!Sekilas curhatan author!
Jadi gais, semalem si Fikri nyepam chat. Pokoknya isinya dia minta lanjutin ceritanya yang cuma bisa ngelawak sama nge-bucin adek doang..😤
Padahal kan gak segampang itu ya?! Emang dasar dah tuh anak😤😤
Belom juga sebulan kagak dilanjutin, dia udah koar-koar begitu😩
Dulu author gak lanjut setengah taun dia santai aje..
Mentang-mentang ada banyak yang baca cerita die😤 padahal kagak sampe sepuluh orang yang baca😏
Sumpah salut sama Sabella yang sanggup temenan sama si Fikri dari SD!!
Semangat Sabella💪😎...
Sekian curhatan author kali ini..
Ya, kita lanjutin ya....
Tepat saat Fikri telah bertengger di atas motornya, terdengar suara nada dering telepon dari saku jaketnya. Lagi-lagi dengan malas ia mengeluarkan ponselnya dan mendapati panggilan dari kontak atas nama 'Kacang Titipan '
Dengan mood yang mulai hilang, Fikri mengangkat panggilan itu dan bertanya, "Ngapa Cang?"
"Cang?! Emang gue encang Lo?!" Pekik si lawan bicara dengan suaranya yang melengking.
[Encang (Betawi): kakaknya ayah/ibu]Ternyata saat itu Fikri tidak sengaja menekan tombol loud speaker, alhasil Devano yang telah bertengger di atas motornya pun tidak jadi menyalakan mesin motornya dan mulai menguping karena penasaran.
"Lah, bukan encang! Maksud gue kacang titipan tau! Kan elo yang batiba ganti nama akun Insta Lo jadi bella_cangtip22!"
Mendengar nama akun Insta yang barusan disebut oleh Fikri, Devano jadi mengerti kalau yang menghubunginya adalah Sabella.
"Lo inget? Terhura gue!," celetuk Sabella yang langsung dilanjutkan dengan berkata, "Tapi maksudnya bukan kacang titipan Fikri!!"
"Lah terus?," tanya Fikri menantangi.
"Cari aja di google!"
"Emang ada?" (Ada! Silahkan para readers cari, oke😌)
"Au ah gelap! Ngapain jadi ngomongin kacang sih?!"
"Terus? Elu mau ngomongin apa kacang?"
"IHH! Dasar b*bi!" Seru Sabella emosi. (Inget waktu part ke kafe, Fikri mengakui kalo dirinya b*bi)
Lalu setelah berusaha menenangkan kembali dirinya sendiri, Sabella berkata, "elo telat 30 menit, b*bi ganteng.."
"Hah? Telat apaan?"
"Les MTK!"
"Oh, gue berhenti les, Bel.." ungkap Fikri dengan santainya.
"Lah? Kenapa?"
"Gue dipaksa join klub basket sekolah"
"Terus hubungannya apa??"
"Ya, waktunya nabrak kacang.."
"Gitu doang kagak bisa diatur lu!"
"Emang kagak.."
"Tapi nyokap Lo udah bayarin biaya lesnya tau!"
"Iya, tau.."
"Heh? Ngelunjak!"
"Ngelunjak gimana?"
"Pokoknya Lo harus ikut les!"
"Kalo Lo bisa ngeluarin gue dari klub basket, gue join les lagi.."
"Hah?"
"Bisa gak?"
"Apa si?"
"Gak bisa kan? Yaudah.." Fikri pun mengakhiri panggilan itu secara sepihak.
Devano yang masih menguping obrolan mereka hanya dapat menggeleng-geleng pasrah. Lalu Fikri meliriknya dan berkata, "inget ya Van! Nilai MTK gue jadi tanggung jawab Lo!"
"Kok tanggung jawab gue?" Tanya Devano heran.
"Kerena Lo guru gue bakalannya!"
"Oke! Kalo Lo dapet nilai bagus, Lo mau ngasih gue apa bro?"
"Ada, pokoknya!"
...
Setibanya di rumah, Fikri langsung menuju kamarnya karena lelah. Keadaan rumah yang sepi sore ini membuat langkahnya lancar mencapai kamarnya tanpa hambatan. Ia pun mulai menebak-nebak apa yang tengah dilakukan keluarganya saat itu.
Yang jelas Papa nya belum pulang kerja. Lalu dia tebak Mama nya tengah pergi keluar rumah, bisa jadi ke warung depan komplek. Dan yang paling biasa terjadi, Amalia sibuk main HP di kamarnya terus nanti cekikikan sendiri.
Sayangnya tebakannya salah total. Tepat setelah ia membuka pintu kamarnya, dia justru dikejutkan oleh keberadaan Amalia yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya.
"Nyenyak amat tuh bocah," gumam Fikri sambil menggantungkan jaketnya di cantelan yang ada di belakang pintu kamarnya.
Lalu sambil melangkah menuju lemari Fikri kembali bergumam, "kecapean kah dia? Perasaan pas gue keluar tadi siang dia masih asik nonton.."
Saat ia membuka pintu lemari, Amalia pun terbangun karena suara pintu lemari yang berdecit. Gadis itu nampak lunglai menuruni kasur Fikri.
Fikri yang menyadari gerakan Amalia yang hendak pergi keluar kamarnya pun berkata, "Udah mau pergi aja? Tidur aja lagi.."
"Gak mau.." jawab Amalia sambil mengucek matanya yang terasa berat.
"Capek amat lu dek?," tanya Fikri sambil mengeluarkan kaos lengan pendek dari dalam lemari.
Amalia hanya mengangguk imut sambil berjalan menuju pintu.
Setelah menutup pintu lemarinya, Fikri bertanya, "Kok Lo tidur di kamar gue?"
Amalia yang sudah membuka pintu kamar pun menjawab dengan malas, "tadi kamar Lea lagi diberesin sama Mama.."
Mendengarnya, Fikri merasa sedikit iri. Jelas karena Mama lebih sering memerintahkan Fikri untuk berbenah rumah dibanding Amalia. Padahal biasanya anak gadis yang berbenah rumah.
"Enak ya, gadis pingitan," sindir Fikri sambil melepas seragam sekolah yang masih ia kenakan.
Dengan tingkahnya yang sok polos, Amalia pun mengangguk sambil berkata, "iya, enak.."
Amalia pun keluar dan menutup pintu kamar Fikri rapat-rapat.
"Bangga lagi," gumam Fikri geram.
Belum lama gadis itu keluar, tiba-tiba saja dia kembali membuka pintu dan menongolkan sedikit kepalanya. Fikri yang heran pun bertanya, "ngapain?"
"Ih, Fik! Cuci gih jaket Lo! Bau tau!," kata gadis itu disertai gerakan menutup hidung.
Dengan tegas Fikri pun mengatakan kalau dia baru mengeluarkan jaket itu dari lemari pagi ini.
"Tetep aja! Bau! Kek asinan bang Kubil!" Seru gadis itu sambil menutup pintu dan lari menghindari amukan Fikri.
"Enak aja Lo, bocil!" Seru Fikri tidak terima.
Lalu saat suasana kembali tenang, ia memakai kaosnya dan bergumam, "lucu banget lu dek! Awas gue cium Lo!"
...
Sekian..
Si Fikri serem juga ye-_-
Ngeri-ngeri sedap punya Abang kek dia..
Oke bye-bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Teen FictionKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri