. Tapi sepertinya rencana yang pertama harus di batalkan karena melihat pintu Sylvester yang terbuka sedikit. Ceroboh sekali.

Danielo membuka perlahan pintu kamar sang adik bungsu.

'Ggrr

Mare melompat dari atas kasur, netra abu-abunya menatap garang kedua laki-laki asing yang memasuki kamar sang majikan tanpa adanya izin.

"Mare, pergi ke sini," perintah Sylvester yang sedang asik duduk meluruskan kaki seraya bersandar. Kacamata baca ia kenakan. Tangannya membolak-balikan buku.

"Belum tidur juga?" tanya pelan Eleander. Sylvester melepas kacamata bacanya, ia menatap lurus ke arah ambang pintu.

"Hm, gangguan tidur." Sylvester membalikkan lembar buku. Danielo nampak menghela nafas pelan, tungkai panjangnya ia bawa mendekat ke arah sang adik bungsu. Eleander juga. Ia di belakang sang kakak.

"Ya sudah coba," tangannya mengambil paksa buku, "Malam sudah larut."

Sylvester menggerutu, "Tapi...."

'Tak

Danielo menjitak dahi Sylvester, membuat sang adik bungsu mengaduh sakit.

"Sana tidur, kakak temani."

Sylvester menurut dengan perasaan dongkol. Ia dengan terpaksa menaikkan selimut sampai setinggi dadanya. Danielo duduk di samping kanan, Eleander tiduran di samping kiri.

"Kok kak Lea jadi ikutan tidur sih?" tanya sinis Sylvester seraya melirik tajam ke arah sang kakak kedua.

"Biarin." Eleander tidak mempedulikan ekspresi itu, ia lebih memilih untuk melingkarkan tangannya guna memeluk sang adik layaknya bantal guling. Danielo mendengus kasar. Cih, sial sekali dirinya belum mengganti baju, sedangkan Eleander sudah mengganti bajunya.

Danielo masih mengenakan pakaian jas hitam lengkap. Itu di sebabkan karena ada beberapa orang yang berniat untuk menemui dirinya guna membahas kerja sama antar perusahaan.

'Dasar penjilat!'

Gara-gara orang-orang itu dirinya tidak bisa untuk tidur bersama sang adik.

Sedangkan Eleander sudah mengganti bajunya sebelum menjemput Agustin dan Zavier, pemuda itu memakai pakaian kasual.

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang